Belum bisa meloading otaknya untuk membedakan dunia mimpi dengan dunia nyata, kini Skye kembali dikejutkan dengan ulah Dehaan yang tiba-tiba menggendongnya ala bridal style dan membawa tubuh mungil Skye menaiki undakan tangga menuju lantai satu. Skye menduga bahwa Dehaan akan mengantarnya ke kamar, tapi tampaknya ia salah sebab dengan tiba-tiba Dehaan kembali menuruni tangga menuju lantai dasar dan berhenti di pangkal tanggal sambil menatap Skye dengan intens dan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Skye yang mulai berpikir aneh-aneh dibuatnya. Skye yang merasa mulai tak nyaman akhirnya memilih menutup mata untuk bersiap dengan segala kemungkinan yang akan dilakukan Dehaan padanya, namun tampaknya pria itu hanya menggodanya karena memberhentikan wajahnya tepat beberapa centi dari wajah Skye yang dilanda kebingungan akut. Namun semua kebingungan Skye kini terjawab saat ia menangkap derap kaki di lantai dasar yang sangat teratur dan sangat ia kenal. Terlebih suara tawa kecil yang familiar di telinganya."Apa yang kalian lakukan di pagi ini, Putra Mahkota? Anda membuat para pelayan segan untuk melakukan pekerjaannya," sindir Philip menggoda. Dehaan pura-pura kaget, itulah yang terlihat oleh Skye saat ini.
"Apa kami tidak boleh melakukan ini, Yang Mulia?" sahut Dehaan sok polos. Skye semakin geram dan bosan dengan tingkah memuakkan suaminya.
"Lepaskan aku!" bisik Skye penuh penekanan. Dehaan seakan tak memperdulikannya. Tanpa diduga oleh Dehaan, tiba-tiba Skye membanting jidatnya ke wajah Dehaan yang memang sangat dekat yang otomatis membuat Dehaan meringgis kesakitan dan melepaskan pegangannya akan tubuh Skye yang langsung jatuh membentur lantai diiringi teriakan panik Ellen dan Philip.
"Apa yang kau lakukan, Dehaan?! Kau ingin membuatnya mati?!" bentak Ellen marah sambil membantu Skye berdiri.
"Dia yang bodoh! Apa wajahku ini tembok yang bisa dia banting dengan kepala batunya itu?!"
"Kau baik-baik saja kan?" Dan Skye mengangguk atas pertanyaan Ellen yang peduli padanya bak seorang ibu pada putrinya. Philip hanya menatap dalam diam.
"Ikut denganku!" ucap Philip pada Dehaan sambil berlalu. Dehaan dengan tenang mengikutinya sambil sesekali berbalik menatap garang ke arah Skye yang menatapnya lebih garang.
Skye berjalan santai dengan Ellen diikuti pelayan pribadi mereka di halaman istana Vienna yang mulai menghangat karena winter hampir berlalu. Keduanya bergandengan tangan dengan mesra, sama-sama menghirup segarnya udara dan sesekali saling bertatap dan berbalas senyum. Namun melihat beberapa pelayan istana berlalu lalang di sekitaran bangunan utara istana Vienna membuat Skye heran, terlebih melihat mereka membawa beberapa barang-barang yang sering digunakan di party ala royal family.
"Ma, ada acara apa di gedung utara? Mengapa para pelayan tampak sibuk sekali ke sana ke mari?" Skye mengutarakan kebingungannya.
"Ahk, besok adalah ulang tahun Dehaan. Dan rencananya akan di langsungkan di gedung utara."
"Ulang tahun? Kenapa aku tidak diberitahu?" Skye sedikit tersinggung.
"Belum diberitahu? Astaga, apa Shyla lupa memberitahukannya? Mama meminta dia memberitahukanmu perihal ini jauh sebelum kami melakukan perjalanan bisnis ke Moskow," ucap Ellen kaget. Skye mengerutkan keningnya tak percaya Shyla melakukan hal seperti itu.
"Kenapa dia tidak memberitahuku?" gumam Skye.
"Mana Shyla?" tanya Ellen dan Skye baru menyadari bahwa sejak kepulangannya dari acara pengucapan sumpah para pelayan, dia tidak bersama Shyla barang sekalipun.
"Kalian ada melihatnya?" Para pelayan itu menggeleng menjawab pertanyaan Skye yang semakin curiga dibuatnya.
"Sudahlah, Putri. Mungkin dia ada keadaan darurat yang tidak pantas dia katakan padamu. Biarkan saja dulu," ucap Ellen disambut Skye dengan senyuman terpaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEHEIM✔
Fantasy(Historical-Fantasy) Kendati ingin menolak, Skye tidak bisa memalingkan wajahnya dari penderitaan yang dialami rakyatnya dan merelakan kebebasannya untuk sebuah pengorbanan. Amsterdam dan Vienna, dua kerajaan yang sama besar namun terikat masa lalu...