Chapter 7

1K 136 21
                                    

"Ka-kau?"

Skye tak tahu harus mengatakan apa saat melihat Klaus berdiri dengan gagah memblok seluruh serangan telur untuknya.

"Jangan harap aku akan berterima kasih padamu," gumam Skye sambil memberikan sapu tangannya pada Klaus sebelum menaiki kereta kudanya. Klaus menerima sapu tangan itu dengan senyuman dan mencium benda berwarna putih itu lalu menyimpannya dalam sakunya.

Kereta kuda berjalan menjauhi gereja melewati orang-orang yang ditahan pihak keamanan kerajaan Amsterdam. Skye menatap pria dengan penutup wajah di sampingnya dengan jengah. Pasalnya dia bosan dengan hobi pria itu, yakni diam, tapi untuk mendekatinya sendiri adalah hal yang sangat Skye hindari karena itu akan menjatuhkan harga dirinya sebagai putri elegan. Belum lagi hati Skye sangat kesal saat mengingat bagaimana pria itu tidak peduli padanya saat dilempari telur tadi. Alhasil baik Skye maupun suaminya hanya diam sepanjang perjalanan hingga tak terasa istana Amsterdam sudah berada di hadapan Skye yang langsung bergegas turun menuju kamarnya dibantu beberapa pelayan nya tanpa memperdulikan pria yang baru saja mengikat dirinya itu.

Malam telah tiba, Skye menutup pintunya bersegera dan membaringkan tubuhnya yang lelah di ranjang. Matanya menerawang ke langit-langit kamarnya. Tiba-tiba air bening mengalir indah dari sudut matanya.

"Berapa lama lagi aku akan berada di sini?" gumamnya seorang diri.

Namun rasa nyamannya harus sirna saat seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan sedikit keras. Dengan perasaan jengkel, akhirnya Skye melangkah untuk membukanya. Dan matanya sukses membelalak kaget saat melihat itu adalah pria bertopeng yang tidak lain suaminya.

"Ngapain ke mari?" tanya Skye namun tak dijawab. Malah pria itu masuk dengan dengan tas tangannya.

"Kenapa kau ke mari? Bukannya istana kami masih memiliki beberapa kamar kosong?" tanya Skye bertubi-tubi. Pria itu menghentikan kegiatannya yang membuat Skye beringsut mundur karena insting penyelamatan dirinya sedang aktif dan dia tidak mau bernasib jadi tape hari ini. Pria dengan penutup wajah hitam itu semakin mendekati Skye dan membuatnya terpojok.

"Aku memiliki nama! Bukan kau atau hei!" ucapnya penuh penegasan dan pergi setelah membuat Skye diam membatu dengan tubuh gemetar, cemas.

"Dasar sinting! Bagaimana memanggil namamu jika aku tidak tahu siapa namamu, bodoh!" teriak Skye kesal. Sang suami berhenti tepat sebelum memasuki kamar mandi.

"Aku Dehaan! Dan kau harus mengingat itu karena aku takkan memberitahukanya lagi. Jadi pake otak bodoh mu itu untuk mengingatnya!" ucapnya lalu membanting pintu kamar mandi mengagetkan Skye.

"Dasar bangsat! Tahunya merusakkan pintu rumah orang lain. Hei bangsat! Siapapun namamu, Deann, Deon, Dandalion atau Dehaan! Kau tidak punya hak menghancurkan isi rumahku! Ini milik Kerajaan Amsterdam dan ini aset negara. Jangan membuatku meminta ganti rugi!" terik Skye keras. Dan pada akhirnya suara bantingan dari dalam kamar mandilah yang menjadi jawaban untuk teriakan Skye.

Karena rasa kesalnya, Skye meninggalkan kamar dengan langkah gontai. Dilihatnya ketiga pangeran tampan Doortje tengah bermain catur di dekat perapian lantai 4. Skye mempercepat langkahnya menghampiri sang kakak. Bau alkohol menyeruak dari ketiganya begitu Skye mendekat. Skye yakin mereka sedang mabuk untuk melepaskan kepenatan otak juga emosi mereka. Dan alkohol adalah pelarian di mana di meja itu terlihat banyak botol minuman beralkohol yang bergelimpangan.

"Aku ingin main!" seru Skye mengagetkan ketiganya. Barend tersenyum manis melihat adiknya datang untuk bergabung.

"Ke marilah, Sayang. Mari bermain, ini semua sangat mengasyikkan!" ucap Barend setengah teler. Espen memberi ruang untuk Skye duduk.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang