Dengan wajah pucat dan keringat dingin yang membanjiri tubuhnya, Skye terbangun dari pingsannya dan sedikit kaget melihat wajah cemas milik orang tua dan kakak-kakaknya yang berdiri mengelilinginya.
"Ma."
"Oh Skye! Syukurlah kau telah siuman, Nak." Evie memeluk putrinya erat. Alex dan ketiga putranya pun akhirnya mampu mengembuskan napas lega melihat kelopak itu berhasil terbuka.
"Hei Putri! Lama sekali kau bangun! Kau senang membuat kami cemas, hah?" Barend berkomentar sambil mencubit pipi adiknya, gemas.
"Berapa lama aku pingsan?"
"Sekitar 7 jam," jawab Espen menanggapi. Sedang Hansen hanya diam sambil menggenggam erat tangan adiknya.
"Selamat ulang tahun, Sayang," ucap Alex sambil mengecup lembut kening putrinya. Skye tersenyum kecil.
"Sepertinya biasanya, Ayah?" tanyanya memastikan dan Alex mengangguk dengan wajah murung.
"Aku sudah terbiasa, ini sudah kali ke delapan belas aku melewatinya," sahut Skye bergurau dan Alex hangat tersenyum sedih.
"Selamat ulang tahun," ucap ketiga pria muda itu bergantian. Evie menyusul Alex yang berjalan meninggalkan kamar itu dengan bahu yang tampak goyah dan tubuh yang membungkuk karena kesedihan setiap menyambut ulang tahun putri kecilnya.
"Tegakkan bahumu, Suamiku. Kau tidak boleh memberitahukan siapapun tentang kesedihan yang kau miliki. Kau adalah raja, dan raja tak boleh menunjukkan kelemahannya pada siapapun!" ucap Evie menepuk punggung suaminya.
"Ya, seharusnya memang begitu. Aku tidak boleh menunjukkan kelemahanku pada siapapun," jawab Alex.
"Ya, kepada siapapun ... kecuali kepadaku. Aku istrimu, aku ratumu dan aku berhak memikul beban yang sama denganmu. Jadi tetaplah terlihat kuat." Evie mengamit erat tangan suaminya dan berjalan beriringan menjauhi kamar Skye.
"Apa mimpi itu datang lagi?" Skye menghentikan langkahnya menuju cermin mendengar pertanyaan dari Hansen yang masih setia duduk di kamarnya. Skye menoleh dengan tatapan murungnya.
"Apa kali ini masih sama?" tanya Hansen lagi.
"Ya, tapi wanita itu akhirnya jatuh dan meninggal di air sesudah dia memberi sumpah untuk keluarga Doortje."
"Akhirnya kau melihatnya," gumam Hansen menanggapi.
"Apa kakak tahu perihal wanita itu?" tanya Skye antusias.
"Ya, tapi aku takkan mengatakannya padamu. Kau harus menunggu ayah bersedia mengatakan itu padamu," ucap Hansen beranjak.
"Tapi sampai kapan?" Hansen menghentikan langkahnya.
"Sampai ayah siap," ucapnya tanpa berbalik dan melanjutkan langkahnya meninggalkan Skye seorang diri di kamarnya.
.
.
.Alex dan Evie mencoba menenangkan para utusan yang bersikeras ingin tahu kabar Sang Putri yang tiba-tiba pingsan kemarin sore.
"Mana Sang Putri?! Bukankah dia harusnya keluar jika dia memang baik-baik saja?!"
"Apa istana berbohong?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GEHEIM✔
Fantasy(Historical-Fantasy) Kendati ingin menolak, Skye tidak bisa memalingkan wajahnya dari penderitaan yang dialami rakyatnya dan merelakan kebebasannya untuk sebuah pengorbanan. Amsterdam dan Vienna, dua kerajaan yang sama besar namun terikat masa lalu...