Skye berlari meninggalkan Regen dan kudanya begitu tiba di Amsterdam. Sampai-sampai ia tersungkur tepat di depan pintu masuk akibat menginjak bajunya. Skye hanya tersenyum melihat para pelayan yang ingin menolongnya. Skye mengabaikan sakit pada dagu dan sikutnya karena ingin segera memastikan mimpi buruk yang baru saja menerpanya. Dan semuanya benar-benar nyata saat Skye melihat tubuh pria yang paling ia hormati dan sayangi itu tengah terbaring kaku di ranjangnya. Skye tak mampu menangis lagi, hanya berjalan tanpa tenaga mendekati jenazah Alex dan mengecup lembut kening pria itu layaknya yang selalu Alex lakukan setiap bersama dengannya. Skye menggengam erat tangan pucat yang nyaris kaku itu dengan sangat lembut."Ayah ... Skye sudah di sini. Skrg sudah datang, Ayah harusnya menyambut Skye dengan senyuman khas ayah yang indah itu. Kenapa ayah pergi tanpa menunggu Skye ada di sini? Harusnya ayah menunggu Skye atau paling tidak mengatakannya. Skye pasti datang ayah, ayah jahat!" ucap Skye akhirnya menangis lagi. Evie memeluk gadisnya dengan erat. Hansen dan Espen serta Barend hanya bisa terdiam melihat kesedihan adik semata wayang mereka itu. Sedang Albert menahan suara isakannya agar aku tak terdengar oleh keluarganya. Albert benar-benar merasa bersalah bahwa kenyataan Alex pergi karena menyelamatkannya.
"Maafkan aku, kakak."
Proses pemakaman telah selesai dilaksanakan. Hanya keluarga bangsawan Amsterdam, Perancis dan Brussels lah yang menemani jalan upacara pemakaman. Sedangkan beberapa rekan kenegaraan Amsterdam yang lain hanya mengirim tanda belasungkawa, kecuali Odense dan Vienna yang tak ada kabar sama sekali. Namun Skye tak peduli hal itu, kepergian ayahnya saja bagai mimpi buruk yang belum bisa ia terima hingga sekarang. Dengan wajah kusut Skye berbaring di dalam kamarnya sambil memeluk lukisan sang ayah. Air matanya tak menetes lagi tapi kenangan dengan sang ayah masih terpatri dengan jelas diingatannya. Saat ayahnya bersamanya sejak ia mulai mengenal dunia hingga ia bisa menjelajah dunia, Alex selalu berada di sisinya. Skye masih mengingat dengan jelas saat Alex mengantarnya ke Altar dan menari bersama dengannya. Mengingat itu Skye kini hanya bisa tersenyum dengan mata berkaca-kaca tanpa bisa menangis. Karena merasa rindu yang parah, Skye akhirnya bergerak menuju ruangan yang dulu ia sering datangi bersama ayahnya, di basement istana Amsterdam.
Memasuki ruangan itu bagaikan masuk ke kenangan masa lalunya bersama sang ayah.
"Skye! Lihat lukisan ayah!"
"Ayah! Kakiku berdarah!" Bayangan Skye kecil yang menemani sang ayah di ruang kreasinya ini adalah salah satu dari ribuan kenangan bersama sang ayah yang sangat ia sukai. Skye menelusuri setiap centi ruangan guna merasakan lebih dekat dengan ayahnya. Hingga tiba-tiba mata Skye yang daritadi ditutup terpaksa ia buka saat tangannya menyentuh sesuatu yang kasar di meja kerja ayahnya.
"Surat?" gumam Skye saat menyadari benda itu adalah surat dengan stempel ayahnya.
Untuk putriku Skye
Saat kau menemukan ini ayah sangat tahu bahwa saat itu mungkin kita sudah tidak bersama lagi. Karena ayah tahu kau ke sini karena merindukan ayahmu yang pengecut ini.Skye ... anakku
Maafkan ayah yang tidak bisa memberikan kau kebebasan layaknya putri bangsawan biasanya. Ayah tahu kau sangat ingin merayakan birthday partymu sendiri. Maafkan ayah jika semua itu karena kesalahan kami sebagai orang tuamu.Skye ...
Kelahiranmu bertepatan dengan kematian seorang ibu yang sangat ingin bertemu dengan putranya. Ayah harus membuatnya menemui kematiannya lebih cepat karena ayah takut kehilangan kau dan mama. Maafkan ayah, karena dengan itu kau mendapat kutukan lilin ulang tahun yang akan membuka rahasia jika kau meniupnya. Karena bayi wanita yang dipaksa untuk kehilangan ibunya itu akan menuntut balas. Tapi ayah tahu kau sudah meniupnya ... ahkk harus meniupnya di ulang tahun suamimu. Tak apa, jangan salahkan dirimu walau dia akan datang mengakhiri aku atau pamanmu. Tetaplah menjadi Skye yang ayah banggakan. Seorang Skye yang selalu bijak dan rendah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEHEIM✔
Fantasy(Historical-Fantasy) Kendati ingin menolak, Skye tidak bisa memalingkan wajahnya dari penderitaan yang dialami rakyatnya dan merelakan kebebasannya untuk sebuah pengorbanan. Amsterdam dan Vienna, dua kerajaan yang sama besar namun terikat masa lalu...