Chapter 26

659 96 63
                                    


Setelah penjelasan ayahnya tadi pagi, Barend merasakan istana sangat sepi karena semua orang punya kesibukan masing-masing. Hanya dia yang tidak tahu harus berbuat apa, karena kedua kakaknya selalu menyingkirnya dari daftar tugas apapun. Untuk menghilangkan rasa bosannya, kakak termuda Skye itu melangkah ke kamar Evie karena dia yakin Galea ada di sana di jam sesiang ini. Dan benar saja, gadis itu ada di sana dengan posisi sedang menyuapi Evie makan siang.

"Apa aku mengganggu?" tanya Barend sok imut.

"Tidak usah sok imut, masuk saja!" perintah Evie dan Barend menyetujuinya dengan tersenyum canggung ke arah Galea yang hanya berekspresi datar.

"Anda ingin dessert, Yang Mulia?"

"Tidak usah, aku sudah kenyang," jawab Evie. Galea membungkuk dan ingin pergi, tapi Evie menahannya. Galea menatap Evie dengan tatapan bingung.

"Duduklah! Ada yang ingin kubicarakan denganmu!" Tanpa diminta kedua kalinya Galea langsung duduk dengan sopan. Dan kembali matanya terlihat kaget saat Evie menggenggam tangannya erat.

"Yang Mulia?"

"Galea, maafkan aku selama ini menyusahkanmu dengan mengurusi putra-putriku yang super bandel itu. Dan kali ini aku juga akan kembali menyusahkanmu dengan permintaanku," ucap Evie dengan hati-hati.

"Apa itu Yang Mulia? Hamba tidak pernah merasa kesusahan dalam mengurus putri."

"Aku ingin kau dan Barend menikah saja. Karena hanya kau yang bisa mendekatinya dan menjaga serta mengontrol emosinya." Galea bagai tersengat listrik ribuan volt dibuatnya. Juga Barend tentunya. Keduanya saling tatap penuh arti.

"Apa anda bercanda, Yang Mulia?" Evie menggeleng menanggapi pertanyaan Galea.

"Aku tahu selama ini kalian sangat dekat, dan aku tahu kalian terhubung dengan peristiwa pembunuhan salah satu ajudan Alex dulu. Aku ingin kalian bersatu dan saling membantu untuk sembuh dari trauma itu. Bisa kalian mengabulkannya?" Evie benar-benar serius dengan permintaannya.

"Ha-hamba akan memikirkannya dengan sangat baik, Yang Mulia. Terima kasih sudah menanyakan hal paling berharga itu pada hamba yang berasal dari kalangan masyarakat biasa seperti ini," ucap Galea tulus. Evie menariknya ke pelukannya.

"Datanglah ketika kau sudah siap, Nak. Aku akan menerimamu dengan tangan terbuka." Dan Galea membalas pelukan itu dengan erat.

"Lalu aku apa?" Barend merusak suasana disambut tawa dari Galea dan Evie yang bahagia.

.
.
.
.

"Kau senang dengan penawaran ibuku?" Barend menatap serius ke wajah Galea di sampingnya.

"Aku tidak tahu, kalau kau?" Barend jadi kikuk mendengar pertanyaan balik itu. Teringat olehnya kejadian beberapa tahun yang lalu yang menjadi awal pertemuannya dengan Galea.

"Wah!" Barend kecil berlari memasuki kandang satwa dengan berani, tanpa alat pengaman maupun orang yang mengawasi. Pria kecil itu tidak menyadari bahwa ada singa muda yang mengincarnya. Saat itu Galea yang juga sama-sama berumur 8 tahun melihat hewan itu sudah berlari ke arah Barend.

"Awass! Lion itu akan membunuhmu!" teriak Galea memancing perhatian orang-orang di kebun binatang itu. Namun hewan berbulu dan bertaring kuat itu ternyata sangat lincah dan bernafsu pada bau Barend. Hewan itu melompat ingin menerkam Barend, tapi dengan kecepatannya, Galea berhasil mendorong singa itu dengan pemukulnya.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang