Chapter 4

1.2K 139 21
                                    

"Jangan melihatnya, Putri!" ucap Regen melepaskan pelukannya. Skye mengangguk, namun rasa penasarannya memaksa ia untuk menatap kembali ke balik pagar pembatas itu. Di mana di sana tergeletak sepasang mayat manusia yang berlalat dengan tubuh berlubang dan berulat dengan mata membelalak.

"Ke-kenapa mereka seperti ini, Regen?" tanya Skye gemetar.

"Hamba kurang tau, Putri. Yang jelas mayat ini sepertinya baru saja mati, tapi yang mengherankan bagaimana mungkin tubuhnya berulat dengan waktu secepat itu?" Penjelasan Regen tak begitu Skye pedulikan. Dia hanya menatap iba pada mayat itu yang sepertinya ibu dan anak remajanya.

"Sebaiknya Yang Mulia kembali ke istana dan menyampaikan kabar ini pada raja. Hamba akan memberi tahu warga dan mencari tahu penyebabnya," jelas Regen. Skye akhirnya mengalah dan membantu Braven bangkit dengan bantuan Regen.

"Kau harus hati-hati, Regen!" perintah Skye dan Regen mengangguk sambil membungkuk hormat. Skye memacu kudanya meninggalkan kebun anggur dari jalan masuknya tadi. Sedangkan Regen  menyusul kepergian Skye namun mengarahkan kudanya ke pemukiman warga terdekat. Namun, tanpa diduga, Regen berselisih dengan ketiga pangeran Doortje yang nyaris menabraknya.

"Mana Skye?!" tanya Barend.

"Putri telah kembali ke istana setelah terjatuh di jalan keluar kebun anggur itu," jelas Regen.

"Terjatuh? Bagaimana bisa?" Espen tampak cemas. Regen menceritakan apa yang terjadi padanya dan Skye tanpa ada yang terlewat.

"Wabah itu! Aku yakin itu wabah yang dibicarakan Rudolf. Kita harus bergegas melihat sumber dari wabah ini dan mencoba keberuntungan dengan menemukan penawarnya." Ketiga pria itu setuju atas ucapan Hansen. Suara derap kaki kuda terdengar keras saat keempatnya melaju menuju pemukiman. Namun tiba-tiba saja kuda Hansen berhenti mendadak dan nyaris menjatuhkan sang putra mahkota saat Row sang kuda melihat beberapa warga bergelimpangan di jalanan dengan kondisi merintih kesakitan. Hansen ingin mendekat, tapi beberapa prajurit yang bertugas patroli menahannya.

"Jangan mendekat, Yang Mulia! Ini bukan sesuatu yang bagus, penyakit ini bisa menyerang siapapun. Anda dan pangeran harus meninggalkan tempat ini sekarang juga!" Hansen menepis tangan para prajuritnya.

"Ini negaraku, mereka rakyatku. Aku harus melihat separah apa kondisi mereka dan aku janji akan selamat," bantah Hansen.

"Tapi, Yang mulia ...."

"Kau ingin membantah perintah putra mahkota negeri ini, Prajurit?" tanya Hansen dengan wajah mengancam sehingga prajurit itu melepaskan tangannya dan menyerahkan sebuah masker kain untuk pria itu.

Hansen mendekati orang-orang itu, dan menyadari jenis dari penyakit yang mereka, yang tidak lain sebuah pandemi yang bukan berasal dari manusia.

"Ini ciri-ciri keracunan makanan. Namun sepertinya racun dari makanan itu sangat beresiko pada manusia. Kumpulkan semua warga di setiap penjuru kota, dan tanyakan jenis makanan apa yang terakhir kali mereka makan di musim dingin ini!" perintah Hansen yang membuat para prajurit mengangguk dan bergegas pergi. Tak ada yang meragukan sang putra mahkota yang memang mengambil pelajaran kedokteran dan lulus dengan nilai memuaskan.

"Barend! Espen! Kembalilah ke istana dan minta tim kesehatan untuk menguji seluruh pangan yang masuk ke istana secepatnya!" Dan tanpa penolakan, Barend dan Espen pun memutar kuda dan melaju ke istana. Sedangkan Regen menemani Hansen berkeliling melakukan pengecekan sumber makanan masyarakat di suhu ekstrim ini.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang