Chapter 22

666 108 63
                                    


Gelap belum juga hilang, di saat 2 kereta kuda dengan bawaan gadis-gadis muda dari Paris untuk menghadiri acara royal party Vienna yang akan dilaksanakan nanti malam. Sang kusir dengan serius memacu kudanya membelah jalanan yang sangat gelap karena memang lampu-lampu listrik ber-watt rendah yang menerangi jalanan hanya terpasang di setiap pemukiman. Kalau jalan setapak di hutan atau jalan besar tanpa ada pemukiman, semua itu hanya akan menjadi gelap gulita yang memaksa siapapun harus super hati-hati melewatinya. Tiba-tiba kereta kuda itu berhenti secara mendadak membuat putri keluarga bangsawan Perancis itu  membuka tirai dengan wajah kesal karena harus mencium dinding kereta yang keras.

"Apa yang terjadi?" tanya gadis bergaun kuning pada sang kusir yang tampak kebingungan.

"Hamba kurang tahu, Nona. Kuda-kuda ini tiba-tiba berhenti tanpa sebab apapun," jawabnya.

"Ya Tuhan, bukankah itu tugasmu untuk mencari tahu! Kau dibayar untuk mengantar kami ke Vienna dengan tepat waktu, awas kalau kau membuat kami terlambat!" ancam gadis bergaun kuning itu dengan wajah sinis. Kusir berusaha mencari alasan mengapa kuda-kuda itu tak mau bergerak barang sedikitpun dari tempat mereka berhenti. Para gadis dari kereta satunya lagi pun sudah mulai marah-marah karena takut datang terlambat ke pesta berharga Vienna yang katanya akan menghadirkan banyak pria tampan dari kelas bangsawan yang masih original. Dan lagi-lagi sang kusirlah yang jadi tumbal kemarahan dan makian mereka.

Di saat akan memeriksa dengan detail, salah seorang kusir mendengar suara langkah aneh dari dalam semak yang gelap dan tidak jauh dari mereka. Dia memberitahukan temannya dan keduanya berjalan perlahan mendekati semak dan meninggalkan kegelapan.

"Siapa di sana?!" teriak salah seorang kusir. Tak ada sahutan dan suara langkah itu berhenti. Berganti dengan suara teriakan penuh kemarahan dari gadis-gadis bermulut petasan di kereta itu.

"Cepat berangkat bangsat!" teriak para gadis dan tiba-tiba kereta bergerak membuat kaget kedua kusir itu saat dengan yakin bahwa kusir yang ada hanya mereka berdua, lalu siapa yang membawa kereta-kereta itu. Keduanya ingin mengejar, namun salah seorang dari pria dengan kostum pelayan istana Perancis itu merasa ditahan seseorang dibagian kakinya.

"Hei! Sesuatu menahan kakiku!" teriaknya dan temannya pun mengarahkan lentera ke arah kaki temannya dan membelalak kaget bahwa itu adalah sepasang  tangan dari seseorang yang sedang jongkok tepat di belakang temannya itu. Seseorang dengan mata hitam, hitam secara keseluruhan yang terlihat menakutkan dan giginya terkuat bertaring panjang dan tajam.

"Apa yang kau lihat?!"

"Seseorang ada di sana! Dia memegang kakimu dengan wajah menyeramkannya. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, aku ...."

"Ahk!" teriak Kusir yang kakinya tertahan itu. Di mana kini kakinya tidak hanya ditahan melainkan digigit dengan sangat kuat dan siapapun yang menggigitnya sekarang seperti sudah beralih menghisap darahnya.

"Tolong! Tolong aku!" Tapi pria satunya lagi malah berlari ketakutan berniat meninggalkan temannya, namun larinya ditahan seseorang yang berdiri di tengah jalan dengan jubah hitam dan tudung hitamnya.

"Minggir!" teriak Kusir itu berharap pria atau mahluk itu akan pergi. Namun dengan gerakan yang secepat kilat, tiba-tiba pria berjubah itu sudah memeluk kusir itu dan menempelkan mulutnya ke ceruk leher sang kusir. Dan menghisap darah dengan rakus, yang dapat dilakukan kusir itu hanya lah mencakar-cakar punggung pria yang terus menghisap darahnya itu dengan tenaga yang tersisa hingga beberapa menit kemudian tangannya yang sudah mengering jatuh terkulai dan dengan mudahnya pria berjubah itu menjatuhkan tubuh yang telah mengering itu ke tanah dan menghapus bekas darah di bibirnya dan membuka tudungnya dengan wajah tersenyum puas. Dan pria berjubah yang berwajah familiar itu mendekati pria Kusir satu lagi yang sudah terlihat lemas dengan tubuh mulai menipis dan kini dalam posisi  telungkup dengan kaki masih berada di mulut mahluk aneh yang dari tadi menghisap darahnya. Pria berjubah itu tersenyum geli melihat ulah mahluk itu dan kasihan melihat wajah sekarat pria kusir itu. Dikibaskannya jubahnya dan berjongkok lalu mematahkan tulang leher pria kusir dengan mudah.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang