Chapter 50 - Guilt

213 38 0
                                    

[ Kerajaan Myoui ]

Mina telah tiba di rumahnya, dia langsung ke kamar nya tanpa ada pengawal yang mengantar nya.

sendirian.

Dubu diberitahu tentang kepulangan adiknya, dia segera berjalan ke kamarnya.

-

[ area luar kamar Mina ]

ada sesuatu yang tidak biasa, Dubu melihat tidak ada yang menjaga di sekitar kamarnya, dengan pelan ia mengetuk pintu, "Mina, kamu sudah pulang?"

Mina tidak menanggapi, pikirannya entah kemana,

hampa, tanpa ekspresi.

Dubu perlahan membuka pintu, "Mina-ya?— dia melihat Nayeon tidak ada di sini bersamanya,"dimana yang lain? Nayeon dimana?"

Mina tersentak kembali ke kenyataan, mengerutkan kening setelah menyadari kakak ada di sini, "tidak tau,...Saya tidak tau!!"

Dubu khawatir melihat noda darah di jubah adiknya, mencoba bertanya dengan hati-hati, "Mina-ya, apa yang terjadi??"

"Saya bilang tidak tau!! Tolong tinggalkan aku sendiri!!!" Mina berdiri dari kursinya dan berjalan menuju kakak-nya.

Dubu panik saat dia semakin dekat, "Mina..."

"pergi dari kamarku!" Mina mendorongnya.

"tolong, Minarii tenangkan dirimu..." Dubu terus didorong olehnya.

"Minari, dengarkan aku..."

sampai Dubu di dorong keluar pintu,

"Mina—

Ketika pintu dibanting di hadapannya, Dubu tau cepat atau lambat Mina pasti akan menangis, tetapi kali ini Dubu memutuskan untuk tetap tinggal.

Satu-satunya yang peduli pada Mina saat ini hanyalah dia.

Tak lama kemudian, mulai terdengar isakan patah-patah, terdengar seperti adiknya berusaha untuk tidak berteriak.

Mina tidak tau harus mengomel ke mana, Nayeon sudah tidak di sisinya lagi, berbicara dengan Dubu itu jelas 'TIDAK'

Meskipun dia tau kakak-nya khawatir, setelah surat cinta itu, dia tidak bisa menerimanya lagi, tetapi bila dipikir-pikir, cepat atau lambat Dubu akan tahu seiring berjalannya waktu,

tapi sekarang, dia tidak bisa memaksa dirinya untuk memberitahunya.

sekarang, semua orang di sekitar sudah mati,

mati karena aku,,

Kembali ke dirinya yang dulu,

Semua campuran perasaan yang rumit menghantamnya, dia mulai hancur berkeping-keping,

Mina diam-diam menangis di kasurnya, tidak peduli darah dari jubahnya akan mengotori tempat tidurnya.

.

.

tangisan yang tertahan itu masih terdengar di telinga Dubu.

"Mina-ya, kamu baik-baik saja? Setidaknya tolong beri tahu aku, mungkin kamu bisa merasa lebih baik" Dubu sangat berharap adiknya akan curhat padanya.

"Pergi!"

"..." Dubu tidak menanggapi, dia melihat sekeliling.

semuanya kosong. . . dan sunyi, Tidak ada assasin yang menjaga kamarnya lagi,

Dubu memberi isyarat kepada penjaga pribadinya untuk meninggalkan mereka sendirian, para penjaga pun menundukkan kepala sebelum pergi,

Dia perlahan duduk dan menyandarkan kepalanya ke dinding.

Tidak lama setelah keheningan, Mina mulai menangis lagi setelah mendengar langkah kaki para penjaga itu, Mina mengira mereka sudah pergi.

Dubu diam disana sambil mendengarkan isak tangis Mina,

Dalam kehidupan Kerajaan, ya Dia adalah Raja, namun jauh di lubuk hatinya dia paling tau apa kegagalan nya.

sangat menyakitkan mendengar adiknya menangis separah itu, Dubu merasa dia tidak berguna, dia benar-benar merasa dia gagal sebagai kakak, dia sangat ingin tau dan membantu Mina dengan semua yang dia bisa.

Tidak bisa menahan air matanya lagi, begitu mengalir deras, sambil berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan suara.

-

-

-

-

"Mengapa?!!!"

Teriakan tiba-tiba Mina membuatnya kaget, dia hampir tersedak, dia langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

"Kenapa aku merasa semua ini salahku??!!!!"

"Padahal jelas... *isak  salah Chaeyoung!!!"

Dubu bingung dengan nama itu,

'Chaeyoung!? Son Chaeyoung?'


_ _ _

Mina menatap tangannya, lalu pakaiannya, darah ada di mana-mana, bukan darahnya.

darah Ryuto dan Nayeon

tidak menyadari ada darah mengenai wajahnya saat dia menyeka air matanya tadi,

ini bukan salahku kan?

ini semua salah Son Chaeyoung!!!

lalu dia berteriak lagi untuk mengalihkan pikirannya, "Ini SALAH SALAH Chaeyoung !!"

"Bukan SALAH aku!!!"

Mina menjatuhkan diri ke tempat tidurnya dan terisak tersedu-sedu sampai membasahi bantalnya dengan air mata dan noda darah.

merasa bersalah - satu-satunya yang dia rasakan saat ini,

Bagaimana pun dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua ini bukan salahnya,

tidak mempan

.

.

______

kita soulmate? | Michaeng ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang