🍁 21- Before Two Day's

739 118 7
                                    

"Your fiancé said that he will not lose you, tapi kamu tidak bisa memprediksi masa depan."

- Irene -
🌹

****

Terlihat para anggota organisasi kembali di landa dengan kesibukan, mereka sedang mempersiapkan acara pensi festival song yang akan di selenggarakan dua hari lagi, sebelumnya acara seperti itu sudah pernah ada sejak tiga tahun lalu silam dan sekarang pensi festival song kembali di adakan oleh organisasi kampus.

Selain untuk menunjukkan bakat masing-masing, acara ini juga dapat menghibur mahasiswa kampus agar tidak terlalu pusing memikirkan tugas skripsi—skripsi bagaikan permainan teka-teki yang harus di pecahkan agar kita dapat lanjut ke babak selanjutnya, memikirkan skripsi membuat rambut yang semula lurus menjadi keriting, memaksa hadir untuk di pikiran walau otak sudah berulang kali menolak seperti bayangan setan yang enggan menyingkir.

"Gini bagus gak, Bam. Atau ke kiri lagi?" tanya Junior bingung meletakan posisi mic dimana.

"Di ujung aja tuh, lebih bagus. Lagian lo ribet banget cuma letak posisi mic doang," ucap Bambam heran.

JayB menghempas bokongnya di rerumputan, "Istirahat aja dulu, nanti lanjut lagi."

"Nih minum dulu, sayang. Maaf ya kita gak bantu kalian," ucap Jennie seraya menyodorkan sebotol air mineral kepada kekasihnya itu. Mereka baru saja menyelesaikan latihan bernyanyi untuk festival song nanti, setelahnya langsung menuju lapangan karena ingin melihat.

"Kenapa kalian cuma bertiga, Lisa kemana?" tanya Bambam menatap ketiga gadis itu bergantian. Biasanya mereka berempat, bukan?

"Lisa lagi ke toilet, dia bilang mau sendiri. Jangan fitnah kalau kita gak mau nganterin, ngomong-ngomong ini udah selesai?" tanya Sooya seraya melirik sekeliling, semuanya sudah siap. Jelas, organisasi kampus banyak jumlahnya, pasti akan cepat selesai walau mereka tidak membantu.

"Rose, ikut aku bentar." belum sempat gadis itu menjawab, lengannya sudah di tarik lebih dulu oleh Irene.

Irene membawa ke tempat yang tidak begitu ramai orang, setelahnya dia melepaskan cekalan itu. Lalu beralih menatap tajam ke arah Rose kali ini, tatapan itu begitu mengintimidasi.

"Aku cukup terkejut mendengar kabar itu, gak perduli hubungan kalian udah bertunangan apapun itu. Tapi ingat ya kalau aku gak akan biarin Mark sama kamu, Rose!"

"Karena aku udah suka sama Mark lebih dulu sebelum kamu hadir di hubungan kita," ucap Irene kesal.

Rose cukup tercengang, tapi sebisa mungkin gadis itu beraksi biasa saja.

"Terserah, kalau lo mau di anggap sebagai ulat bulu gue gak keberatan."

"Lagian, kedekatan kalian itu gak bisa bikin hati Mark jadi suka sama lo, iya, kan? Gue rasa ini fakta."

"Jaga ya ucapan kamu! Aku bakal bikin dia jatuh cinta," tegas Irene.

"Denger deh, maaf gue gak sopan sama yang lebih tua dari gue. Tapi, lo harus sadar kalau cinta itu gak harus maksa."

"Kalau niat lo mau bikin hubungan kita renggang, mungkin gue anggap itu sebagai motivasi buat gue untuk semakin mempertahankan hubungan gue sama Mark."

Emosi Irene merangkak naik ke atas ubun-ubun, "Mungkin Mark suka sama kamu, Rose. Tapi kamu gak bisa memprediksi masa depan. Tolong diingat ucapan aku di awal baik-baik."

Rose mencekal lengan Irene ketika gadis itu hendak pergi, "Lo tahu dari mana soal hubungan gue?"

"Kenapa, kamu takut semua mahasiswa kampus tahu tentang notabene kamu yang sekarang?"

"Rose, Rose. Kamu gak usah khawatir mahasiswa kampus tahu, aku gak bakal kasih tahu ke siapapun kok. Karena aku benar-benar gak mau di anggap sebagai ulat bulu nantinya."

Irene tersenyum, "Kita sama-sama dapat keuntungan," setelahnya dia memutar bola matanya malas disertai senyuman sinis seraya melepas cekalan itu dan melangkah pergi.

Rose menarik nafas panjang sebelum menghampiri sahabatnya, bibirnya kembali tersenyum seolah kejadian tadi benar-benar ia lupakan.

"Ros, gue benar-benar minta maaf sama lo, gue yang bilang hubungan lo ke Irene. Tapi, sumpah gue gak maksud mencampuri urusan kalian."

"Gue di paksa, Ros. Lo berhak marah sama gue," Lisa menggerutu dalam hati betapa bodohnya dia membuka mulut tentang hubungan Rose, tapi ancaman Irene benar-benar membuatnya tidak bisa berkutik kala itu.

Rose sempat terkejut, tapi setelahnya dia tersenyum seraya mengusap bahu gadis itu, "Gak apa-apa, Lis. Gue gak mungkin marah sama sahabat gue cuma karena hal kaya gitu, lambat laun semua orang juga bakalan tahu."

"Makasih banyak, Ros." Lisa tersenyum, ia tidak tahu harus berbuat apa untuk menghukum kesalahannya sendiri.

"Emang Irene bilang apa sama lo?" tanya Jennie, mereka bertiga sempat melihat Irene membawa Rose pergi dan mereka tidak tahu tentang apa yang di bicarakan oleh kedua gadis itu.

"Hal gak begitu penting menurut gue, oh iya. Mark kemana ya? Kok malah gak ada padahal ketua BEM kampus," Rose celingukan mencari keberadaan laki-laki itu namun tidak menemukan tanda-tanda kehidupan Mark di sini.

"Mark di mobil, dia tidur. Mending lo bangunin deh, suruh foto stage ini untuk dokumentasi," ujar JayB yang langsung mendapat anggukan kecil dari Rose, setelahnya gadis itu beringsut pergi menuju parkiran.

Sampainya di parkiran, Rose langsung membuka pintu mobil begitu saja, dan benar laki-laki itu sedang tidur di balik kursi kemudi dengan kedua kaki di letakan di atas dashboard.

Wajahnya terlihat tenang, dia tidur dengan nyenyak tanpa peduli dengan keadaan sekitar. Bahkan, Mark tak terusik dengan kehadiran Rose yang kini tengah mengamati wajahnya tanpa sensor.

Gadis itu mendekatkan wajahnya seraya tersenyum, dia ingin melihat lebih dekat wajah tenang milik Mark saat ini, tanpa berkedip

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu mendekatkan wajahnya seraya tersenyum, dia ingin melihat lebih dekat wajah tenang milik Mark saat ini, tanpa berkedip. Namun ketenangan itu tak berangsur lama ketika manik mata mereka saling bertemu—Mark membuka mata tanpa aba-aba, untung saja jantung Rose masih betah di tempatnya.

Jarak mereka hanya beberapa centi, manik mata Mark bergerak menelusuri tiap jengkal milik gadisnya hingga bertemu eboni Rose lagi, hawa dingin seolah menyelimuti tubuh gadis itu, sontak dia segera mengubah posisinya seperti semula.

"JayB suruh foto stage, aku tunggu di luar aja deh," Rose bergegas keluar dari dalam mobil. Ia merasa seperti tertangkap basah oleh hewan buas, ketika sedang terjebak di pulau tersembunyi tanpa tahu jalan keluar.

****

B E R S A M B U N G

Only Wanna Be With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang