Chapter 28

646 100 87
                                    


Ntah karena kurang konsentrasi akibat melamun atau memang sebuah pertanda, tiba-tiba gelas yang Skye ambil dari meja untuk minum itu jatuh tanpa bisa ia tangkap dan pecah berkeping-keping. Skye berjongkok untuk membersihkannya, tapi Skye terdengar meringgis saat ujung jarinya tergores ujung beling dan mengeluarkan banyak darah. Skye mengobati lukanya dengan pikiran yang menerawang ke rumahnya di Amsterdam. Seketika wajah Alex saat melepas kepergiannya menjadi bayangan di mata dan pikiran Skye.

"Ayah, apa yang terjadi padamu? Tolong untuk tetap baik-baik saja seperti aku yang berjuang untuk baik-baik saja di sini," gumam Skye tiba-tiba merasakan air matanya merebak keluar tanpa ia tahu kenapa? Yang jelas Skye sangat ingin menangis saat ini karena perasaannya sangat sedih dan sesuatu seakan membuatnya ingin terisak. Skye memegang dadanya dengan erat dan menahan isakannya agar tak bersuara. Skye berjongkok dan memeluk lututnya sambil terus terisak.

"Ayah, aku rindu! Ayah ... aku ingin melihatmu! Ayah, jemput Skye, katakan hai pada putri satu-satumu ini," ucap Skye sambil terisak. Rasa sakit pada ujung jarinya tidak sebanding dengan rasa sakit pada hatinya. Galea memasuki dapur dengan ekspresi kaget.

"Putri! Apa yang terjadi? Astaga! Tanganmu berdarah!" Skye tak peduli pada Galea yang mengurusi lukanya, ia tetap terisak.

"Apa ini sangat sakit, Putri? Kalau iya, katakanlah! Biar aku lebih pelan-pelan!" Skye semakin terisak.

"Putri?"

"Galea, aku merindukan ayahku. Aku ingin bertemu dia! Aku rindu dia!" Skye bicara sambil terisak. Galea memeluknya mencoba menghibur.

"Kita akan mengunjunginya, Putri. Kita akan ke sana bersama," gumam Galea sambil menahan tangisnya karena tak kuasa melihat adik kecilnya menangis. Skye adalah putri tunggal Alex dan pernikahan adalah perpisahan pertama keduanya, pantas saja Skye sebegitu rindu pada ayahnya, Galea berjanji akan meminta izin untuk pulang bersama Skye ke Amsterdam besok, saat Philip telah tiba dari perjalanan kenegaraannya.

¤¤¤¤

Alex hanya berusaha untuk menghindarkan adiknya dari malapetaka yang sudah ia perkirakan selamat ini, tapi ia tak mengurangi bahwa dialah yang berada di dalam tusukan pedang tajam itu. Dan fakta yang paling mengejutkan baginya adalah saat mengetahui bahwa orang yang ia hindari, orang yang ia takutkan dan orang yang selalu menjadi mimpi buruknya juga mimpi buruk keluarganya adalah menantunya sendiri, Dehaan Anderson Ulrik. Ternyata pria itulah orang yang ia dan Albert paksa untuk berpisah dengan ibunya demi hidup putrinya. Dan parahnya keduanya saling berhubungan dulu dan sekarang.

"Dehaan? Kau?" Espen tak sanggup menyambung kata-katanya karena rasa kaget yang luar biasa. Terlebih saat melihat wajah mengerikan Dehaan yang hampir rusak keseluruhan.

"Kaget melihatku? Seperti aku juga kaget melihat orang-orang sepolos kalian berani melukai ibuku." Espen tiba-tiba tidak dapat merasakan tubuhnya. Semua seakan mati saat Dehaan menjentikkan jemarinya ke arah pria itu.

"Apa yang kau lakukan Dehaan?!" teriak Hansen ingin membantu adiknya, namun lagi-lagi Dehaan menghentikan gerakannya.

"Kau ingin tahu siapa diriku yang sebenarnya? Ingin tahu mengapa aku sangat ditakuti?!" Espen semakin tercekik tangan Dehaan yang semakin mendekatkan wajahnya yang sudah rusak total di sebelah kiri dan berurat biru di sebelah kanan.

"Kau ingin tahu?!" teriak Dehaan kuat hingga Albert terbang membentur dinding dan dengan ekspresi psyco Dehaan mencabut pedang tajamnya dari dada Alex yang seketika menyemburkan darahnya.

"Ay-ayah!" ucap Espen dan Hansen kesulitan bicara.

"Ingin merasakan bagaimana kehilangan orang tua yang kau sayangi?" Dehaan tertawa menakutkan. Matanya berubah menghitam keseluruhan.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang