Tiba dirumah bukan berarti rasa nyeri itu hilang. Setidaknya lebih mendingan. Jihyo yang awalnya lemas tiba-tiba merasa semangat ketika melihat mobil yang ia kenal berada di halaman. Senyumnya terbit begitu saja.
Sedangkan pria ini bingung, bagaimana bisa mood Jihyo berubah drastis. Setelah membuat dia pusing dan pegal di seluruh tubuhnya. Dan ini? Hanya dengan melihat mobil, gadis ini tersenyum seolah kejadian tadi sudah terlewat dan berakhir begitu saja. Heol!
"Appa?! Ayahku pulang yeay!" Girang Jihyo.
Gadis itu berlari dengan girang. Dan Taehyung hanya menggeleng melihat tingkah absurd Jihyo. Berapa lama dia bersama gadis ini, selama itu juga dia masih tak bisa memahami karakter Jihyo.
Jihyo melihat ayahnya yang sedang berbicara serius dengan Chanyeol dan... Jimin. Apa Jimin bisa diterima disini? Mata bulat itu berkaca - kaca. Senyumnya sudah menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini. Teramat bahagia.
"Kalau kau ingin tinggal disini, jangan pernah lakukan hal yang sama dengan apa yang kau lakukan tiga tahun yang lalu, Jimin" Hyunsik menepuk pundak Jimin.
"Ne Appa. Mianhae"
Hyunsik memang menyayangi Jimin. Hanya saja karena tingkah aneh yang Jimin lakukan tiga tahun lalu, membuat rekan kerjanya membicarakan genetika dari anak - anaknya. Ada yang berkata jika gennya membuat anak - anaknya menjadi gila. Dan itu membuat citra publik turun. Alasan itulah yang membuat dia mengasingkan putra keduanya.
"Jangan membawa masalah lagi Jimin. Tapi kau perlu tahu, bahwa aku senang bahwa kau tidak mati saat itu. Kedua putraku masih hidup, dan aku sangat beruntung karena itu" Hyunsik mengucapkan kata-kata itu tanpa tahu ada Jihyo yang mendengar dibelakangnya.
Hanya putramu?
"Appa!" Panggil Jihyo riang.
Chanyeol dan Jimin tersenyum melihat kehadiran Jihyo disana. Tapi tidak untuk Hyunsik. Kalau ditanya apakah Jihyo sendiri. Maka jawabannya iya. Taehyung tidak ikut bersama Jihyo. Ingin menghilangkan sejenak rasa sakit dikepalanya akibat jambakan gadisnya yang imut ini. Haha. Tapi tenang saja, dia masih berada dalam mobilnya tadi. Entah untuk sekarang.
"Appa kau datang?! Tunggu sebentar ya, Jiggly akan buatkan Appa teh hangat" Jihyo berjalan mendekat pada mereka bertiga. Gadis ini begitu bahagia melihat ayahnya berkunjung.
"Chanyeol, Jimin aku harus pergi. Banyak urusan dikantor" Hyunsik berbicara tanpa melihat Jihyo yang mengajaknya untuk tetap berada disana.
"Ke- kenapa appa ingin cepat pulang? Jiggly baru saja datang. Appa ayo kita makan bersama" Ajak Jihyo masih dengan senyumnya.
Hyunsik terlihat berjalan mendekati Jihyo. Dan itu membuat Jihyo merasa senang. Akankah keinginannya selama ini akan terpenuhi? Gadis itu dengan senyumnya merentangkan kedua tangan. Ingin mendapatkan pelukan hangat dari sang ayah.
Set....
Dan senyum itu luntur seketika. Hyunsik hanya berjalan melewatinya. Sekalipun tidak menatap mata Jihyo yang penuh pengharapan dengannya. Mata gadis itu menahan bulir airmata yang akan mengalir.
Chanyeol dan Jimin melihat itu langsung menerima tangan Jihyo dan memeluknya. Ketiga bersaudara itu saling menguatkan. Jigglynya mereka adalah kebahagiaan yang dimiliki sama rata. Sebagai saudara. Harusnya.
"Seburuk itukah Jiggly?" Gumam Jihyo.
"Tidak, kau adalah anak yang baik. Sangat baik. Aku bangga memilikimu" Ujar Chanyeol menenangkan.
"Kenapa appa tidak pernah menatapku? Aku juga ingin seperti kalian. Apa aku nakal, Jimin Oppa?" Tanya Jihyo pada Jimin.
"Sayang, kau gadis baik. Tidak ada satupun dari dirimu yang buruk. Mungkin Appa hanya lelah" Jawab Jimin. Meski pada aslinya dia marah dengan tingkah ayahnya yang tak adil pada adik kecilnya. Dan juga, adik yang ia cintai.