"Aku hamil ...." Pria dengan jubah hitam dan wajah tampan itu menatap gadis di sampingnya dengan kaget.
"Ada apa?" tanya gadis itu heran melihat ekspresi pria yang dicintainya itu.
"Kau harus menggugurkannya!"
"Kenapa? Bukankah dia layak hidup?!" Pria itu menekan bahu gadisnya.
"Rein ... saat bayi hasil perkawinan iblis dan manusia, dia ditakdirkan untuk membunuhku atau membunuhmu! Aku tak ingin itu terjadi, kau harus membunuhnya dahulu!" Gadis itu berdiri dengan wajah tak senang.
"Tidak akan! Dia anakku yang layak hidup!"
"Rein! Kumohon!"
"Aku akan membesarkannya tanpamu, Gokzater! Kau ayah yang buruk layaknya wujud aslimu!"
"Rein! Baiklah, larilah selagi kau bisa, aku akan menemukanmu dan membunuhmu bersama bayi laknat itu sebelum dia membunuhku!"
Dehaan menyadari bahwa pria dalam mimpinya itu adalah ayahnya. Tapi dia tak menyangka bahwa ayahnya lah yang mati-matian berniat membunuh nya juga sang ibu. Dan sekarang iblis itu ingin menguasai dunia? Tidak akan Dehaan biarkan.
"Gokzater! Keluarlah! Aku menantangmu!" teriak Dehaan begitu bangkit dari pingsannya. Klaus menatap dengan garang dan wajah Klaus tiba-tiba menjadi hancur layaknya wajah Dehaan.
"Apa semua wajah iblis itu buruk rupa?" gumam Espen di sela-sela tangisnya.
"Kenapa kau bertanya jika kau sudah tau!" balas Skye menjawab di sela-sela isakannya.
"Gila! Apa-apaan ini?!" pekik Espen saat menyadari bahwa tentara musuh kembali datang.
"Apa mereka tak akan mati?" ucap pangeran Doortje itu sambil bangkit dari depan kakaknya yang telah tak bernyawa. Dengan posisi tubuh menempel, Morten dan Espen saling tatap, juga para tentara Amsterdam-Vienna yang masih bertahan.
"Hidup atau mati! Pengecut atau pemberani!" teriak kedua orang itu lalu lari menyongsong musuh dengan seluruh prajurit yang tersisa yang tidak takut mati demi menyelamatkan negeri mereka dari penjajahan. Karena jika pertahanan Amsterdam runtuh, maka seluruh negara di Uni Eropa akan habis, karena basis pertahanan terkuat di Eropa adalah milik Amsterdam dan Vienna.
"Mereka sangat bau!" teriak Espen dari tempatnya.
"Itu karena mereka mayat!" balas Morten terus menebas musuh dengan pedangnya. Skye masih terdiam dengan Hansen di pangkuannya. Teringat olehnya bagaimana kakak tertuanya itu selalu ada untuknya dan selalu menasehati sekaligus melindunginya.
"Hei pendek! Kau kapan tingginya?"
"Kalau kau tidak ingin memiliki kakak cerewet! Maka aku juga tidak ingin punya adik bandel!"
"Apa mimpi itu datang lagi?!"
"Ingatlah bahwa saudaramu akan selalu ada untukmu!"
Satu dua ingatan tentang Hansen membuat Skye tersenyum dengan mata terus berair. Sungguh indah mengingat saat pria di pangkuannya itu mengejarnya, tertawa bersama, main catur bersama dan melihatnya mabuk dan ngelantur bahkan sampai curhat. Skye tak pernah tau bahwa ada saat semua yang ia tak suka dulu akan menjadi ingatan yang membahagiakan sekaligus menyedihkan saat orang itu sudah meninggalkannya untuk selamanya. Hansen, pria yang mendedikasikan seluruh hidupnya sebagai mahkota yang baik kini sudah mengakhiri perjuangannya dengan cara yang terhormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEHEIM✔
Fantasy(Historical-Fantasy) Kendati ingin menolak, Skye tidak bisa memalingkan wajahnya dari penderitaan yang dialami rakyatnya dan merelakan kebebasannya untuk sebuah pengorbanan. Amsterdam dan Vienna, dua kerajaan yang sama besar namun terikat masa lalu...