Evidence

363 66 27
                                    

Cukup sudah Jihyo menangis. Beberapa saat ia sadari bahwa pria yang menyelamatkannya adalah pria yang ia benci. Pria yang mendorong dan membentaknya. Untuk itulah sampai sekarang, Jihyo tak membalas pelukan Taehyung sama sekali.

Jihyo menjauh dari dekapan Taehyung. Menarik dirinya untuk menghindari pria tampan ini. Mengundang pertanyaan dari lawan bicaranya.

"Kenapa Jiggly? Ada sesuatu yang membuatmu sakit?" Tanya Taehyung sembari menatap wajah Jihyo didepannya.

Mengapa Jihyo tak mau menatapnya? Baiklah, ia ingat. Kejadian kemarin masih membekas diingatan Jihyo.

Melihat Jihyo yang diam saja, maka Taehyung membalut tubuh basah kuyup itu dengan mantelnya dan mengangkat tubuh Jihyo ala bridal style. Membawanya masuk kedalam mobil mewah miliknya. Tetapi Jihyo tetap diam saja. Tanpa sepatah kata penolakan ataupun berterimakasih.

Didalam mobil pun Jihyo hanya terdiam. Taehyung sesekali memandang wajah ayu Jihyo dari samping. Gadis ini hanya melamun. Tidak seperti Jihyo yang biasa ia lihat. Oh, maaf maksudnya Jiggly. Jika Jiggly adalah image yang lucu dan ceria maka Jihyo adalah image yang tertekan.

Taehyung menghela nafas dan lebih memilih untuk mengantar Jihyo kembali. Saling diam sepertinya lebih bagus untuk keadaan saat ini.

•••••

"Dasar tak becus! Jika sesuatu terjadi pada adikku, maka dengan tanganku sendiri aku yang akan membunuh kalian!" Teriak Chanyeol dalam telfonnya.

"Tapi bos, nona muda sudah kembali bersama...."

"Tuan, nona Jihyo sudah kembali bersama Tuan Taehyung" Ucap salah seorang maid.

Chanyeol segera memutus panggilan singkatnya. Tungkainya melangkah panjang untuk segera menemui adiknya dibawah sana.

Jihyo berjalan dengan lamunan memasuki halaman utama rumahnya. Ingatan buruk bercampur menjadi satu. Taehyung yang membentaknya. Pria yang tak dikenal mencoba membunuh dan mengambil kesuciannya. Dan kebrutalan Taehyung untuk menghabisi pria tak dikenal itu semakin membuat otaknya terbebani.

"Jihyo!" Chanyeol langsung memeluk tubuh basah adiknya erat - erat. Tak peduli jika pakaiannya ikut basah. Lihatkan begitu sayangnya ia kepada Jihyo. Bukankah sangat beruntung memiliki kakak seperti Chanyeol?

Jihyo membalas pelukan Chanyeol tak kalah erat sambil menangis histeris. Ia tak mampu untuk menyimpan kenangan buruk sendirian. Ingatan itu membayanginya sampai-sampai membuat ia jatuh kembali dalam ketakutan.

"Hiks, Chanyeol Oppa jangan pergi dari Jiggly. Seseorang mau mem-membunuh Jiggly. Aku takut... Sangat takut" Jihyo tak henti - hentinya menangis.

Chanyeol menatap Taehyung yang berada dibelakang Jihyo. Berusaha meminta penjelasan lewat sorot matanya. Namun belum Taehyung menjelaskan, Jihyo terlebih dahulu pingsan. Mau tak mau penjelasan itu harus ditunda.

•••••

"Nona Jihyo sangat tertekan. Dia depresi. Setelah ini mungkin dia akan mengalami trauma yang berat. Selain terapi, mungkin salah satu dari keluarganya bisa mengeluarkan rasa takutnya dan ingatkan tentang hal - hal yang bahagia" Seorang dokter wanita bernama Irene ini begitu telaten menjelaskan.

"Seperti apa misalnya?" Tanya Taehyung.

"Jangan biarkan Jihyo selalu mengingat kenangan buruk. Setiap atmosfer yang mengingatkannya pada kejadian hari ini akan memperkeruh pikirannya. Perlahan saja, biarkan dia merasakan bagaimana orang-orang disekitarnya begitu menyayanginya. Atau apapun yang membuat dia senang. Mungkin akan sulit dan berlangsung lama, tapi hanya itu satu - satunya cara"

𝔾𝕚𝕣𝕝 𝕀𝕟 𝔻𝕒𝕟𝕘𝕖𝕣 [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang