Chapter 20

703 93 1
                                    


Skye merasakan seseorang menarik kakinya dengan lembut namun perlahan mengencang. Namun rasa aneh menerpa Skye karena perlahan rasa sesak akibat kekurangan oksigen di dadanya berubah menjadi rasa lega yang membuat ngantuk. Matanya perlahan menutup dan sebuah tangisan perlahan membangunkannya. Itu tangisan seorang bayi laki-laki tiga tahunan yang seperti tengah menderita sebuah penyakit aneh dengan tubuh pucat dan di beberapa bagian tampak memerah. Bocah malang itu terlihat menggeliat kesakitan dan  terus merengek pada wanita muda di sebelahnya. Dan Skye sangat kaget bahwa ia tidak lagi di kolam ataupun di istana Vienna melainkan di sebuah hutan asli nan rimbun dengan suasana yang senyap. Hanya suara tangisan itu yang ia dengar.

"Tidurlah sayang, ibu akan mencari obatmu," bujuk wanita itu sambil membelai lembut putranya yang terus merengek. Dia begitu kesakitan dan sesekali muntah, Skye merasa familiar dengan gejala sakit bocah itu dan itu yang membuat Skye terus memperhatikannya.

"Oh Tuhan, bagaimana nasib putraku ini? Tolong berikan aku jalan untuk menyembuhkannya. Aku tahu ... aku sangat tahu bahwa ia lahir atas kesalahanku, tapi itu kesalahanku mengapa harus menyiksa ia yang tidak berdosa," teriak wanita itu dalam tangis putus asanya.

"Sepertinya ibu harus pergi mencari obatmu, Nak. Tetaplah sehat dan tunggu ibu!" bisik wanita itu dengan lembut sambil menggendong putra kecilnya yang perlahan menghentikan tangisnya namun wajah kesakitan masih jelas di wajahnya.

"Ibu jangan pergi! Aku akan baik-baik saja, biarkan saja aku menangis karena itu mengurangi rasa sakitku, tetap bersamaku ibu, jangan meninggalkanku!" isak bocah itu sambil memeluk ibunya erat. Namun tampaknya sang ibu sangat bertekad untuk menyembuhkan putranya walau obat yang diberitahukan padanya itu sangat langka. Perlahan dia tinggalkan bocah kecilnya dengan 2 keranjang besar buah-buahan.

"Makanlah buah-buahan ini jika kau lapar, ibu akan kembali saat buah-buahan itu habis. Jangan menangis walau kau kesakitan dan jangan pergi dari tempat kecuali badai menerpamu!" Dan dengan yakin dia tinggalkan putra kecilnya yang hanya memandang ibunya dalam diam dan bersembunyi di balik daun pisang yang mereka jadikan selimut saat tidur. Dia terus melihat sekeliling hutan dengan harapan ibunya akan kembali secepatnya. Satu persatu ia kunyah buah di dalam keranjang dengan harapan buah itu cepat habis agar ibunya cepat kembali. Ranting yang patah dan suara tapak binatang hutan selalu membangunkannya dengan pikiran bahwa itu ibu. Namun hingga seluruh keranjang kosong, wanita itu tak kunjung terlihat kembali. Namun malam itu, Skye mendengar suara langkah yang lemah mendekati bocah malang yang tengah pulas dengan perut laparnya itu dan seketika Skye terbelalak kaget melihat wanita itu menenteng satu kelinci merah yang tak bergerak dan wajah wanita itu juga memucat juga tubuhnya yang basah kuyup. Skye melihat ia mendekati putranya dan meletakkan kelinci merah yang basah itu ke keranjang dan tersenyum pilu. Lalu tiba-tiba Skye merasakan nuansa horor saat wanita itu tiba-tiba menatap garang ke arahnya juga semakin parah saat ia kini semakin dekat dengan tempat Skye berdiri.

"Anda melihatku?" tanya Skye bergetar. Wanita itu menggeram dan mencekik Skye dengan sangat kuat hingga Skye benar-benar kesulitan bernapas.

"To-long lepaskan!"

"Kau ... kaulah penyebab semua ini! Kau yang menjadi jurang pemisah aku dengan anakku, kau harus mengembalikannya padaku! Jangan terus bersembunyi atau kita akan berbasis sama!" Cekikan itu semakin kencang dan Skye semakin kehilangan tenaga. Skye menangis meronta agar diselamatkan. Perlahan mata Skye terkantup karena rasa sesaknya semakin parah, hingga ....

"Skye! Bangunlah, Nak!" Suara itu membangunkan Skye yang seketika bangkit dan meraup oksigen layaknya orang yang kekurangan oksigen. Ditatapnya sekelilingnya dan Skye langsung mencubit lengannya untuk membuktikan bahwa ia tengah berada di tempat yang nyata dan cubitan itu terasa sakit. Skye tersenyum menatap wajah Ellen yang cemas padanya, lalu memeluk wanita itu dengan erat dan bernapas bahagia.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang