Chapter 13

785 110 10
                                    

Jika ditanya, sebenarnya Galea ingin jujur bahwa saat ini dia sangat takut saat Barend mendekatinya dengan tatapan psyco dan pedang itu.

"Bar-barend," cicit Galea gugup. Dan nyawa Galea serasa melayang saat Barend mencengkeram lehernya atau lebih tepatnya mencekik.

"Beraninya kau memanggilku begitu. Kau tidak sadar posisimu di mana, Hah?!" Barend menusukkan ujung pedangnya ke bahu Galea.

"Ahk ...." rintih Galea.

"Kau juga ingin merendahkanku seperti mereka?!"

"Aku tidak punya hak seperti itu, Pangeran. Hidupku tidak lebih baik dari hidupmu, hidupku terlalu hina jika dibanding dengan kau. Ta-tapi putri Skye memintaku untuk mengingatkanmu bahwa dia sangat mencintaimu, bahkan diantara para kakaknya. Dia memintaku untuk berjuang menyadarkan Anda saat kenangan yang hamba tidak boleh tau itu kembali ke ingatan Anda, Pangeran. Dan saya memperjuangkan nyawa saya untuk melakukan permintaan putri hamba. Apa Anda akan membunuh saya?" Barend melonggarkan cekikannya dan perlahan pedangnya menjauh dari bahu Galea yang masih gemetar ketakutan.

"Anda boleh marah, Pangeran, tapi Anda harus tahu bahwa putri Skye akan sangat sedih jika tahu semua ini. Dia sangat mencintai dan mengkhawatirkan Anda, Pangeran." Barend menjauh dari Galea yang menghembuskan napas leganya.

"Aku tidak mampu menahannya, kenangan itu seakan membuatku menjadi orang asing, dan aku tidak bisa melawannya," ucap Barend bergetar. Tiba-tiba dia menoleh kaget saat merasa ada yang menggengam tangannya.

"Anda harus melawannya, Pangeran. Jangan biarkan rasa takut itu menguasai dan mengubah Anda," ucap Galea menggenggam erat tangan Barend yang menatapnya dalam. Dalam sekejap Galea sudah berada di pelukan Barend yang membuat Galea melotot kaget karena pelukan itu sangat erat.

"Aku takut, aku takut, Galea. Ayah, Espen, ibu dan Hansen, tak satupun dari mereka yang peduli padaku. Mereka hanya takut aku menjadi pembunuh lagi dan merusak reputasi kerajaan pada akhirnya. Namun itulah yang sebenarnya makin membuat kecemasan ini kerap muncul, apa yang harus ku lakukan?" Pedang di tangan Barend jatuh karena kini kedua tangan pangeran muda itu tengah memeluk erat tubuh Galea yang kini menjulurkan tangannya memeluk Barend lebih erat.

"Aku tidak tahu bagaimana cara pastinya, yang jelas Pangeran harus mencoba melawannya. Dan pangeran perlu suasana baru untuk kepulihan Anda. Cobalah untuk menjauh dari semuanya, seperti berlibur ke negara asing. Siapa tahu dengan menemukan orang baru dan suasana baru, kecemasan Anda akan berkurang, Yang Mulia." Barend melepaskan pelukannya dan menatap Galea dengan wajah lebih tenang dan lebih bersahabat dari sebelumnya.

"Kau itu seumur denganku, tapi tampaknya aku lebih kekanakan daripada kau, Galea," puji Barend. Galea tersenyum senang.

"Itu hanya perasaan pangeran saja, tidak ada anak-anak yang bisa melewati kesakitan hidup anda, Yang Mulia. Anda melewatinya karena Anda pangeran yang berpikiran dewasa," jelas Galea dengan penuh rasa hormat. Barend benar-benar tenang sekarang, terlebih jasad para prajurit yang ia bunuh tadi sudah disingkirkan, sehingga Barend seperti tidak pernah melakukannya dan kecemasannya tidak kambuh lagi.

"Aku akan mengikuti caramu, terima kasih untuk semuanya," ucap Barend sedikit lebih baik dan ia mencengkeram lembut bahu Galea lalu pergi. Galea tersenyum lega.

"Galea!" Dengan sedikit teriakan, Galea menatap ke arah Barend sang pelakunya.

"Jika suatu hari nanti aku menemukan tempat yang indah, maukah kau pergi denganku?!" Pertanyaan yang aneh bagi Galea, namun dia tidak ingin menambah masalah dan segera mengangguk dan Barend tersenyum senang.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang