Udara segar menguar membuat seseorang yang terduduk entah disuatu tempat terbangun. Matanya mengerjap. Ia berusaha bangkit namun sesuatu menahannya. Badannya terasa remuk. Rambutnya yang semula digerai kini sudah terkucir asal - asalan.
'Dimana aku?' batin seseorang yang tak lain adalah Jihyo.
"Mmmhhh... Mhhh" Teriaknya.
Sedetik kemudian ia mencoba memberontak. Tangan dan kakinya sama-sama diikat pada bidang kursi. Mulutnya disumpal kain. Tubuhnya mengigil. Udaranya sangat dingin.
Ia mencoba menggerakan seluruh anggota tubuhnya bersamaan. Nihil. Ikatan itu terlalu kuat. Jihyo terlalu banyak bergerak hingga ia oleng dan terjatuh dari posisi duduknya yang semula. Tapi tidak, sebelum sudah ada sepasang lengan yang menahan bahunya kuat. Jihyo yang awalnya memejamkan mata sembari menangis mulai melihat sosok yang kini menatap matanya dengan senyuman.
"Hai! Kau sudah bangun?"
Setetes airmata kembali turun. Hatinya bergetar ketika pria itu kembali memeluknya tanpa ada niatan untuk membuka ikatan yang membuatnya sulit bergerak.
"Ah, aku lupa. Kau kan tidak bisa bicara, astaga!" Taehyung mulai melepas sumpalan kain didalam mulut Jihyo.
"Oh sayangku, kau bisa bicara sekarang. Apa yang kau minta, ayo katakan" Taehyung berjongkok didepan Jihyo.
Gadis itu bukannya berbicara tapi justru mengeluarkan sedikit demi sedikit isakan tangis yang kuat. Taehyung mulai menampakan wajah tak sukanya.
"Lepaskan aku..." Lirih Jihyo.
Taehyung tertawa. Sangat lucu baginya mendengar Jihyo untuk dilepaskan. Salahkan Jihyo juga yang bertindak tanpa berpikir.
"Lepas? Kau pikir sekarang sedang ku kurung? Jihyo, kau tidak perlu khawatir jika bersamaku" Taehyung menekan bahu Jihyo. Menekan dengan kasar. Sebuah pelampiasan.
"K-kau membuatku takut, Tae"
"That's my reason"
Pria itu mengambil borgol dari balik jasnya. Mengganti ikatan tali itu dengan borgol besi di tangan Jihyo. Ia mengangkat tubuh Jihyo ala bridal style tanpa ekspresi. Pemuda itu meletakkan tubuh mungil Jihyo dengan perlahan di atas king size bersprai putih dengan lilin - lilin merah menyala disekitarnya.
"Saatnya untuk tidur. Tapi kau belum makan kan? Sekarang buka mulutmu dan makanlah ini. Kau suka sesuatu yang berbau coklat kan" Taehyung berniat menyuapkan coklat belgia yang biasa ia belikan untuk Jihyo.
Jihyo menggeleng. Ia tetap tidak akan memakan apapun. Biarkan jika ia mati juga tak peduli. "Atau kau suka kimchi? Ayo aaaa... Buka mulutmu" Pemuda itu bersikeras.
"Aku tidak akan memakan apapun yang kau berikan. Lepaskan aku!"
Langsung saja Taehyung meraih dagu Jihyo dengan kuat. Tatapannya berubah. Ia mendekatkan wajahnya.
"Bukan berarti aku bersikap lembut, kau bisa kurangajar, nona muda Park Jihyo" Desisnya.
Kim memaksa agar kimchi itu masuk dan ditelan oleh wanita yang sekarang kembali menangis dalam diam. Tak ada perlawanan. Taehyung bisa saja meremukkan wajahnya.
"Lain kali jangan menyusahkanku dengan terus - terusan kabur. Tidak akan ada yang bisa melukaimu, bahkan jika itu Hyeji ketika kau bersamaku" Pemuda itu membersihkan sisa makanan. Mengelap wajah Jihyo dengan tisu basah dan membenarkan surainya.
Ia memindah nampan. Berjalan kearah samping Jihyo. Menyelimuti tubuh mereka berdua dengan telaten. Jihyo seolah hanya manekin yang diam saat Taehyung mencoba mengaturnya. Sampai disaat pria itu mulai mendekat dan mencium bibirnya ia tersadar.