🍁 12- Calon Istri Idaman

930 148 8
                                    

"Hidup dalam kehidupan sehari-hari yang berbeda, aku tidak berpikir itu mudah. Tetap saja, kamu mengisi hariku."

- Roséanne -
🌹

****

Drrttt...

Drrttt...

Gadis itu sontak terbangun, ketika ia mengangkat kepalanya terasa begitu berat, tangannya pun terasa sedikit kram. Rose segera meraih ponselnya yang terus saja berdering—meminta agar sang pemilik ponsel mengangkat panggilan itu segera, ia membaca nama Sooya yang tertera di layar ponsel, sebelum menempelkan benda pipih itu di telinga kanan.

"Morning Rosie, maaf ganggu pagi-pagi."

"Gue cuma mau bilang, jangan lupa bawa laporan minggu lalu."

"Hm."

"Jangan hm, hm aja lo. Kalau lo lupa kelompok kita bisa di hukum,"

"Iya."

"Lemes banget lo kaya gak makan satu tahun, gue tutup ya, mau mandi. See you."

Gadis itu meletakkan ponselnya begitu saja di permukaan meja, ia menatap sup Kimchi itu malas ada rasa ingin membuang. Tapi, alangkah baiknya jika di panaskan agar bisa di makan nantinya—dia segera bangkit seraya membawa semangkuk sup Kimchi dan menuangkan nya di panci lalu menghidupkan api level sedang, kemudian beralih dengan mesin Espressomembuat kopi di pagi hari sepertinya tidak buruk, sekaligus untuk menghilangkan rasa kantuknya.

Dimana laki-laki itu? Tidur dimana dia semalam? Tidak penting untuknya memikirkan hal itu, Rose benar-benar kesal. Bukan kah itu lebih bagus jika Mark tidak kembali ke sini, bila perlu sampai seterusnya.

"Untuk gue?" tanya Mark seraya mencuci tangan di wastafel, dia baru pulang dan langsung menuju dapur karena mencium wangi kopi.

Sial! Apakah Rose kurang bersedekah atau sering berbohong kepada kedua orang tuanya, kenapa keinginan nya selalu tidak terpenuhi.

"Iya," balas gadis itu tersirat sebuah niat—ingin memberi kopi ini racun Botulinum—sehingga dengan begitu Mark akan menghilang selamanya, lucunya Rose tak mempunyai racun Botulinum. Gagal sudah menjadi pembunuh sadis, ketika laki-laki itu mendekat, aroma alkohol dan juga rokok menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya. Lantas tak ada salahnya jika dia bertanya.

"Ngapain semalam?"

"Main."

Rose sontak menoleh, pikiran nya kini tertuju pada bagian inti usai menyimpulkan aroma alkohol dan juga perkataan itu. Bahwa Mark habis bermain gila dengan wanita jalang betul?

"Billiard," sambung Mark sebelum gadis itu salah paham mengenai perkataan nya. "Gue main billiard di rumah Junior, maaf udah ninggalin lo sendirian di rumah."

Ya, terkadang mengalah adalah cara terbaik. Tapi tidak untuk seterusnya, Rose harus memberi laki-laki itu hukuman, mendiami nya selama satu bulan sepertinya cukup.

"Lo masak?" tanya Mark menatap sup Kimchi yang sudah berbuih di dalam panci.

Gadis itu hanya mengangguk seraya memberikan secangkir kopi hangat kepada Mark, "Itu aku masak tadi malam, aku pikir kamu bakalan pulang."

Only Wanna Be With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang