Chapter 36

653 91 0
                                    


Pria dengan jubah panjang itu menatap Skye dengan tatapan meneliti.

"Mengapa ada bau Dehaan padamu?" tanyanya penuh selidik.

"Karena aku istrinya," jawab Skye berani. Grass melepaskan cengkeramannya.

"Apa yang kau inginkan di sini? Memiliki anak layaknya mertuamu? Atau ingin kekuatan? Maaf, aku tidak meladeni hal itu lagi, karena Dehaan sudah memintaku pergi," ucap Grass ingin pergi.

"Tolong aku!"

"Aku tidak bisa," jawab Grass.

"Tolong bantu aku menyelamatkan Dehaan! Dia sedang berperang dengan mahluk yang sepertinya lebih kuat darinya. Seekor atau seorang mahluk tengah menggunakan kekuatan vampir untuk menciptakan legium yang kuat untuk menghancurkan seluruh dunia, tolong bantu dia!"

"Tapi dia sudah mengusirku!" Grass tetap bersikeras.

"Dia mengusirmu karena dia tahu hal ini akan terjadi, apa kau akan membiarkannya mati di sana?! Berapa kali lagi dia harus mati? Bukankah kau menyelamatkannya dahulu karena ingin ia hidup?" Grass berbalik menatap Skye dengan tatapan pendeteksi kesungguhannya Skye.

"Tolong selamatkan Dehaan," ucap Skye sambil bersimpuh dengan mata menahan tangis.

"Tolong selamatkan suamiku." Grass menyepak dinding gua karena marah pada dirinya yang tidak bisa menolak permintaan wanita di depannya.

"Katakan, bagaimana caranya?!" Dan Skye menatapnya dengan tatapan senang.

¤¤¤¤

Seluruh pasukan gabungan Amsterdam dengan Vienna dibuat takjub sekaligus gemetar saat melihat pasukan super banyak milik Odense yang kini menatap mereka dengan tatapan haus darah. Dan seluruh pasukan Odense kini juga membawa peralatan perang yang lengkap.

"Mereka curang, bukankah jumlah mereka sangat banyak!" bisik salah satu prajurit Vienna. Dan mereka semakin tercengang saat pasukan itu terus bertambah.

"Mereka menggunakan prajurit gelap," gumam Dehaan.

"Maksudmu?" Hansen bertanya karena bingung.

"Beberapa diantara mereka hanyalah bayangan prajurit yang dikendalikan seseorang yang sangat kuat. Mereka bekerjasama dengan seseorang yang bukan manusia. Ini sungguh perang yang curang," ucap Dehaan mulai geram dengan kecurangan lawan perangnya.

"Apa kita akan mundur?" tanya Espen.

"Mundur sama dengan membumi hanguskan Amsterdam dan seluruh daratan Eropa," sambung Dehaan.

"Ngomong-ngomong, siapa ketua kita sekarang?" tanya Espen memastikan karena ada dua negara yang bersama sekarang dan masing-masing memiliki pemimpin. Baik Dehaan maupun Hansen saling tatap.

"Tentu aku akan membiarkan kakak iparku yang memimpin," jawab Dehaan mantap. Hansen tersenyum tulus. Tiba-tiba fokus mereka diganggu oleh suara dentuman kuat dari arah musuh saat seseorang dengan kuda hitam nan gagah berjalan membelah kerumunan pasukannya dan berdiri di depan. Dehaan membelalak mata kaget walau dia sudah memperhitungkan itu sebelumnya. Begitupun Hansen dan Espen.

"Bukankah itu Klaus? Utusan dari negaramu? Mengapa dia di sana dan berdiri di posisi pemimpin?" tanya Hansen.

"Dia memang utusan dari Vienna tapi dia sebenarnya adalah putra mahkota Odense yang sangat membenci  negara itu. Tapi sekarang dia berada di sini membuktikan bahwa Odense bekerja sama dengan seseorang yang bukan manusia," ucap Dehaan masih tidak menyangka sahabatnya itu berdiri di sana. Hansen maju ke depan dengan hati yang dikuatkan. Ditatapnya wajah prajuritnya yang tampak gemetar.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang