🍁 22- Sang Psikopat

793 131 2
                                    

"Sudah berapa kali aku berkata, kalau aku hanya tidak ingin kehilangan kamu. Jangan salah jika aku seperti ini, baby."

- Mark Tuan -
🌹

****

Mark tersenyum seraya mengangkat kameranya, dia tak ingin melewatkan momen dimana dia bersama Rose, hanya berdua. Hanya itu saja, tapi sudah bisa membuat hatinya merasa senang. Tidak perduli dengan tatapan mahasiswa, lagi pula itu hak mereka.

"Cantik gak?" Mark mengangkat satu alisnya, pertanyaan itu terdengar konyol. Lagi pula sejak kapan gadis itu berubah jadi jelek? Nyatanya memang benar, kan. Rose sangat cantik, bila berubah jadi simpanse pun Mark tetap mengatakan Rose cantik.

"Coba lihat, pasti cantik. Iya lah pasti, Rose emang cantik."

"Oh shit, what the heck!" kesal Rose ketika melihat kaki Mark tak kunjung juga di singkirkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh shit, what the heck!" kesal Rose ketika melihat kaki Mark tak kunjung juga di singkirkan. Alhasil laki-laki itu mendapat cubitan pedas di bagian lututnya yang terbuka.

"Untung sayang," cibir Mark.

Rose terkekeh, "Iya, maaf. Lagian juga siapa yang salah?"

"Bukan gue, jelas."

Gadis itu mencebik bibir, "Oh iya, kamu gak mau nyanyi di acara festival song?"

Mark menurunkan kameranya lalu beralih menatap Rose, "Gue gak bisa nyanyi, mau acaranya hancur karena gue, hm?" celetuk Mark.

Rose merubah raut wajahnya seketika masam, "Bukannya waktu itu kamu pernah bilang bisa segalanya, kan?"

Tangan Mark mencubit pipi itu gemas dan membuat sang empunya meringis kesakitan, "Lo aja yang nyanyi buat gue, nyanyi yang bagus, oke? Harus janji."

"Aku berharap di nyanyiin sama kamu, kita belajar nyanyi bareng gimana?"

"Kenapa mau gue nyanyi? Gue gak bisa, lo aja yang nyanyi, oke."

Rose mengangguk kecil tapi wajahnya berubah menjadi cemberut, "Oke."

"Lo udah selesai kelas, mau pulang? tawar Mark, namun sepertinya Rose ingin pergi ke rumah Jennie.

"Kamu pulang duluan aja, aku mau ke rumah Jennie latihan nyanyi, sekalian pulang sama dia. Boleh, kan?"

Mark mengalungkan kameranya seraya bangkit, tak lupa ia mengusap bagian belakang celananya sekilas. "Oke."

Rose mendengus kesal, "Kenapa oke? Aku butuh jawaban, iya atau enggak."

"Iya boleh," Mark mengangkat tangan kanannya mengusap puncak kepala gadis itu, "Gue pulang duluan," pamit Mark kemudian beringsut pergi.

Only Wanna Be With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang