Chapter 14

730 119 13
                                    

Angin berembus cukup kencang menyapu rambut Skye yang terus melangkahkan kakinya menuju istal. Ditatapnya kuda-kuda yang tengah asyik melahap rumput segar yang diberikan beberapa petugas yang bertugas mengasuh hewan pelari itu dengan tatapan kosong. Didekatinya kandang kuda itu tanpa peduli kaki tanpa alasnya terus berdarah.

"Hai Maple, kau sedang sarapan ya? Kau sangat beruntung bisa makan makanan yang kau sukai." Skye berbicara sambil menyentuh Maple, kuda yang ia taklukkan beberapa hari yang lalu. Hewan berbulu itu meringkih kecil dan meneruskan makannya.

"Sepertinya sekarang ini kau lebih berharga daripada aku. Kau bahkan tidak perlu menjelaskan apa yang kau mau, tapi mereka langsung terhidang, sedang aku, sudah capek masak, malah dibuang begitu saja." Skye terus mengeluarkan keluh kesalnya walau ia tak yakin apa hewan itu mengerti atau tidak.

"Ingin bermain denganku?" tanya Skye pada Maple yang meringkih mengiyakan. Skye melepas kudanya dan menaikinya berkeliling halaman istana Vienna yang luas dan diisi taman bunga dan pepohonan yang luas walau saat ini tengah gundul karena musim salju.

"Heakk! Lebih cepat Maple! Lebih cepat!" teriak Skye sambil memukul Maple yang meringkih kaget dan semakin mempercepat larinya. Skye menangis terisak sambil memeluk Maple erat. Rasanya hanya Maple lah tempat ia bisa mengeluarkan kemelut hatinya saat ini.

"Maple, kau mengingatkanku pada Braven. Kau tahu, dia mirip denganmu hanya saja kau lebih cantik sedikit dari dia dan kau kurang imut dari dia. Kau juga kurang rapi dari dia, kau juga kurang gendut dari dia, kau jug ...." Maple yang berlari kencang membelah salju itu  terdengar meringkih tak suka pada ucapan Skye.

"Ahk kau tak suka dibandingkan ya? Ahk kau seperti manusia saja, Maple. Maafkan aku, sebenernya aku memarahi dan membandingkanmu dengan Braven itu karena aku merindukan mereka. Kau tau rindu? Ahk, mana mungkin kau tau karena kau adalah kuda, tapi paham atau tidaknya kau, cukup dengarkan saja aku berbicara walau nyatanya aku seperti orang gila yang membosankan. Ini semua karena aku rindu, Maple. Dan aku kesepian tanpa teman di sini. Apa yang harus aku lakukan?" Skye terus berkelakar dan Maple terus berlari kencang hingga tidak menyadari ada tunggul kayu yang cukup tinggi namun tertutup salju ada di hadapan mereka, sehingga Maple dengan ketidaktahuannya pun menabrak tunggul kayu itu membuat kuda itu terlempar beberapa meter dengan bibir dan wajah berdarah dan Maple juga tak sanggup bergerak. Maple terus-menerus meringkih seakan paham akan keadaan Skye yang tak sadarkan diri saat kepalanya jatuh tepat di atas batu keras di balik salju. Angin menerpanya yang tidak kunjung sadar dengan darah merembes dari atas batu dan mewarnai keputihan salju yang ia tiduri.

¤¤¤¤

Hari telah gelap, badai salju datang menyerang lebih kencang dari siang tadi. Dengan kemanjaan yang menggelikan siapapun yang melihatnya, Larine bergelayut di lengan Dehaan yang asyik menyeruput teh panasnya sambil menatap halaman luas milik istana Vienna yang tersapu badai yang menggila dari atas balkon lantai 3 istana.

"Apa yang sedang Kau lihat?" tanya Larine dengan suara dibuat semanja mungkin. Dehaan meletakkan gelasnya tanpa berniat menatap gadis di sebelahnya.

"Aku melihat kehancuran Amsterdam," jawab Dehaan singkat. Larine mengangkat kepalanya karena sedikit kaget.

"Kehancuran Amsterdam? Kenapa bisa? Bukannya mereka sangat kuat dan mereka juga adalah mertuamu." Dehaan tersenyum mengejek.

"Kau tau Larine, Odense tampaknya sangat menginginkan putri Skye untuk menjadi menantu mereka, tapi mereka tak bisa membantu negara itu karena negara itu juga kena wabah. Dan seperti yang kita ketahui bahwa wabah itu berasal dari Amsterdam. Namun dengan mudah Amsterdam memutuskan untuk menolak Odense dari kandidat pelamar, ya walaupun mereka menolaknya dengan cara baik, tapi tetap saja negara itu merasa terhina. Dan aku yakin mereka akan menuntut balas nantinya. Dan hari itu adalah hari kehancuran Amsterdam tentunya," jelas Dehaan lalu kembali menyeruput tehnya dan Larine mengganguk paham.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang