-[01. Eza Evander Wiraguna]

50.3K 4.2K 63
                                    

=The Perfect Young Papa=

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

=The Perfect Young Papa=

Pulang dari basecamp hampir dini hari dan harus bangun lebih pagi menjadi alasan seorang Eza Evander Wiraguna memilih tidur di kelas ketika sahabat-sahabatnya menonton classmeeting yang sedang berlangsung. Kantuk sudah menyerang sejak wali kelasnya masih berada di kelas, beruntung ia bisa menahan dibantu oleh Ravelin Arvela Gadriana yang terus-terusan merecokinya. Kembaran dari salah satu sahabatnya tersebut memang paling meresahkan, menurut Eza.

"Eza Jigot, lo dicariin si Velo!"

Eza dibuat mendesah kesal karena teriakan si Cewek Bodygoals tersebut. Ia lantas beranjak dari bangkunya menuju pintu keluar kelas, tak lupa menyenggol Arvela yang sedang merapihkan riasannya.

"Sialan!" makian cewek itu tak ditanggapi Eza.

Berjalan di koridor seorang diri dengan banyak pasang mata yang memperhatikannya sama sekali tak mengusik Eza. Cowok dengan hoodie abu-abu itu melenggang santai sambil sesekali menyugar rambutnya yang sudah agak gondrong. Beruntunglah karena ia sudah kelas akhir dan telah menyelesaikan ujian, karena kalau tidak sudah pasti rambutnya akan menjadi korban guru BK.

"Eja Wiraguna bin Salamet!" seruan dari seorang Arga Septian membuat Eza mendengkus kecil. Cowok berdarah sunda yang lebih akrab disapa dengan nama Asep satu itu memang hobi mengganti-ganti nama orang.

Beralih dari Asep, Eza menghampiri Arvelo dan Gilang yang sedang duduk di rerumputan. Mereka saat ini tengah menikmati udara segar di taman sekolah setelah panas-panasan menonton futsal.

"Gimana? Udah ada keputusan? Apa perlu gue lagi yang turun tangan?" mengerti kemana arah pembicaraan si Ketua Geng-nya tersebut membuat Eza mendesah panjang. Mengingatkannya pada perdebatan kemarin juga kesepakatan yang sudah terlanjur disepakati.

"Lo bilang gue harus bertanggungjawab 'kan? Gue udah bersedia, tapi ternyata dianya yang gak punya hati nurani sampai punya niatan buat gugurin kandungannya." Eza tertawa miris. "Ternyata ada yang lebih bejat dari gue," lanjutnya.

Leo Adisaka yang tengah tiarap mengangkat tangan untuk menepuk bahu Eza pelan. Ia tahu persis masalah sahabatnya tersebut cukup menguras pikiran dan mental. Di usianya yang baru menginjak angka 18 Eza harus mengorbankan masa mudanya untuk mempertahankan anak yang hadir karena kesalahan yang dilakukan tanpa sengaja. Belum lagi ibu dari si calon anak yang mempersulit keadaan.

Suara ringtone panggilan yang mengganggu telinganya membuat perhatian Eza teralihkan pada benda pipih yang baru ia keluarkan dari saku celana. Panggilan atas nama 'Elle' terpampang jelas di layar ponselnya.

"Halo, El?" lama tak ada jawaban, hanya suara kericuhan yang terdengar dari sebrang telpon saat Eza mengangkat panggilan tersebut.

The Perfect Young Papa (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang