Taehyung membawa Jihyo kedalam villa berlokasi Seoul didaerah yang jarang ditempati. Ia memang membeli vila dikawasan elit ini beberapa tahun lalu. Dengan perlahan ia menutup pintu dan menyuruh Jihyo masuk dalam kamarnya.
Rasa sakit dan tak terima Taehyung rasakan ketika Jimin melakukan ciuman pada Jihyo yang bernotabene sebagai adik tirinya. Park Jimin itu menderita sisters complex. Dan Taehyung membencinya.
'Saranku untukmu setelah ini. Jangan sampai kau terbuai oleh keinginanmu. Termasuk hasrat dan nafsu. Yang kau lakukan mungkin wajar dalam hubungan yang mengikat kalian. Tapi tindakan itu salah sebelum kau benar-benar memiliki ikatan suci pernikahan. Jadi jaga batasanmu. Atau jika tidak, kau harus bersiap kehilangan Jihyo bersama dengan sesuatu yang ingin kau dapatkan dari Jihyo. Sementara atau mungkin selamanya'
Jihyo yang memang senang karena pikirnya ia akan beristirahat. Dia meloncat - loncat dikasur besar Taehyung dengan riang. Usaha yang baik untuk melupakan masalahnya sejenak. Taehyung hanya menatap itu resah. Apa perbuatannya ini benar?
"Yeay, aku pulang! Aku akan tidur!" Ucap Jihyo, gadis itu saking senangnya malah melempar mantelnya sembarang, hingga hanya tersisa celana pendek dan tanktop hitamnya.
Daripada berdiri tidak jelas Taehyung melepas mantelnya dan ikut naik dan loncat - loncat bersama Jihyo. Awalnya Jihyo merasa heran dengan tingkah pemuda ini tapi Jihyo diamkan saja karena ia pikir Taehyung bosan juga sama sepertinya.
"Kau juga suka loncat - loncat dikasur ya?" Tanya Jihyo jahil.
"Tidak, ini kali pertama. Aku mau mencobanya. Tak buruk juga"
"Wah! Sudah kubilang bermain - main itu menyenangkan!"
Taehyung hanya tersenyum sebagai jawaban. Ia tak tahu lagi, mau menjawab apa. Biarlah Jihyo menyimpulkannya sendiri. Toh, juga tidak masalah kesimpulan yang diambil Jihyo. Bermain memang sedikit menyenangkan. Akan dia lakukan apapun itu, asal Jihyo senang.
"Soal Jimin dan ayahmu....."
"Aku mau bersenang - senang!!! Aku tak mau memikirkannya" Jihyo menghiraukan ucapan Taehyung. Pria ini hanya tersenyum. Cara Jihyo melupakan masalah, baginya cukup unik.
Lima menit lamanya loncat - loncat, Jihyo kemudian terduduk dengan menarik nafasnya. Menyenderkan kepalanya pada bantal yang tersampir dikepala kasur. Dadanya kembang kempis, keringatnya sedikit mengalir meski ada AC dikamar ini. Mungkin suhunya yang tidak dingin.
Taehyung ikut berbaring disebelah Jihyo dan memandang Jihyo dari samping. Dalam keadaan seperti ini Jihyo sangatlah seksi. Meski bukan niat awalnya untuk berpikir liar, tapi sialnya hal itu datang pada otaknya.
Pria itu mendekat pada Jihyo. Mengubah posisinya berada diatas Jihyo dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.
"Wae?" Tanya Jihyo.
"Kau ingat, saat itu kau pernah bertanya bagaimana bisa bereproduksi menghasilkan anak diperut seorang ibu?"
"Ah iya, aku ingat! Lalu kenapa?"
"Kau mau ada seorang bayi diperutmu?"
"Iya, tapi apa rasanya sakit? Kalau iya, aku tidak mau" Ungkap Jihyo.
Taehyung kembali terdiam. Kenapa dia jadi memanfaatkan kepolosan Jihyo untuk nafsunya? Itu tidak bisa dilanjutkan. Jangan. Karena yang menanggung bukan hanya dia. Tapi juga Jihyo. Dan masa depan.
"Apa Taehyung Oppa sudah tau caranya?" Tanya Jihyo ulang.
"Aku tau. Tapi kau bilang kau tidak mau, jadi mungkin lain kali saja. Lupakan saja Jihyo" Ucap Taehyung.