Boy in Hell

233 52 36
                                    

Setelah menceritakan maksud Jungkook dua hari yang lalu, Jihyo kadang merasa gelisah. Meski baru bertemu, Jungkook selalu memancarkan ketulusannya, dimana Jihyo akan mudah percaya. Ucapannya membuat ia mengkhawatirkan bagaimana masa depan anaknya. Taehyung tentu saja berhak untuk marah ataupun balas dendam. Tapi Jihyo tidak mau sampai melukai anaknya.

"Jihyo, lupakan saja niatmu untuk membantuku. Kurasa memang inilah takdirku, tidak bisa membalaskan dendam pada gadis licik itu sampai kapanpun"

"Aniyo eonnie. Jihyo sudah berjanji untuk mendapatkan keadilanmu. Nancy harus bertanggungjawab. Pasti ada cara"

"Percayalah Jihyo, kau bisa terluka. Bahkan anakmu bisa jadi korban. Taehyung bahkan menjadi lawanmu kali ini"

"Jangan menyuruhku untuk mengingkari janjiku sendiri eonnie"

Jihyo berjalan mendekat pada posisi Hyeji. Wanita hamil itu dengan susah payah mendudukkan dirinya. Ia melepas kalung yang selama ini Taehyung berikan. Agar dia bisa menyentuh Hyeji tanpa hantu itu merasa panas.

"Jika Taehyung tidak bisa membantuku, aku masih mempunyai dua anak yang akan setia bersamaku eonni. Anak kembarku akan melindungi ibunya, aku yakin" Jihyo dengan gugup menyentuh wajah buruk rupa Hyeji.

Seketika wajah rusak itu perlahan membaik. Paras cantik asli Hyeji pelan-pelan mulai terlihat. Membuat Jihyo terkejut, namun Hyeji hanya memejamkan matanya merasakan sentuhan Jihyo.

"Ba-bagaimana bisa?"

Bukan. Itu bukan suara Jihyo. Melainkan sosok yang baru datang dengan membawa sekantung plastik berisi makanan dan susu ibu hamil.

"Jimin oppa?"

Hyeji yang mendengar nama Jimin disebut mulai membuka matanya. Mata itu kembali utuh. Tidak berlubang seperti saat Jimin mengambilnya. Mata yang Jihyo gunakan sekarang.

"Karena kau punya hati yang baik dan tulus Jihyo. Tanganmu mampu membuat wujud asliku terlihat. Dan tidak ada lagi kebencian pada diriku untukmu, jadi berkat doa yang selalu kau berikan pada Tuhan sehingga setiap sentuhanmu membawa kebaikan tersendiri" Jelas Hyeji.

Jimin mendekati mereka. Iya, Jimin bisa melihat Hyeji. Dan karena Jimin juga berjanji untuk membuat Nancy bertanggung jawab paling tidak dengan mendekam di penjara. Pria Park itu selalu meminta maaf pada Hyeji. Ketulusan Jimin hanya untuk membuat Jihyo bisa merasakan kebahagiaan dalam hidupnya memang tak main-main. Bahkan ketika Hyeji menyerangnya sampai nafasnya hampir berhenti, Jimin tetap kukuh untuk meminta maaf demi Jihyo.

"Hyeji, kau adalah gadis baik. Pasti akan ada rencana bagi Tuhan untuk semua kebaikanmu selama kau masih hidup. Aku, Jihyo, dan Chanyeol hyung berjanji akan membantumu" Ujar Jimin tersenyum.

Hyeji membalas ucapan itu dengan anggukan. "Terimakasih, aku tidak menyesal ketika mataku ada pada orang yang baik. Jihyo sampai terjadi sesuatu padamu nanti, maka kuharap kau berhenti karena aku tidak mau hal buruk terjadi"

"Eonni tenang saja. Jika itu takdirku, maka aku tidak akan menyesalinya"

Hyeji mengusap perut besar Jihyo pelan. Lalu perlahan wujudnya kembali menjadi sosok yang menyeramkan. Akhirnya ia kembali. Mungkin pembicaraan mereka selesai untuk hari ini.

"Jimin oppa kau bawa apa?"

"Tentu saja makanan dan susu untukmu. Jadi...mari kita lihat bagaimana anakku sekarang" Jimin mendekatkan telinganya pada perut Jihyo.

𝔾𝕚𝕣𝕝 𝕀𝕟 𝔻𝕒𝕟𝕘𝕖𝕣 [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang