Chapter 46 - Timur!

211 44 0
                                    

Jam berlalu begitu saja, sekarang Jeongyeon yakin mereka sudah meninggalkan rumahnya, perlahan dia mengangkat pintu, mengintip ke kiri dan ke kanan,

clear

Jeongyeon dengan hati-hati menarik Ryuto ke atas, "..." Dia berkaca-kaca lagi saat melihat Sana di atas tempat tidur, mulai lagi terisak sambil bertanya-tanya pada dirinya sendiri, tidak yakin mengapa Mina melakukan melakukan pembunuhan massal, namun menyingkirkan semua kayu untuk Sana.

Jeongyeon membasahi kain, dengan hati-hati membersihkan wajah Sana.

"kenapa? nangis ?? appa sakit? mana? " Ryuto dengan cemas bertanya padanya.

Jeongyeon menggelengkan kepalanya, "Ayah baik-baik saja, Ryuto-ah"

"eomma sa-ngat lelah?"

Jeongyeon mengangguk, "ya, eomma sangat le-*batuk

DARAH...?!

*bisik "maaf, Sana" Jeongyeon mengelus dan mencium keningnya, sebelum menggendong Ryuto dan pergi dengan tergesa-gesa.

.

[berjalan sambil mikir keras]

Myoui di barat, kebun ku di selatan, Hindari barat dan selatan, Chou di Timur !! Tzuyu akan datang besok, aku harus pergi ke jalannya,

Timur!! Timur!!

Jeongyeon mendadak memutar balik dan lari lagi.

"mana pergi mana??" Ryuto bingung.

"Timur! eh bukan-bukan, maksud Ayah, kita akan mencari paman Tzuyu, oke?"

Mata Ryuto berbinar, "Paman Tzuzu ?! cepat cepat"

Jeongyeon terus berlari hingga mereka mencapai ujung kota, memasuki kawasan hutan sisi Timur, dadanya terasa sesak, seperti tulang rusuknya meremas paru-paru dan jantungnya, itu memperlambat gerakannya saat ia mulai merasa mati rasa dan penglihatannya mulai berubah. mengaburkan.

.

.

[ masih menuju Timur ]

Matahari ke Bulan, hutan terlalu gelap, anak itu mulai merengek, "appa ... Ryu ingin pulang ,,, pulanglah"

Jeongyeon tidak menjawab, membuatnya menangis lebih keras, namun Jeong tidak menyadarinya.

dengan keras Ryuto menarik telinganya, "Appa!!!"

pusingnya membuat Jeongyeon kehilangan keseimbangan dan jatuh, dia membiarkan badannya jatuh ke tanah dulu agar Ryuto tidak terluka, "aww,"

jarak ini seharusnya cukup...

Jeongyeon akhirnya menyadari, "kamu menangis ?? maaf, apa kamu terluka?"

"Ryuto takut ,,, gelap..." Dia menunduk, merasa bersalah setelah menarik telinga ayahnya.

"ooowhh, hahah" Jeongyeon kemudian pindah ke pohon terdekat, dia memiliki bola kecil yang mudah terbakar, "mundur, Ryu" dia melempar bola itu dengan paksa ke tanah, dan memicu api.

Ryuto kembali tersenyum karena dia bisa melihat wajah ayahnya, mereka duduk di dekat api, Ryuto kagum melihat apinya, memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, mengamati api. Jeongyeon lega dan rela jatuh ke bokongnya, dia tidak bisa merasakan kakinya lagi, mati rasa.

"appa, bagaimana itu BOOM  Api?" Ryuto dengan penasaran bertanya.

"mianhae, appa sangat Dizzy... dizzy... heavy... squeezy.... nanti ayah jelasin ya,"

wuo berima~ Easy Peasy Lemon Squeezy~

BERHENTI bercanda pada diri mu sendiri, bodohhhh Yoo Jeongyeon bodoh, udah mau mati, masih bercanda? Hah? arghh ..,,,

Ia merasa tubuhnya bisa menendang nyawanya kapan saja, ia menghela nafas panjang meski sangat sakit di bagian dada.

"dizzy? sama seperti ,, kata appa-- lemon easy !!!" Ryuto tau candaan ayahnya.

"Hahah, n...nggak, appa hanya sedikit lelah," Dia terkekeh lemah dan tersenyum biar Ryuto tidak khawatir.

"ooowh, istirahat Ayah" Ryuto senyum lalu kembali melihat Api itu.

bisakah aku bertahan sampai Tzuyu datang?

*batuk

Makin terasa diremas, badannya semakin terasa berat,, "..."

aduhhhhhh

Jeongyeon melepas jubah luarnya, menggunakan darah sebagai tinta untuk menulis di bagian belakang jubah,

미나

.

.

- - - - -

[ di kamar Mina ]

Sudah agak malam, namun Dubu masih menyempatkan diri untuk mengunjungi kamar Mina. Nayeon dan para assasin menninggalkan ruangan.

Dubu dengan cemas bertanya Mina tentang noda darah di jubahnya, Mina hanya balas asal-asalan, bilang mereka menemukan sesuatu di hutan. Apapun itu, Dubu bersyukur karena Mina telah kembali dan selamat.

"besok aku akan pergi ke sana lagi,"

"lagi?" mata Dubu membulat.

"Lagipula aku tidak meminta izin dari Kakak, aku hanya memberitahumu,"

Dubu menyerah, "sekali saja ya? Kamu bisa mengunjunginya lagi kapan saja"

Mina bersenandung acuh tak acuh, "aku lelah, ngantuk mau istirahat, tolong pergilah"

"..." Dubu menatapnya.

namun Mina bahkan tidak melirik sama sekali.

"istirahatlah, adikku" Dubu melihatnya sekali lagi sebelum meninggalkan kamar.

.

.

Mina melihat noda darah di jubahnya.

aku sudah bunuh Son Chaeyoung

Seharusnya sudah berakhir,

kenapa hatiku masih sakit?

merenung...
bingung...
tidak mengerti...

Tidak bisa lepas dari pikirannya, terutama skenario di mana Chaeyoung menariknya ke dalam pelukan, yang memperdalam pisau di dalam dada anak muda itu.

ku kira kamu akan menggunakan ku untuk balas dendam, HAHAHAH

Atau mungkin kamu benar-benar hanya psikopat yang gila

huh? Son Chaeyoung?

you're nothing but pain to me

.

.

_____

kita soulmate? | Michaeng ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang