Lagi dan lagi ban mobil Rose kempes, untungnya kali ini masih ada teman-temannya yang bisa menampungnya dan mengantarnya pulang ke rumah, "terus nasib mobil gue gimana dong?" Rose mengerucutkan bibirnya, gadis itu tidak tega meninggalkan mobilnya begitu saja di sekolah.
"ya mau gimana lagi? Mau lo dorong sampe rumah lo?" sahut Jihyo yang duduk di kursi penumpang belakang, seraya memakan cemilan yang ada di dalam mobil Lisa.
"tenang aja, nanti gue suruh Juki yang benerin terus anterin ke rumah lo" ujar Lisa yang fokus menyetir dengan pandangan lurus ke depan.
Rose tersenyum lalu bergerak memeluk gadis berponi itu, "aaaaa sarangheyokk muahh" Rose menghujam pipi kiri Lisa dengan kecupan.
Mobil Lisa telah terparkir di halaman rumah Rose, dan si empu rumah sudah bersiap-siap untuk keluar dari mobil, "kalian gak mampir dul-" ucapannya terpotong saat Lisa, Jihyo, Yuju dan Mina sudah lebih dulu turun dari mobil menyisahkan dirinya seorang diri
Rose geleng-geleng kepala dan ikut menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah. Jadi sebenarnya ini rumah Rose atau rumah mereka!?
"ya mampir lah, gila lo.."
"mau lurusin kaki dulu" ujar Lisa yang sudah berlari ke arah tangga hendak ke kamar Rose
Rose membiarkan temannya mengacak-acak kamarnya dan memilih menghampiri bibi yang sedang memasak di dapur, gadis itu berjalan perlahan sambil mengendap-endap, "DOR"
"eh ayam copot"
"duh, Ocii" Bibi mengelus dadanya sedangkan si pelaku tertawa sambil memegangi perutnya, "duh ekspresi bibi lucu banget tadi.."
"mau copot jantung bibi, ci.."
"sayang..sayang.." Rose memeluk bibi namun masih terkekeh karena membayangkan ekspresi bibi yang lucu saat kaget tadi
"aw..aw! Bibi ampun!!!" Rose mengaduh saat bibi mencubit pinggangnya gemas
"rasain deh tuh" ujar bibi kemudian kembali mengaduk makanannya diatas wajan
"ihh bibi galak" Rose memajukan bibirnya dan berjalan meninggalkan bibi menuju kamarnya sebelum kamarnya itu benar-benar menjadi tidak berbentuk akibat ulah tangan-tangan ajaib temannya.
Bibi tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Kadang wanita paruh baya itu merasa iba terhadap Rose gadis cantik yang disia-siakan oleh kedua orang tuanya. Bahkan untuk menanyakan kabar putri semata wayangnya saat keduanya sibuk diluar pun, terhitung sangat jarang dan nyaris tidak pernah. Yang ada dipikiran orang tua Rose hanya memberi uang setiap bulan untuk keperluan Rose itu sudah cukup, padahal bukan itu yang gadis itu butuhkan. Melainkan sebuah kasih sayang dan perhatian dari orang tua.
Rose rasanya ingin berteriak saat melihat kondisi kamarnya. Benar saja, baru dibiarkan sebentar kamarnya sudah terlihat seperti kapal pecah dibuat oleh teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Student That I Love [END]
Dla nastolatków[a jaerosé fanfic] Roseline Azelia, si murid yang anti matematika, apalagi sama gurunya. Eh, tapi malah harus dihadapkan dengan guru matematika itu hampir setiap hari karena remedial terus-menerus. Namun, siapa yang menyangka kalau guru matematika i...