Permission to Hurt

299 53 24
                                    

Malam itu Jihyo tak tahu apa yang Taehyung inginkan. Yang jelas dia tahu pasti semua luka Taehyung berasal dari Jungkook. Dia jadi kepikiran, bagaimana keadaan Jungkook jika Taehyung saja babak belur.

Kita mengulik tentang malam itu sekali lagi. Setelah puas menciumnya, Taehyung beranjak dan tidur disampingnya. Tatapan Taehyung kosong. Sampai Jihyo takut benarkah jika pria itu adalah Taehyung atau hanya raganya saja.

"Taehyung ku obati ya?" Tapi pria itu hanya diam dan menatap depannya kosong.

Tak lama kemudian Jihyo mengobati luka Taehyung. Dia bahkan meringis melihat luka Taehyung dimana-mana. Terakhir dia membalut dada Taehyung dengan perban kain dan mengikatnya. Pria itu hanya diam, tak ada penolakan. Apa dia mati rasa?

"Tae katakan sesuatu! Ini bukan dirimu!" Jihyo mengguncang tubuh kokoh itu kasar karena jengah.

Tapi apa balasannya? Taehyung menitikkan airmatanya. Diam dan diam. Seolah dia gila. Depresi. Dan lupa rasanya bahagia. Ya, itulah ekspresi Taehyung. Bukankah harusnya Jihyo yang melakukan itu?

"Kau menangis? Katakan apa yang terjadi, kalau kau diam siapa yang tahu apa yang kau rasakan, kau- hiks..." Pada akhirnya Jihyo ikut menangis. Ia memukuli tubuh Taehyung yang tidak merespon apapun. Jihyo menarik wajah Taehyung dan seketika mata mereka bertembuk.

"Katakan sesuatu untuk membuatku tenang, aku khawatir!" Tangisan Jihyo membuncah dan berakhir tertunduk didada Taehyung.

Namun tak disangka, pria itu justru menariknya dan kini posisinya terbalik. Taehyung yang memeluk tubuh Jihyo dari samping, memposisikan Jihyo untuk bersandar. Dan meletakan kepalanya dileher mulus Jihyo. Tentu saja tingkahnya membuat Jihyo tambah bingung.

"Aku lelah...."

Jihyo mengusap surai pria itu. Hitam pekat. Dengan keringat yang membasahi tubuh Taehyung bercampur dengan darahnya.

"Bertahanlah sampai akhir..." Setelah mengatakan itu Taehyung menutup matanya diposisi yang sama.

Pernyataan yang membuat Jihyo semakin bingung oleh sikapnya yang berubah-ubah. Akhirnya mereka tertidur bersama. Diranjang yang sama.

Sejak saat itu Jihyo harus menerima kemesraan antara Nancy dan Taehyung. Namun tak menutupi hal bahwa raut wajah Taehyung terlihat tidak bahagia. Apa yang Jungkook katakan pada pria itu hingga terlihat gelisah. Waktu terbangun dipagi harinya, Taehyung sudah kembali memakai jasnya. Seolah tak terjadi apa-apa. Jihyo memanggilnya tapi Taehyung tetap berjalan lurus tanpa menoleh.

Jihyo terus diam disaat Nancy selalu memarahi dan mencaci maki dirinya karena membiarkan Taehyung terluka. Bukannya tak mau melawan. Baginya akan menghabiskan waktu untuk berbicara dengan gadis gila itu. Dipikirannya hanya ada Taehyung yang bersikap tak biasanya.

•••••

Setelah pertemuan itu hampir setengah bulan Jihyo tidak bertemu Taehyung. Entah kemana pria itu. Berarti sudah 8,5 bulan usia kehamilannya. Tapi ia heran kenapa kedua kakaknya dan Jungkook tidak datang untuk menolongnya. Apa yang terjadi pada mereka.

Kepergian Taehyung selama setengah bulan memang ketenangan bagi Jihyo. Ia tak perlu lagi disuruh-suruh. Namun itu juga siksaan untuk rindu yang tersemat didalam hatinya. Hormon kehamilan kadang menginginkan Taehyung untuk menyentuhnya lagi. Ia kadang tak bisa membedakan mana keinginannya mana keinginan dari anaknya. Perutnya begitu besar sampai membuatnya begah. Ia kesulitan sendirian.

"Where are you?" Lirihnya.

Jihyo meletakkan buah apel yang sudah ia makan setengah. Wanita itu kembali menatap kaca melihat raut wajahnya yang mulai mengembang. Efek kehamilan, tentu saja. Pipinya sedikit lebih chubby meskipun awalnya memang ia memiliki pipi yang chubby. Pengaruh berat badan yang naik drastis mungkin.


𝔾𝕚𝕣𝕝 𝕀𝕟 𝔻𝕒𝕟𝕘𝕖𝕣 [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang