🍁 41- SIN

676 89 0
                                    

"Aku tak ingin bila kau menjauh dariku, aku hanya ingin tertawa denganmu dan merasakan kehangatan sikapmu.

Only wanna be with you, Roseanne."

- Mark Tuan -
🌹

****

"Mark! Turunin aku sekarang!" Rose memberontak, ia memukul punggung Mark seraya menggerakkan kakinya.

Mark tak peduli, ia membawa gadisnya masuk ke dalam kamar mandi lepas itu mengunci pintunya rapat, Rose takkan bisa kabur darinya. Mark menurunkan Rose di bawah shower, ia mengurung posisi Rose, tangan kanannya bergerak menghidupkan shower hingga tak lama setelah itu air mengucur deras jatuh di atas kepala keduanya.

"Mark, kamu siksa aku? Ini dingin," ia menunduk menggigil seraya mengusap kedua lengannya, tadi ia sudah di guyur hujan malam lalu kembali di hujani air dingin di dalam kamar mandi. Rasanya tubuh ini mati rasa, dasar laki-laki gila!

Mark tersenyum miring, "Siksaan yang romantis, kan, sayang?" sahut Mark, dia memiringkan kepalanya, mengamati wajah Rose yang semakin pucat seperti mayat hidup, jelas saja dia kedinginan.

"Aku bisa mati kedinginan di sini, Mark. Matiin airnya," sejenak mata sayu gadis itu menatap Mark, ia benar-benar ingin mati rasanya, Mark kembali menyiksa.

"Gue gak akan mungkin biarin lo mati kedinginan, tenang aja. Kita main-main sebentar," rambut basah laki-laki itu makin membuatnya mempesona hanya saja gadis itu tak ingin peduli apapun bagaimana Mark, ia hampir mati. Bisa saja ia terserang penyakit Hipotermia.

"Main-main? Aku ini bukan perempuan yang bisa kamu perlakukan sesuka hati seperti perempuan yang pernah kamu sentuh malam itu, kita udah selesai dan jangan coba-coba sentuh aku," peringat Rose, walaupun menggigil ia masih bisa angkat bicara.

"Berapa kali gue harus bilang, hm? Gue gak pernah sentuh perempuan sampai sejauh itu, Ros."

"Tapi, semua itu ada bukti dan jelas dia anak kandung kalian berdua."

"Gue sayang sama lo, gak mungkin gue ngelakuin hal kaya gitu. Gue cuma mau sama lo, itu pun nanti, kalau kita udah nikah. Lo percaya kan sama gue?"

"Malam itu gue emang mabuk, gue gak ingat apapun setelah bangun tidur. Gue tidur di hotel tapi gak sama Irene, gue berani sumpah, Ros."

"Dingin..."

"Matiin airnya, Mark."

"Itu akibat karena lo bilang kalimat gak gue suka, gimana enak gak, hm?" Mark menarik dagu Rose agar mau menatap nya, tubuhnya sedingin es. Bagaimana Mark bisa setega itu pada gadisnya.

"Lo harus punya alasan biar gak pergi tinggalin gue, Roseanne."

"Kamu emang brengsek, gak cukup satu wanita yang udah kamu bikin kaya gitu dan sekarang mau aku hancur juga?"

"Semakin lama semakin sakit, akhirnya aku paham, bahwa ternyata kita selama ini di takdirkan untuk menjauh, bukan bersatu."

"Kenapa gak bunuh aku aja, Mark. Aku capek dengan semuanya, aku muak."

Mark tersenyum tipis, "Sekarang aja lo butuh bantuan gue biar bisa bertahan hidup, Rose."

"Lo gak bisa pergi jauh dari gue sampai kapanpun, gue akan kasih bukti kalau itu bukan anak gue."

Only Wanna Be With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang