Byurrr.....
Nancy menyiramkan air dingin untuk membuat Jihyo bangun. Wanita hamil itu tekejut bahkan sampai terbatuk. Dengan terpaksa Jihyo membuka matanya yang masih mengantuk. Dia lelah setelah Taehyung memperlakukan dirinya bak sandera selama ini.
"Apa yang kau lakukan?!" Bentak Jihyo.
"Yang kulakukan? Tentu saja membalaskan dendam Taehyung. Dia melindungimu tapi kau justru meninggalkannya ketika kedua kakakmu berusaha membunuhnya, haha sekarang siapa yang pembunuh disini"
"Dasar jalang aku bersumpah aku lah yang menjadi alasan kematianmu!"
Jihyo berdiri dan menarik rambut panjang lebat milik Nancy. Jangan salah, meskipun dia hamil. Semangat untuk mencelakakan Nancy jauh lebih kuat. Tangannya menarik rambut itu sampai ingin ke ujung-ujungnya. Lalu melemparkan Nancy begitu saja.
"Awhh... Sakit bodoh!"
Gadis itu terduduk dilantai. Jihyo tersenyum smirk. Kadang kala menjadi orang jahat memang menyenangkan. Katanya, orang jahat juga berasal dari orang baik yang tersakiti kan?
Pintu itu terbuka lebar. Memperlihatkan Taehyung dengan kemeja jas merah. Pantofel hitam bermerk Louis Vuitton menjadi penyempurna fashion.
"Taehyung dia menarik rambut dan mendorongku"
"Hei! Kau yang lebih dulu memulai! Aku manusia masih bisa dibangunkan baik - baik. Kau pikir aku apa? Hewan?" Balas Jihyo nyolot.
"Disini kau bukan tuan putri, jadi bersikap sopanlah padaku. Dasar tidak tahu diri, setelah Taehyung kau bahkan berhubungan dengan pria lain! Mengandung anaknya pula"
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah melayani pembunuh sepertimu! Matilah dan pergi ke neraka!" Jihyo yang gemas menampar pipi gadis itu keras. Suara tamparan itu menggema.
"JIHYO!!" Tangan Taehyung menarik tangan Jihyo.
"Beraninya kau menampar kekasihku!"
Tangan kanannya yang besar mulai terangkat. Tinggal sedikit lagi itu mengenai pipi Jihyo. Tapi Jihyo menatap magamnya tanpa getar.
"Kenapa berhenti? Ayo tampar!" Tantang wanita itu.
Tatapan kemarahan saling beradu. Taehyung menarik Jihyo kasar untuk mengajaknya keluar kamar. Mendorongnya masuk dalam gudang penyimpanan. Pintu itu tertutup keras. Semua pekerja disana hanya merasa iba melihat Jihyo diperlakukan seperti itu oleh tuannya. Masalahnya akan lebih terlihat menyedihkan karena Jihyo dalam keadaan hamil tua.
"Puas?!" Taehyung berteriak tepat didepan wajah Jihyo.
Pria itu menyudutkan tubuh Jihyo di dinding. Wanita itu menatapnya dengan matanya yang memerah. Karena menahan sesak dalam relung dada. Mendengar bahwa Nancy adalah kekasihnya, sedangkan ia? Setiap hari mendoakan kebahagiaan untuknya tapi berakhir dengan sebuah siksaan.
"Ingat jika kau disini adalah sebagai tawanan. Dalam artian kau hanyalah budak! Kali ini kuberi kau satu kesempatan jika tidak aku akan...."
"Kau akan apa? Membunuhku? Ayo lakukan! Tunggu apalagi?"
Kedua nafas orang itu terengah hebat. Emosi memenuhi jiwa mereka. Tidak ada yang mengalah. Sedangkan Nancy, gadis itu hanya tersenyum mendengar pertengkaran mereka dari luar.
"Tentu kau akan mati, tapi tidak.secepat.ini" Taehyung mendorong kening Jihyo sesuai dengan penekanan kalimatnya.
Pintu itu kembali terbuka. Taehyung menatap seluruh pekerjanya yang menunggu aksi tuannya sejak tadi. Tangan Jihyo memerah karena genggaman Taehyung yang begitu kuat.