(DIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!!!)
=Proklisi Series=
'Being perfect for something less than perfect'
🕸️🕸️🕸️
Ketidaksengajaan membawa Eza Evander Wiraguna pada garis takdir yang tak pernah dirinya inginkan.
Menjadi seorang suami dan ayah di usia...
JANGAN LUPA NABUNG BUAT IKUT PO NOVEL TPYP YA GAISS!!! HARUS BANGET PUNYA PARAH SII!!! Karena versi wattpad dan novel akan sangat-sangat jauh berbeda. Kalian seolah bakal baca cerita baru/sequel nantinya.
Follow instagram aku, rp wiraguna, dan proklisi biar gak ketinggalan info-infonya.
@lianastories_05 @wiraguna_fam @proklisi_
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kedatangan seorang Eza Wiraguna bersama adiknya sore ini membuat Fransiska berdecak malas. Ia jadi mengingat pelukan kemarin yang terjadi berkat hormon kehamilannya. Sumpah demi apapun, kalau dalam keadaan normal Fransiska tak akan sudi menjatuhkan pelukan lagi pada cowok itu, untuk yang kedua kalinya.
"Ngapain?"
"Biasa aja muka lo." Ellena membalas sinis. Dia sudah akan kembali menerkam Fransiska jika saja Eza tak menarik bahunya.
"Abang ajak kamu ke sini bukan buat ribut."
Dengan masih mempertahankan sang adik dalam rangkulannya, Eza kembali menatap Fransiska yang berdiri di lawang pintu apartement-nya. Tatapan tak suka jelas sekali cewek itu perlihatkan. "Ikut gue!"
Fransiska menepis tangan Eza yang menarik lengannya dengan kurangajar. "Attitude-nya dibenerin, Anak Geng!" serunya.
Tersinggung dengan sindiran Fransiska yang seolah-olah menjelekkan attitude anak Geng Proklisi membuat Eza menatap cewek itu tajam. Tak bisa dirinya bayangkan bagaimana kehidupannya setelah berumah tangga dengan Fransiska nanti. Emosinya benar-benar akan dipermainkan oleh seorang Fransiska Clarine.
"Nurut sekali aja, bisa?!" bentak Eza tanpa sadar.
Fransiska memejamkan mata dengan tangan mengepal. Keberanian serta keangkuhannya yang tadi menguar seolah sirna dalam sekejap, yang ada kini hanyalah perasaan ingin menangis karena kesal dengan sikap Eza.
Berbalik memasuki kamar apart adalah hal yang Fransiska lakukan selanjutnya. Cewek itu merebahkan diri di tempat tidur dengan bantal yang menutupi wajah, tangisnya pecah begitu saja. Mood-nya benar-benar seperti dipermainkan semenjak hamil.
Sedangkan, di depan pintu apart milik Fransiska yang sudah tertutup rapat, Eza memijat pangkal hidungnya. Pusing menghadapi sikap Fransiska juga cibiran dari Ellena.
"Abang yakin mau nikah sama cewek kayak gitu?"
"El----"
"Udah deh terserah Bang Eza aja, Elle gak tau lagi mesti larang Abang dengan cara apa." bukan tanpa alasan Ellena tak menyukai pertanggungjawaban yang hendak dilakukan Eza. Sungguh, dia malah bangga pada Abang-nya tersebut. Hanya saja, ia tak terima jika perempuannya adalah Fransiska Clarine.