🍁 46- Thanks, I Love You.

882 104 17
                                    

"Ke mana pun kamu pergi dan dimana kamu berada, pergilah dengan segenap hatimu dan jangan benci aku hanya karena satu kesalahan."

- Mark Tuan -
🌹

****

Asan medical center, Seoul.

Lima orang perawat begitu tergesa-gesa mendorong Brankar dengan dokter di sampingnya berlari kecil menuju ruang unit gawat darurat agar pasien segera mendapatkan penanganan. Sepasang mata dari ujung ke ujung tak ada yang melewatkan untuk melihat atau melirik karena kedatangan Mark langsung jadi pusat perhatian penghuni rumah sakit.

Hingga akhirnya Brankar itu masuk ke dalam ruangan unit gawat darurat lalu dua perawat segera menutup pintu itu rapat, Chanyeol dan Loren mengikuti di belakang, melihat pintu itu di tutup, mereka hanya bisa menunggu di luar.

Loren mendudukkan dirinya di bangku panjang yang tersedia seraya mengatur nafas, jelas saja mereka ikut berlari tadi

Sedangkan Chanyeol terlihat panik tak karuan, tangan kanannya ia letakan di telinga sembari menggenggam ponsel.

Nomor yang ada tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Sil---

Chanyeol berdecak ia beralih menatap layar ponselnya, nomor Rose dihubungi berkali-kali tidak aktif. Sebenarnya apa yang sudah terjadi di antara keduanya? Kaki itu tak henti-hentinya melangkah ke sana-kemari, "Where are you Rose?" gumam Chanyeol mengusap wajahnya gusar, rasa panik serta bingung itu lah perasaan yang mendominasi di hatinya.

Sampai ia tidak tahu ingin berbuat apa, hingga akhirnya Chanyeol memutuskan untuk menghubungi teman Mark, yaitu JayB, hanya nomor JayB yang dia punya

Toh, mereka pasti akan datang bersama sahabat Rose juga, benar. Ia tahu betul tentang kehidupan mereka.

Tiga puluh menit berlalu setelah empat pasangan itu datang, JayB lantas segera bertanya apa yang sudah terjadi hingga Mark sampai seperti itu. Loren sebagai orang pertama yang melihat itu segera menjelaskan secara detail.

"Lo lihat wajah kedua laki-laki itu? Atau mungkin lo kenal mereka," tanya Junior pada Loren, ia tampak berpikir sejenak mengingat kembali wajah laki-laki itu.

"Ya, ya, gue kenal yang satunya. Soalnya akhir-akhir ini dia datang ke bar sama perempuan, Jeffrey namanya. Mungkin satunya lagi itu teman dia, tapi gue gak tahu siapa," perjelas Loren.

"June," gumam Junior, tak salah lagi itu adalah June, benar. Pasalnya June ikut terlibat dalam rencana gila itu.

"Kalau gitu gue boleh minta tolong gak, ikut gue ke kantor polisi? Sebagai saksi yang lihat kejadian itu," pinta Junior.

Loren mengangguk setuju, "Ok, gue siap jadi saksi," Loren segera bangkit.

Junior mengangguk kemudian beralih menatap Sooya, "Kamu di sini aja sama Jennie," pamit Junior langsung di balas anggukan kecil Sooya.

Setelah itu mereka berdua melenggang pergi menuju kantor polisi, Jeffrey dan June berhak menerima hukuman atas perbuatan mereka, benar.

Sedangkan Jennie sudah menangis, ya walaupun keduanya tak terlihat dekat tapi Mark merupakan sahabat kecilnya sewaktu dia tinggal di Amerika sampai kembali di pertemukan di Seoul ketika keduanya beranjak dewasa, perpisahan itu membuat mereka canggung bahkan sampai tak bisa sedekat seperti dulu.

"Mark...kenapa bisa jadi gini coba," lirih Jennie disertai isakan tangis.

Sooya yang duduk di samping gadis itu, lantas mengusap kedua bahu Jennie, ia juga ikut sedih, "Semua itu udah di atur, Jen. Kita cuma bisa berdoa yang terbaik untuk kak Mark."

Only Wanna Be With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang