🍁 03- The Cruelest Senior

993 163 4
                                    

"Dunia itu keras, hanya hal kecil sudah menangis. Bagaimana mau menghadapi kejam nya dunia?"

- Mark Tuan -
🌹

****

"Hey, ada apa nih, ada apa? Lo kenapa marah-marah, tenang dulu" lerai Junior menghampiri sahabatnya itu bersama dengan JayB.

Sooya segera berjongkok meraih lengan Rose dan membantu nya agar bangkit.

"Ikut gue!"

"Aw, sakit ish!" Rose merintih kesakitan saat tangan Mark mencekal lengannya erat.

"Jangan kasar sama cewek, Mark!" ujar JayB.

Mark berdecih, "Kalau dia cowok udah gue hajar!"

"Tolong maafin Rose, kak. Jangan kasar sama dia," ucap Sooya memohon.

Mark menyeringai, "Berani kalian sama gue, hm?" ucap Mark berhasil membuat nyali mereka seketika menciut.

Mark semakin mempererat cekalannya dan menarik lengan Rose—definisi nya Rose nolak dan Mark semakin menarik, rasanya lengannya ingin putus.

"Sakit...hiks, lepas!" lirih Rose.

Mark tak perduli, ia langsung menarik lengan Rose kuat hingga tubuhnya ikut tertarik dan tulang lengannya berbunyi jelas saja jika Rose meringis kesakitan. Kini gadis itu hanya pasrah mengikuti kemana Mark akan membawanya pergi

Sooya mulai panik, "Kak Junior, tolong Rose dong, aduh gimana sih ini!"

Junior pun ikutan panik, "Kalau sama Mark udah beda lagi urusan nya, Oya. Ayo ikutin," ujar Junior segera menarik lengan Sooya mengajaknya berjalan mengejar Mark.

JayB menatap asam kedua pasangan itu, "Definisi sahabat bangsat ya gini," gumam nya, lalu segera berjalan santai menyusul.

Mark melepaskan cekalan nya, di saat itu pula Rose meringis kesakitan, pasti lengannya sudah merah bukan main, atau bahkan memar—hanya saja tidak terlihat karena terbalut almamater.

"Don't cry,"

Rose mengangkat wajahnya, "Lengan aku sakit, gimana aku gak nangis?"

"Gak punya perasaan, dasar manusia batu!" cibir Rose.

Mark mengangkat kedua bahu nya tak perduli, "Lari lima putaran."

Rose menatap Mark ingin membantah tentunya, "Ini lapangan luas, lari satu putaran aja belum tentu aku mampu."

"I don't care,"

"Kakak gak bisa lihat ini? Aku gak mau, aku gak sanggup," tolak Rose cepat, air matanya kembali menetes.

"Lagi pula lo gak bisa ganti kamera gue jadi apa susah nya lari?" ucap laki-laki itu yang telah duduk di rerumputan.

"Aku bakal bilang sama daddy dan aku ganti kame--"

"100 juta?" potong Mark cepat.

Rose mengangguk cepat, "Aku bakalan ganti. Tapi jangan hukum aku lari satu lapangan, please..."

"Gue gak butuh uang orang tua lo."


"Ck, lagi pula kamera itu rusak karena ka---"

"Lo berani sama gue, hm?" ucap Mark di sertai tatapan tajamnya.

Shit!

Jadi begini rasanya berurusan dengan ketua BEM yang paling di hindari mahasiswa satu kampus, ternyata memang menyusahkan. Pantas laki-laki itu di sebut sebagai 'The Cruelest Senior' kampus.

"Rose, lo gak apa-apa kan? Tuh kan gue bilang juga apa," bisik Sooya yang kini telah berdiri di samping Rose.

"Sebentar lagi pembubaran Ospek, lebih baik kita urus itu dulu," saran Junior selaku wakil BEM sekaligus sahabat Mark.

"Benar yang di bilang Junior, Mark. karena itu lebih penting ketimbang lo hukum Rose," timpal JayB.

"Satu putaran," ujar laki-laki itu tetap bersi kukuh pada pendirian, bukan Mark jika membiarkan mangsa nya lolos begitu saja. Sekarang pembubaran Ospek berada di tangan Rose, bila gadis itu tak mau menuruti keinginannya, berarti tidak ada waktu untuk pulang.

Rose menghela nafas, ia mulai berlari kecil di pinggir lapangan yang luasnya sampai berpuluh-puluh kilo meter, atau bahkan ratusan.

"Gila lo Mark! Dia cewek bodoh, mana mungkin sanggup lari satu putaran di lapangan seluas ini."

"Gue aja laki-laki belum tentu mampu," lanjut JayB.

Rose merasakan dadanya begitu sesak, langkahnya mulai melambat sampai akhirnya berhenti dengan kedua tangan menopang pada lutut. Ia mengatur nafas sejenak, kedua kakinya sudah tidak sanggup untuk melanjutkan—gadis itu meluruh di rerumputan.

Mereka bertiga seketika panik melihat Rose yang tiba-tiba terduduk.

Junior menatap Mark kecewa, "Lo harus minta maaf sama Rose."

Laki-laki itu hanya memasang wajah datarnya, "Gue gak punya salah," balas nya enteng kemudian melangkah pergi.

"Gue curiga dia bukan manusia, kalau manusia udah pasti punya hati dan rasa belas kasihan!" timpal JayB menggelengkan kepalanya heran, bahkan mereka sampai lupa kalau ingin menghampiri Rose.

"Sooya! Rose kenapa?" tanya June tiba-tiba datang dengan wajah panik.

"Se---se--" sulit sekali bagi Rose untuk mengatakan kalau dadanya sesak.

"Gak ada waktu untuk sesi pertanyaan, Jun. Bantu gue angkat Rose sekarang," ujar Sooya—mulai memapah tubuh ramping Rose.

"Biar gue gendong aja," June segera menggendong tubuh Rose ala bridal style.

Rose—gadis itu hanya diam di dekapan June, dadanya benar-benar sesak dan ia sulit sekali bernafas.

****

B E R S A M B U N G

Jangan lupa vote and comment guys! Happy Reading❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote and comment guys! Happy Reading❤

#Marksé

Only Wanna Be With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang