"I told you, that you cannot predict the future."
- Irene -
🌹****
Terlihat semua mahasiswa yang baru saja diwisuda begitu bahagia, mereka mengambil foto bersama keluarganya masing-masing, ini adalah hari akhir mereka di kampus. Jadi, ini mungkin menjadi kenangan yang bisa di simpan dan kelak akan mereka tunjukkan pada anak-anak mereka nanti kalau mereka pernah menjadi salah satu mahasiswa kampus SNU, tentunya bangga.
Hal serupa, keempat laki-laki lengkap dengan mortarboard di kepalanya juga sibuk mengambil foto bersama. Setelah ini mereka tak mungkin bisa bersama lagi, bercanda gurau, berkumpul setiap saat, karena pasti mereka sibuk dengan jalannya masing-masing. Terasa begitu berat untuk melepaskan semuanya tapi setiap pertemuan sudah pasti tak lepas dengan perpisahan, setiap awalan yang bahagia pastinya akan berakhir dengan kesedihan. Tapi, hari ini bukanlah hari akhir bagi mereka, persahabatan yang telah mereka bangun bahkan sekarang sudah seperti keluarga, tentu saja tidak akan mereka lepas begitu saja.
Ini hanya perpisahan mereka dengan kampus SNU, bukan perpisahan akhir dari persahabatan mereka, benarkan. Mereka akan tetap bersama, walaupun jalan yang mereka tentukan beda-beda tapi tali persahabatan tak akan mereka putus sampai kapanpun.
Keempat laki-laki itu merapat sembari memegang bahu satu sama lain, setelah nya tersenyum menghadap ke kamera. Beberapa gambar berhasil di abadikan oleh fotografer Jennie.
"Oke, siap!" gadis itu tersenyum seraya mengangkat ibu jarinya.
Mereka mengangguk, lalu berpelukan ala laki-laki, saling memberi suport satu sama lain.
"Sukses, sukses!" seru JayB.
Jalan kesuksesan sudah di depan mata, mereka akan menjadi CEO perusahaan. JayB sendiri di minta untuk mengurus perusahaan milik Papanya, begitu pun Junior. Sedangkan kalau Mark sudah memiliki perusahaan sendiri hasil kerja kerasnya dan juga bantuan dari orang di sekitar Mark, terutama Mason.
Selama tujuh bulan terakhir ia mulai fokus mengurus perusahaan, bahkan perusahaan itu semakin berkembang pesat. Saat ini Mark sedang mengurus proyek perusahaan baru yang akan ia bangun di negera besar, yaitu Amerika Serikat tepat nya di kota New York dan juga Singapore. Ia tak mau menunggu satu tahun lagi untuk menikahi Rose, Mark ingin pernikahannya di percepat.
"Akhirnya kita diwisuda!" ucap Junior kegirangan.
"Tahun depan kita yang bakalan pakai itu, lihat aja nanti!" ketus Sooya.
"Yakin?"
Sooya ingin melayangkan satu pukulan pada kekasihnya, tapi Junior segera lari berusaha menghindar—membuat gadis itu ikut berlari. Sepertinya hubungan mereka berdua kian membaik, bahkan setelah Sooya selesai kuliah Junior ingin melamar gadis itu.
"Hey, kenapa lo?" Mark menepuk bahu Bambam lalu ikut duduk di sebelahnya.
Laki-laki itu hanya tersenyum tipis, lalu menggeleng, "Gak apa-apa, Mark."
Biasa nya yang paling heboh Bambam, tapi sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu—berpikir bagaimana caranya menjadi orang sukses dan mempunyai perusahaan sendiri seperti sahabatnya. Mengingat bahwa dia bukanlah berasal dari keluarga berada, bahkan ia sedari kecil tinggal bersama paman karena orang tua nya sudah tiada, kecelakaan mobil dan hanya satu-satunya dia yang selamat. Setelah menginjak dewasa ia mulai belajar hidup mandiri, lalu Lisa mengajak nya untuk tinggal di Korea dan bertemu dengan mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Wanna Be With You [END]
Fanfiction_________________________________ Semua itu berawal karena masalah vidio semasa Ospek. Dimana semua orang takut kepada ketua BEM kampus, lain halnya dengan gadis cantik berdarah Australia yang malah berani mendekati singa kampus. Rosé, terus terang...