🍁 13- Mungkinkah?

913 134 4
                                    

"Laki-laki tampan seperti dia memang banyak, tapi kalau batunya kaya Mark sih gak ada."

- Jennie Kim -
🌹

****

Rose terburu-buru menyelesaikan tugas mata kuliahnya untuk di kumpulkan pagi ini, semua orang di kelas juga melakukan hal yang sama. Namun, sesuatu mengusik urusan belajarnya, karena suara panggilan seperti bisikan makhluk halus tapi bedanya yang ini lebih seram.

"Sssttt,"

"Sssttt,"

"Rose, psstt--" sebuah tepukan mendarat di bahu Rose, pelakunya adalah Lisa—gadis itu duduk di belakang Rose. Jika Lisa sudah sampai ke tahap menggoyang-goyangkan kursi Rose, sudah jelas gadis itu pusing dengan jawaban soal pagi ini.

"Congah, nomor sepuluh sampai dua puluh dong. Perut gue udah lapar, jadinya otak gue kurang sinkron."

Kesal, Rose menoleh. "Apaan sih, Lis?Kalau minta jawaban kira-kira dong, gue juga lagi mikir nih."

"Gue tahu lo pintar, Ros. Jangan pelit sama jawaban, karena berbagi itu indah."

"Terserah, terakhir ya!"

Rose merobek kertas kecil dan mulai menyalin jawaban miliknya, sesekali ia melirik dosen yang terlihat sibuk dengan buku tebal di permukaan meja. Dia kembali menoleh seraya meletakkan secarik kertas dengan hati-hati, karena takut ketahuan oleh Miss Ella—dosen yang terkenal killer satu kampus.

Tiga puluh menit pun berlalu, mata pelajaran sudah berakhir. Kini gadis itu sedang sibuk memakai lipstik di bibirnya, hingga tak tersadar jika ada sosok Mark sudah berdiri di depan meja.

"Jam berapa selesai kelas?" tanya Mark, membuat gadis itu tersentak kaget, lalu menatap laki-laki itu bingung—ketiga sahabatnya pun kini tengah syok berat. Bagaimana tidak, bukannya kemarin mereka habis berdebat hebat, tapi kenapa sekarang malah menjadi dekat.

"Mm, habis ini pulang. Kenapa?"

"Lo nanti pulang sama Jennie, gue ada urusan." ujar Mark kemudian beralih menatap Jennie, "Jen, antar dia pulang ke rumah gue."

Jennie hanya mengangguk tanpa berniat bertanya, otak nya sedang loading sekarang. Begitu banyak pertanyaan yang akan ia lontarkan kepada Rose, dia butuh klarifikasi apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua.

Mark hanya mengangguk kecil, lalu kembali melangkah menuju pintu keluar tanpa berkata lain—di saat itu pula ketiga sahabatnya menatap Rose dengan segudang pertanyaan yang sudah berbaris rapi tentunya.

"Lo tinggal di rumah, Mark. Ada hubungan apa lo sama dia?" tanya Jennie serius.

"Udah deh, mending lo sekarang jujur sama kita-kita," timpal Lisa tak mau menunggu lebih lama lagi.

Rose menghela nafas, ia tidak bisa menyembunyikan apapun, kalau tidak mereka akan terus mendesaknya agar segera bercerita.

"Gue tinggal satu atap sama dia," jujur Rose.

"WHAT!"

"APA!"

Teriak Sooya dan Jennie secara bersamaan, bahkan Rose sampai menutup kedua telinganya.

Only Wanna Be With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang