He Came, She Came

339 60 20
                                    

Cuaca sangat indah pagi ini. Sinar sang surya pun sudah siap melaksanakan tugasnya untuk menyinari. Terbangun sudah tiga bersaudara ini. Mata Jihyo nampak bengkak karena lelah menangis. Sebelum gadis ini terbangun, kedua kakak lelakinya sudah bersiap diri dengan pakaian rapi terduduk disamping tuan putri.

"Jiggly, kau baik - baik saja?" Tanya Jimin.

Jihyo hanya terdiam. Wajahnya pucat. Mimpi itu selalu menjadi bayang - bayang. Keringat masih membekas di sekujur tubuhnya. Entah kenapa hati dan pikirannya tidak tenang. Ia ingin bertemu seseorang. Orang yang bisa menenangkan hatinya.

"Ji-jiggly ingin bertemu dengan Tae Oppa" Ucap Jihyo terbata - bata.

Chanyeol tersenyum mendengar ucapan Jihyo. Apakah adiknya ini sudah bisa menerima Taehyung? Akankah adik kecil yang ia jaga ini sudah memiliki cinta untuk calon suaminya. Ia bahagia, sekaligus sedih jika adiknya berubah dewasa.

"Kau tidak membutuhkan Taehyung, Jiggly. Ada Jimin Oppa dan Chanyeol Oppa disini. Dia tidak akan membantumu,hanya kami yang bersedia dan tulus menyanyangimu,bukan oranglain!" Ucap Jimin dengan wajah yang tak bersahabat.

Chanyeol menatap Jimin marah. Mengapa sangat sulit untuk membuat Jimin mengerti, jika Jihyo tidak bisa untuk ia cintai. Harus menggunakan cara apalagi agar adiknya ini sadar.

"Aku datang Jiggly, kau merindukanku?"

Dengan tanpa permisi, Taehyung datang pada Jihyo mengejutkan kedua kakaknya. Jimin mendengus kesal, bisa - bisanya pria itu datang ketika Jihyo menginginkannya.

Jihyo yang melihat Taehyung datang langsung bangun dari king sizenya. Gadis ini berhambur ke pelukan Taehyung dan pria ini dengan sigap menggendongnya ala koala. Adik dari Chanyeol ini menelusupkan kepala dileher Taehyung dan mengeratkan pelukannya.

"Tae Oppa, Jiggly takut. Orang i-itu sangat jahat. Ja-jangan bertemu dengannya lagi. Jiggly mohon" Pinta Jihyo.

Taehyung hanya mengernyit bingung. Siapa dan kenapa? Jika Jihyo tidak bercerita maka ia tak akan tahu apa isi mimpinya semalam. Yang bisa dilakukan Taehyung sekarang adalah mengusap punggung Jihyo dengan lembut dan memejamkan matanya. Ikut merasakan detak jantung Jihyo yang berdetak begitu cepat mungkin karena ingatan mimpi itu yang masih membekas lekat.

"Jiggly-ku tidak boleh takut apapun. Bukannya kau anak yang berani? Ayo kau tidak boleh takut dengan dia, kau harus melawannya. Ada Tae Oppa. Kita lawan dia bersama - sama. Bagaimana? Jiggly mau kan?" Tanya Taehyung menenangkan.

Jihyo hanya mengangguk pelan. Dirinya tak yakin. Perasaannya mengatakan jika ada hal buruk lain yang akan terjadi. Tapi ia tak tahu apa itu. Namun, mendengar kalimat Taehyung untuk mengajaknya berjuang bersama, dia bisa lebih tenang.

"Bisakah aku meminjam adikmu? Aku perlu bicara dengan Jiggly" Tanya Taehyung menatap Chanyeol.

"Ti-..."

"Silahkan. Jaga Jiggly baik - baik. Jangan sampai ia terluka sedikitpun atau aku yang akan membuatmu babak belur" Ucapan Jimin terpotong oleh persetujuan Chanyeol.

Taehyung mengangguk tanpa memperdulikan tatapan Jimin. Dia berjalan keluar dengan menggendong Jihr dalam posisi yang sama. Bahkan Jihyo masih mengenakan piyama tidurnya. Dia belum mandi atau persiapan apapun untuk membuat penampilannya menarik.

"Oppa mau membawa Jiggly kemana?"

"Ke suatu tempat, yang bisa membantu kita"

Taehyung menjalankan mobilnya.  Menuju tempat yang ia kira bisa menemukan jawaban Jihyo selama ini. Siapa lagi kalau tidak bertemu dengan paman Moon Jae.

𝔾𝕚𝕣𝕝 𝕀𝕟 𝔻𝕒𝕟𝕘𝕖𝕣 [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang