"Aku hamil ... aku hamil anak Dehaan."Rasanya dunia Skye benar-benar runtuh sempurna kali ini.
"Dehaan, berapa banyak lagi kau harus memberi aku kesulitan? Apa aku memang tidak boleh hidup dengan tenang dan bahagia sehari saja?" batin Skye berisi jeritan kegalauannya. Lalu apa maksudnya Larine mengatakan itu padanya? Ingin menekannya? Tidak, Skye takkan peduli lagi sekarang.
"Itu bukan urusanku!" Skye mengeraskan hatinya.
"Tapi Skye, aku harus bagaimana? Ini adalah bukti bahwa aku benar-benar menginginkan Dehaan. Tolong berikan dia padaku! Aku mohon! Apa kau tetap ingin bersamanya walau dia sudah membunuh ayahmu, keluargamu?" desak Larine.
"Cukup Larine!" tegas Skye sambil menutup kedua telinganya.
"Apa kau juga akan bersamanya walau dia akan menghancurkan negaramu?!" Skye menaikkan pandangannya pada Larine. Ya, Skye luput dari masalah satu itu.
"Dehaan akan menundukkan Amsterdam dengan mengkambing hitamkan Odense! Itulah alasan dia menerimaku Skye, dia ingin ayahku menyerang negaramu dan dia akan menjadi penyelamat yang akan menundukkan negaramu! Kau akan tetap di sampingnya walau itu terjadi? Skye?!" Larine mulai lelah dengan sifat keras kepala Skye yang menjengkelkan.
"Aku istrinya, maka aku akan tetap di sisinya walau apapun yang terjadi." Skye benar-benar meninggalkan Larine yang terus berteriak memanggilnya. Skye berlari menuju istal dan mengeluarkan Maple dari sana, menaikinya dan bergerak ke tempat yang menurutnya akan menjadi tempat yang dikunjungi Dehaan saat ini, Vienna Bar.
Dan benar saja, Dehaan ada di sana terduduk di salah satu kursi elite, tapi tidak seorang diri, melainkan dengan beberapa gadis bar yang super sexy yang bergelayut manja di kanan kirinya tanpa terlihat di mana Morten maupun Larry yang tadi membawanya.
"Ingin memesan, lady?" sapa salah seorang waitres saat melihat Skye duduk tak jauh dari tempat Dehaan duduk.
"Mm ya, bawa yang ringan saja." Dan pria itu mengangguk lalu beranjak. Skye yang menatap Dehaan harus menguatkan hatinya saat melihat Dehaan menciumi wanita-wanita itu dengan ganas, bahkan tidak hanya wanita dua itu, Dehaan juga melakukannya pada beberapa pelayan wanita dan mereka tampak sangat menikmati permainan Dehaan yang memang sangat mahir dalam urusan membuat tunduk wanita manapun, tak terkecuali Skye sendiri tentunya. Hampir saja Skye akan membunuh para gadis itu jika Morten dan Larry tidak segera datang menghampiri Dehaan yang tampaknya sudah mabuk berat dan Skye bisa bernapas lega saat melihat gadis-gadis itu menyingkir satu persatu. Skye yakin kedua orang kepercayaan Dehaan itu baru saja melakukan sesuatu di luar sana, itu yang membuat Skye menarik tubuhnya untuk lebih dekat dengan Dehaan agar bisa mendengar pembicaraan ketiganya.
"Aku dengar Odense akan mengundur keberangkatannya hingga lusa, Yang Mulia. Karena raja mereka sedang ada ritual kenegaraan di luar kota, walau itu terasa aneh, tapi hamba sudah mengirim pesan ke Amsterdam sesuai dengan anjuran anda, Yang Mulia," lapor Morten.
"Bagus!" jawab Dehaan sambil bersendawa.
"Apa anda tidak ingin memberitahukan masalah penyerangan ini pada Putri?" tanya Larry. Dehaan tiba-tiba melambai-lambaikan tangannya.
"Putri tak boleh tau ini, dia sedang dalam suasana berkabung. Sudah cukup aku yang membuat dia selalu menderita, jangan menambahinya! Kalian hanya boleh mengawasinya tapi tidak memberitahukannya. Kita harus menghancurkan Odense seorang diri tanpa diketahui pihak Odense maupun Vienna apalagi Amsterdam. Kita hanya harus menjadi prajurit bayangan yang membantu mereka tanpa nama!" jelas Dehaan lagi. Kedua ajudannya tampak kaget.
"Prajurit bayangan? Bukankah anda ingin Amsterdam tahu bahwa anda membantu mereka dan memberikan wilayah utara hasil jajahan mereka? Jika menjadi prajurit bayangan pasti tidak akan mendapatkan apa-apa, terlebih jika anda kalah di medan perang, bukankah sama halnya memberikan Vienna untuk Amsterdam dengan membiarkan nona Skye naik menjadi ratu," tanya Morten bingung. Dehaan tertawa dengan tawa khasnya saat mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEHEIM✔
Fantasía(Historical-Fantasy) Kendati ingin menolak, Skye tidak bisa memalingkan wajahnya dari penderitaan yang dialami rakyatnya dan merelakan kebebasannya untuk sebuah pengorbanan. Amsterdam dan Vienna, dua kerajaan yang sama besar namun terikat masa lalu...