Darah. Luka. Dosa. Hukuman.
Semua sudah diberikan pada Dia yang memberi takdir. Perjuangan, pengorbanan, apalagi setelah ini. Cinta yang baru Taehyung dan Jihyo kenal selama hampir dua tahun mereka bersama. Terpaksa harus berhenti. Tidak. Bukan karena keduanya berhenti mencintai. Hanya saja mereka ingin bahagia dalam mencintai dengan cara mereka sendiri.
"Lihat? Kau sudah berhasil! Ada lagi yang ingin kau lakukan?" Taehyung tertawa menatap patung dewa.
Jimin terduduk lemas. Ada sekilas bayangan yang mengganggunya. Namun sesuai dengan yang Moon Jae katakan. Tidak ada yang bisa kau lakukan pada takdir yang ditentukan.
"Hei! Kenapa diam? Haha...lihat ini! Aku sudah kehilangan semuanya. Lalu apalagi yang ingin Kau ambil"
Pandangan Taehyung turun melihat Jihyo yang sedikit bernafas. Sedikit. Mata bulat yang biasa berbinar menyebut namanya. Wajah yang dulu dianggap lucu olehnya kini hanya tinggal polesan bercak darah, sisa tetesan keringat dan airmata. Bulatan magam yang selama ini Taehyung puja kini tak bisa lagi menatapnya.
"Aku juga pernah berbuat kebaikan. Tidak selamanya hidupku membuat dosa. Tak bisakah aku diberi hadiah untuk satu kebaikanku saja?"
Semua fokus hanya tertuju pada mereka berdua. Tak ada yang bisa mereka lakukan. Entah kenapa sistem saraf mereka seolah mengharuskan agar tetap pada tempat mereka masing-masing. Tubuh mereka terhenti meski hati berkata ingin menghentikan apa yang Taehyung ingin lakukan.
"Aku belum berani mengatakan jika aku mencintainya. Keinginanku hanyalah untuk hidup bahagia bersama ia dan anak-anakku. Bukankah itu hanya hal sederhana?"
Taehyung mengangkat tubuh Jihyo seolah tak ada beban berat pada tubuh wanita yang tinggal menunggu waktu kematiannya. Matanya sudah kabur. Hanya pendengarannya yang masih berfungsi dengan baik. Lelaki itu mengangkat tubuh Jihyo lebih tinggi. Memperlihatkan tubuh lemah itu dihadapan patung yang dipuja banyak manusia.
"Lihat dia Tuhan! Lihat! Dia begitu lemah. Kau membuatnya buta, tidak mendapat kasih sayang dari kedua orangtuanya. Dan membuatnya menderita bahkan sampai diujung akhir hayatnya. Penderitaan yang semua berakibat dariku. Apa kau benar-benar Tuhan?!"
"He-hentikan Tae..." Gumam wanita itu.
Taehyung mendengarnya. Tapi ia memilih mengabaikannya. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu memeluk tubuh Jihyo dengan membuat posisinya wanita itu berdiri dengan topangan tangannya.
"Kau tidak bisa mengambilnya dariku! Jika kau mengambilnya,maka kau juga harus mengambil nyawaku! Dia...hiks...."
"BERIKAN AKU KESEMPATAN UNTUK MENCINTAINYA! BIARKAN DIA MERASAKAN CINTA YANG KUPENDAM!" Teriak Taehyung.
"Taehyung hentikan Nak!" ujar Jong Nam menghentikan putranya.
"Bukankah kau harus menepati janjimu Taehyung? Berikan Jihyo padaku! Aku yakin dia masih bisa hidup" Jungkook angkat bicara.
Tidak ada yang bisa dilakukan. Semua memang hanya dibuat agar mereka menjadi penonton kisah akhir mereka berdua.
"Jinjja? Tapi kurasa aku tidak bisa menepati itu Jungkook. Karena bahkan kematiannya pun aku ingin dia menjadi milikku bukan oranglain" balasan Taehyung membuat darah Jungkook mendidih.
Jungkook ingin melawan. Tapi tubuhnya menolak keinginan hatinya. Untuk melangkah saja rasanya berat. Seperti ada magis yang melarangnya untuk mencegah.
"Kalau Kau tidak bisa memberikan keinginanku sekarang. Maka biarkan kami mencintai dalam keabadian! Pertemukan kami dalam reinkarnasi. Aku berjanji! Jika dalam setiap kehidupanku aku akan menjadi hamba yang taat pada Tuhannya. Akan kuterima semua rasa sakit dalam setiap kelahiranku asal berikan Park Jihyo dalam kehidupanku, karena aku mencintainya. Aku mencintainya Tuhan!" Taehyung bersumpah dihadapan Tuhannya.