🍁 32- Prepare

526 96 0
                                    

"Kenapa setiap hubungan tak selamanya berjalan mulus dan bahagia, pasti ada saja hal yang menjadi penghalang."

-Roséanne-
🌹

****

Sudah berjam-jam ke-empat gadis itu berada di dalam Mall, lebih tepatnya berjam-jam di dalam butik yang juga menangkap sebagai salon. Jadi, hari ini kesibukan untuk berdandan begitu heboh hanya karena tiga orang gadis sibuk berebut satu dress yang sama, sedangkan salah satunya terlihat tak peduli dan lebih memilih duduk di salah satu sofa sambil bermain ponsel.

Rose tengah sibuk mengirimi banyak pesan untuk Mark agar laki-laki itu peduli juga padanya, jelas saja ia kesal  saat ini karena Mark bersama Irene sedang mempersiapkan diri, berdua. Siapa yang tak kesal bila tunangan kita bersama wanita lain? Tidak ada kan, begitupun Rose. Bahkan, sedari tadi gadis itu belum tersentuh tangan karyawan salon, seolah acara ulang tahun Irene itu tak begitu penting.

"Ini tuh dress punya gue, pokoknya gue yang bakal pakai ini nanti!" ujar Jennie seraya menarik bagian ujung bawah dress berwarna merah muda itu.

"Enggak bisa! Cocoknya juga gue yang pakai dress ini, lo tahu kalau gue imut punya tubuh kecil, tinggi. Jadi dress ini cocok banget sama gue!" ujar Lisa tak mau kalah, ia juga menarik bagian lainnya dress berwarna pink itu.

"Haduh, mending kalian berdua ngalah aja deh. Warna pink itu cocok banget sama gue yang kalem gini, dan pasti bagus kalau gue yang pakai!" sela Sooya yang juga merasa dirinya lebih pantas.

Beberapa karyawan yang tak nyaman melihat keributan itu segera mendekat, apalagi barang yang di perebutkan belum di bayar dan dress itu harganya sangat mahal kalau sampai rusak bisa-bisa mereka di pecat dari butik ini.

"Maaf, aduh kak. Ini kenapa ya? Kalau rebutan gitu nanti dress nya bisa robek, terus nanti yang bayar siapa?" tegur si karyawan berambut di sanggul itu.

Sontak ketiga gadis itu dengan cepat melepaskan dress merah muda itu dari tangan mereka masing-masing hingga terjatuh ke lantai.

"Tau nih, mereka berdua nih yang gak mau ngalah!" adu Jennie.

"Lo juga kali!" sergah Lisa yang tak terima jika ia juga di salahkan.

"Gak jadi aja deh, udah lebih baik pilih dress yang lain aja dari pada rebutan gini, iya kan?" ujar Sooya bijak seraya memilih kembali deretan dress mahal yang tersusun rapih di hadapannya.

"Kalau itu gue setuju," timpal Lisa.

Si karyawan hanya bisa bersabar hati, untuk saja mereka semua berasal dari keluarga berada. Ia memungut dress pink itu lalu membawanya pergi.

"Itu Rose kemana? Kok dari tadi gak kelihatan," ucap Jennie.

Ketiga gadis itu mengedar pandang ke segala arah, mencari keberadaan Rose yang sedari tadi tak ikut muncul bersama mereka hingga sepasang mata Lisa menangkap sosok yang tengah ia cari sedang asik makan di luar butik tanpa peduli dengan keadaan sekitar.

"Ya ampun, Roseanne!" pekik Lisa seraya menunjuk keberadaan gadis itu.

"Makan mulu tuh anak, " ucap Sooya seraya berkacak pinggang.

"Mending samperin deh, bentar lagi acaranya bakal di mulai sedangkan kita belum siap-siap," ujar Jennie.

Lisa mengangguk, "Gue aja deh yang samperin," gadis itu bergerak keluar dari dalam butik menuju tempat Rose berada. Ia segera menepuk bahu gadis itu hingga membuatnya tersentak.

"Ah Lisa! Ganggu orang aja lo!" kesal Rose seraya menyibak rambutnya ke belakang.

Lisa yang berdiri di hadapan gadis itu berkacak pinggang, "Ya ampun, Rose. Lo itu gimana sih? Lo jadi guest star tapi malah santai, sekarang udah jam berapa, Rose? Coba deh cek."

Rose dengan malas menghidupkan layar ponselnya lalu kembali menatap gadis itu, "Jam tiga, kenapa emangnya?"

"Make up yang cantik!" Lisa menarik tangan Rose hingga membuatnya berdiri dan menarik gadis itu kembali menuju butik.

"Gue udah cantik, gak perlu make up!"

"Pede amat lo, ya udah make up biar tambah cantik. Biar kak Mark gak akan berpaling sama lo!"

"Aduh Rose, lo santai banget sih? Lo niat datang ke acara ulang tahun Irene apa gak, kalau gak mau lihat Mark dansa sama Irene mending gak usah datang."

"Maunya gak datang, Jen. Tapi gue gak enak, apalagi gue jadi guest star."

"Kalau gitu lo make up duluan aja, kita yang bakal pilih dress buat lo. Malam ini lo harus tampil cantik, Ros," ujar Jennie seraya menarik lengan Rose menuju meja rias dan mendudukkan gadis itu lalu memanggil penata rias berkelas yang akan mengubah seorang Rose menjadi princess malam ini.

"Lo harus tampil lebih cantik dari yang punya acara," kekeh Sooya.

Jennie ikut terkekeh lalu beringsut pergi meninggalkan Rose yang sedang menatap wajahnya pada pantulan cermin. Tak ada yang meragukan jika Rose itu cantik, bukan? Bahkan cicak di dinding pun akan mengatakan kalau di beri kesempatan untuk bicara.

Tapi, apa gunanya Rose terlihat cantik malam ini? Toh, sang pangeran tak akan mungkin mengajak nya berdansa. Kenapa tiba-tiba rasanya sesak, gadis itu terlihat kesal tanpa di sadari tengah meremas ponselnya.

Datang ke pesta itu sepertinya hanya menyaksikan orang-orang bahagia bersama pasangan, sedangkan dirinya? Menyaksikan Mark berdansa dengan Irene, di depan Rose yang jelas-jelas adalah tunangan dari laki-laki itu.

Belum di coba luka-luka itu sudah lebih dulu merasuk, Rose tak suka melihat semua itu. Ia ingin menghentikan dan membatalkan semuanya, tapi Rose tak bisa. Rasanya ingin melarang Mark agar laki-laki itu tak menjadi pasangan dansa Irene, Rose juga tak bisa, dia tak bisa melakukannya! Kenapa perasaan menyiksa ini makin merasuk ke dalam raganya dan sulit di hilangkan.

"Kenapa hubungan kita gak pernah bahagia, Mark? Kenapa!" gumam Rose seraya meremas ponselnya kembali, dia menunduk menahan perih yang menggerogoti hati. Tangan kanan nya bergerak meremas kuas wajah yang ada di atas meja, menjadi korban kekesalan hatinya.

"Sudah siap di make up?" tanya si penata rias seraya pasang senyum.

Sontak Rose segera menarik tangannya kembali, dia membalas senyuman itu lalu mengangguk kecil.

"Mau di make up yang seperti apa, nih?"

"Sebagusnya aja, yang penting cantik dan gak terlalu berlebihan."

Si penata rias salon mulai menyentuh rambut Rose, membuat gadis itu tetap diam menatap dirinya pada pantulan kaca. Akan seperti apa dirinya nanti, Rose jelas tak peduli karena semuanya terasa berat untuk di jalani, ia tak sanggup melihat Mark dan Irene menjadi pasangan di depan matanya.

****

B E R S A M B U N G

Only Wanna Be With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang