Astaga! Apa yang terjadi, Skye?! Apa yang kalian lakukan Barend? Espen?" Pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Evie yang memergoki kepulangan diam-diam ketiga anaknya dan juga rasa cemasnya melihat Skye dan Espen pulang dengan kondisi pakaian setengah membeku akibat masuk ke air danau. Ketiga kakak beradik itu tak banyak bicara, hanya menunduk karena sadar kalau mereka salah.
"Maafkan hamba, Ratu. Keteledoran hamba lah yang membuat pangeran dan putri meninggalkan istana dan menjadi seperti ini. Jika ingin menghukum, maka hamba lah yang pantas menerimanya. Baik pangeran maupun putri harus segera mengganti pakaian karena pakaian beku akan membuat mereka sakit, Yang Mulia," ucap Galea meminta kemurahan hati Evie dengan bersimpuh di hadapan ratu yang terkenal sangat bijaksana itu.
"Kalau memang begitu, maka kau pantas dihukum!" jawab Evie, namun secara tiba-tiba Skye ikut bersimpuh memeluk Galea.
"Tidak, Ma. Galea hanya pergi karena aku yang mengajaknya. Jangan membawa dia dalam hal ini. Kakak-kakakku keluar untuk tugas kerajaan mereka, akulah yang sembrono dan yang pantas untuk dihukum!" ucap Skye mantap. Evie tertawa melihat drama mengharukan di depannya.
"Jangan banyak drama, Putri! Sekarang juga ganti pakaian kalian dan bergabung dengan kami di ruang pertemuan tanpa penolakan!" ucap Evie memberi perintah. Ketiganya terlihat ingin mengeluh, namun siapa yang mampu melawan kebijaksanaan Ibunya.
"Baik, Ma!" jawab mereka kompak.
"Dan kau Galea! Sebagai hukuman, kau harus merias putri Skye dengan cantik dan elegan!" perintah Evie lagi sebelum akhirnya beranjak pergi menuju ruang pertemuan di lantai 1 setelah mendapat anggukan dari Galea juga tatapan tak suka dari Skye yang tidak suka berhias selayaknya putri kerajaan biasanya.
"Ini membosankan, Galea!" gerutu Skye saat di depan cermin dengan Galea yang sibuk merapikan rambutnya yang sudah dikucir ala putri kerajaan Eropa.
"Anda harus menahannya, Putri. Karena keindahan juga merupakan wajah dari Kerajaan Amsterdam, dan Anda harus menjaganya dengan diri Anda!" Skye hanya diam mendengar ucapan pelayan pribadinya itu.
"Wah! Kau sangat cantik, adikku!" puji Barend melihat Skye dengan gaun brown-orange nya yang sangat cocok untuk kulit putih bersihnya. Terutama dipadukan dengan stilleto boots senada yang dengan elegan menghiasi kaki jenjangnya.
"Jangan menggodaku, Barend! Atau kau akan kudorong sekarang juga dan sampai ke lantai 1 dengan hidungmu!" ancam Skye yang tak suka digoda.
"Aww, itu sakit Putri!" teriak Barend berakting layaknya orang kesakitan untuk mengejek Skye yang mengejarnya.
"Barend!" teriak Skye diiringi tawa Espen dan juga Barend serta senyum bahagia para pelayan yang bahagia melihat keakuran para putra-putri Amsterdam itu.
¤¤¤¤
Tampaknya acara rapat telah berakhir, karena musik pengiring yang melow terdengar jelas dari ballroom. Dengan senyuman yang menghiasi wajah, baik Barend, Espen dan Skye saling tatap senang mengingat mereka tak harus ikut menyaksikan pembicaraan yang super membosankan itu. Sekarang mereka tinggal menikmati perayaan hari penyatuan kerja sama Kerajaan Amsterdam dengan seluruh kerajaan di Uni Eropa.
"Hadirin para undangan! Raja Alexander Van Doortje dan Ratu Larzie Evie Doortje telah tiba!" Teriakan sang pengawal istana membuat fokus undangan yang terdiri dari utusan-utusan negara tetangga menjadi tertuju pada pasangan king and queen of Amsterdam yang berjalan penuh wibawa dan karisma.
"Putra Mahkota Adrianus Hansen Doortje!" Dan terlihat putra pertama Alex yang super tampan itu berjalan seorang diri dengan senyum tulusnya. Menjadi pusat perhatian para putri utusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEHEIM✔
Fantasy(Historical-Fantasy) Kendati ingin menolak, Skye tidak bisa memalingkan wajahnya dari penderitaan yang dialami rakyatnya dan merelakan kebebasannya untuk sebuah pengorbanan. Amsterdam dan Vienna, dua kerajaan yang sama besar namun terikat masa lalu...