Devil Boy vs Friendly Monster

270 55 35
                                    

Terhitung sudah 27 hari Taehyung membawa Jihyo disini. Mengapa kali ini Taehyung sedikit tenang? Itu karena dia punya bukti rekaman dimana Jimin, Chanyeol, dan Yoongi menembaknya. Ia juga punya saksi mata. Jika mereka berani kemari maka dia akan serahkan semua bukti itu pada polisi. Karena mereka diluar negara asli domisili akan menimbulkan masalah yang besar.

Otomatis itu akan melibatkan hukum dua negara. Banyak hal yang akan mereka urus dan dalam kesempatan itu Taehyung bisa berbuat apapun. Termasuk menyerang mereka dalam berbagai sisi. Bisnis, bukti yang melemahkan mereka, dan satu lagi yang paling berharga dari mereka yaitu sang adik. Bisa dikatakan Taehyung jauh lebih unggul dari mereka sekarang.

"Hai bung, kita jadi kan hari ini?"

"Ah, Jungkook tentu saja. Tapi aku heran kenapa kau mengajak bertaruh?"

"Bosan. Tentu saja. Anggap saja itu termasuk bayaran ku karena berhasil melakukan misimu mencari Jihyo"

"Mmm, baiklah. Kutunggu jam delapan malam di taman rumahku"

"Ok, kuharap kau menyesal karena mengikuti kemauanku" Ucap Jungkook terkekeh disebrang sana.

"Tidak mungkin, kesannya kau terlihat terlalu percaya diri"

"Let we see soon, bro"

Telpon itu terputus. Sesekali mungkin memang  Taehyung perlu beristirahat. Bermain catur bersama Jungkook sepertinya menyenangkan. Paling mereka akan bertaruh mobil atau rumah. Ya yang jelas mereka tak akan keberatan.

••••

Nayeon melihat Yoongi yang gelisah. Ia tahu Yoongi belum bisa mencintainya. Bahkan disaat tidur pun hanya Jihyo yang bibir pria itu ucapkan. Bolehkah dia merasa iri? Jihyo memiliki banyak pria yang bersiap melindunginya. Banyak pria yang mencintainya. Tapi sedikit saja apa Yoongi tak mau melirik usahanya selama ini.

"Yoongi, ini kopimu"

"Hmm, letakkan disana"

Tidak ada senyuman barang sekali untuknya. Nayeon memegang erat-erat kapsul yang ia genggam. Meyakinkan dirinya. Ia menyentuh pundak Yoongi.

"Aku ingin berbicara denganmu"

"Bicaralah" Yoongi berbalik menatapnya.

"Maafkan aku. Seharusnya aku bisa menolakmu malam itu. Tapi seolah memanfaatkan ketidaksadaranmu, aku justru membiarkan kau melakukan semua hal yang seharusnya tak pernah kau lakukan" Airmata Nayeon mulai mengalir.

Ini kali pertama Yoongi mau mendengar keluh kesah Nayeon selama ini. Bahkan disaat malam itu Nayeon tak pernah sedikitpun bersikap marah. Dia tetap melaksanakan kewajibannya. Sebagai sekretaris dan bertingkah seolah tak terjadi apapun.

"Bodohnya aku yang memberikan tubuhku padamu. Cinta membuatku gila. Hiks...maafkan aku. Seharusnya aku sadar bahwa apapun usahaku yang ada di hatimu hanyalah Jihyo. Aku tak tahu malu, maaf" Nayeon semakin terisak.

Yoongi hanya memandangnya tanpa berniat menjawab ucapan Nayeon. Membiarkan gadis yang ia nodai itu menangis sesegukan. Memang apa yang bisa ia katakan? Kini waktu baginya untuk diam dan mendengar.

"Aku tidak mau membuatmu terbeban. Tapi terkadang aku berfikir adakah sedikit rasa dihatimu untukku? Dan sekarang aku tahu tidak akan pernah ada perasaan itu. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu, sejak kau menyelamatkanku dibar dan menjadikanku sekertarismu. Aku sangat mencintaimu Min Yoongi"

Paras ayunya terlihat berantakan. Matanya sembab. Nafasnya terengah. Kini ia mulai yakin apa yang ia lakukan benar. Ia menghapus air mata dengan punggung tangan dan mencoba tersenyum.

𝔾𝕚𝕣𝕝 𝕀𝕟 𝔻𝕒𝕟𝕘𝕖𝕣 [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang