Chapter 1

3.9K 277 44
                                    

(Playlist video : simulasi) (kerajaan Amsterdam )
-------------------------

"Buka gerbang!"

Langkah pria dengan seragam pelayan itu tampak tergesa-gesa menaiki undakan demi undakan tangga menuju tempat di mana Alexander Van Doortje-tuannya sering berkumpul bersama keluarga kecilnya dan benar saja, orang yang ia cari tampak tengah bercengkerama dengan istri dan putra sulungnya di singgasananya yang megah.

"Lapor, Yang Mulia," ucapnya

"Perwakilan dari London, Odense dan Vienna telah tiba," sambungnya setelah mendapat persetujuan Alex.

"Oh god, akhirnya Yang Mulia," sahut Evie, ratu Alex dengan raut sembringah.

"Hansen, panggil ketiga adik-adikmu untuk berkumpul. Kita harus menyambut mereka!" perintah Alex. Pria muda di sebelah Alex mengangguk, namun Evie duluan bangkit dan menahan lengan putra sulungnya.

"Biar ibu saja. Sekalian aku ingin memoles sedikit wajah putri kecilku," ucap Evie semangat. Hansen mengedikkan bahu ke arah Ayahnya yang hanya mengangguk dengan bibir membentuk senyum tipis.

"Baiklah Ratu Evie, sampai bertemu lagi di ruangan perjamuan." Evie tertawa mendengar candaan Hansen yang beranjak bareng Sang Ayah. Dengan wajah cerah, Evie melangkah menaiki undakan tangga menuju lantai 5 di mana putra-putrinya berada.

"Skye! Buka pintunya sayang!" panggil Evie sambil mengetuk pintu kamar putri tunggalnya itu. Namun, hingga ketukan keempat, pintu urung dibuka. Seketika raut kecemasan mengganti senyum Evie yang langsung menerobos masuk saat mendapati pintu kamar tidak dikunci dan ia mendapati kamar lengang karena kosong.

"Skye!" teriak Evie cemas. Beberapa pelayan wanita datang memasuki kamar menghampiri Evie yang menatap dengan ekspresi tak baik.

"Mana putri Skye?!"

"Ma-maaf, Ratu. Putri menghilang sesaat setelah kami diminta untuk menyiapkan makanan dan perlengkapan mandinya." Para pelayan tampak ketakutan karena Evie memandang serius tubuh gemetar mereka.

"Bagaimana bisa kalian dibodohi lagi?!" bentak Evie. Pelayan-pelayan wanita itu bersujud dengan kompak.

"Maafkan kami, Ratu. Kami siap dihukum asal jangan bunuh kami," ucap kepala pelayan. Evie mencoba menarik napas menenangkan amarahnya.

"Panggil pangeran Espen dan  Barend ke mari!" perintahnya lagi.

"Tapi mereka juga sudah meninggalkan istana bahkan sebelum putri Skye pergi, Ratu." Tampaknya Evie harus ekstra dalam mengendalikan amarahnya kali ini.

"Bocah-bocah itu!" geramnya membatin.

"Cari mereka! Dan bawa kembali secepatnya!" Pelayan-pelayan itu beranjak dengan cepat tak ingin menambah amarah Evie yang wajahnya sudah memerah.

"Skye! Barend! Espen! Bagaimana kalian bisa melakukan ini pada Ibu?! Di mana kalian? Di mana kau putri?!" batin Evie geram bercampur cemas sambil melangkah meninggalkan kamar melapor pada suaminya.

¤¤¤¤

Dengan raut gembira Skye mengitari sekumpulan keluarga bunga tulip yang menjadi kesenangannya. Bunga-bunga yang ia rawat hingga tidak mati bahkan di saat salju tebal seperti saat ini. Yah, walau pada kenyataannya warga lah yang merawat bunga itu untuk putra yang paling mereka kagumi dan sayangi. Galea mulai bosan melihat tingkah kekanakan putrinya yang dari tadi asyik menyentuh, membelai dan menciumi bunga-bunganya.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang