Playlist
Ed Sheeran I see fireMorten baru saja membaringkan Skye di kamar dan ditangani para petugas medis saat suara keributan terdengar dari halaman hijau istana musim panas. Suasana rusuh dengan beberapa petugas keamanan yang berdiri dengan posisi melingkar menjadi tameng seseorang yang berada dalam cengkeraman beberapa prajurit adakah hal yang menyambut kedatangan Morten.
"Kami sudah menangkapnya Tuan," ucap salah seorang prajurit sambil mendorong seorang pria dengan setelan hitam dan rambut pirang yang menatap Morten dengan tatapan sinis namun bercampur ketakutan. Ajudan kesayangan Dehaan itu berjongkok dan menarik kasar rambut si penyerang sehingga mendongak ke arahnya.
"Siapa yang meyuruhmu?!" Pria pirang itu memilih diam. Beberapa kali Morten menanyainya dan sebanyak itu pula pria itu enggan buka suara.
"Baiklah, kalau itu maumu. Kau pikir kalau kau tutup mulut begini aku takkan tahu kau disuruh siapa! Dasar dungu! Karena kau memilih diam, maka aku akan mengabulkannya. Prajurit!" panggil Morten pada kepala prajurit yang segera datang.
"Bawa dia dan biarkan dia bungkam selama hidupnya!" Morten bangkit dengan senyum sinis. Pria itu berganti haluan dengan menarik kaki Morten dengan wajah memelas.
"Biarkan aku bebas, aku akan memberitahukan semuanya," pintanya. Morten terkekeh kecil tanpa berbalik badan.
"Kesempatan yang kuberikan tak pernah lebih dari 3 kali, maka nikmati saja saat-saat kau bisa menatap langit indah itu. Bebas? Itu mimpi yang terlalu tinggi untukmu karena tak ada yang boleh selamat jika telah melukai ratuku!" tegas Morten sambil melangkah pergi. Pria itu menjerit meminta tolong saat diseret para prajurit, bukannya menerima pertolongan Morten, pria itu malah mendapat lemparan batu dari rakyat Vienna yang jatuh hati pada ratu mereka.
Sesaat setelah Morten tiba di kamar Skye terakhir ia tinggalkan, Morten melihat Skye sudah siuman dan duduk dengan tenang di pinggir ranjang.
"Ratu, kau?" Morten tak mampu menutupi keterkejutannya. Skye tersenyum kecil.
"Peluru itu hanya mengenai rusuk bagian luar, aku tidak apa-apa. Dan kita harus bersiap menyambut mereka sebelum kita bertolak ke tanah kebebasan." Morten mengangguk dengan cepat.
"Tuan, tampaknya aku akan berubah haluan menjadi ajudan ratu saja. Dia sangat cerdas melebihi dirimu. Pulanglah dengan selamat aku bisa jamin kau akan berperang pendapat setiap hari dengan ratumu ini," gumam Morten sambil menaiki kudanya menuju lapangan di mana seluruh warga Vienna yang siap jadi sukarelawan berkumpul dengan seluruh senjata uang yang terbuat dari perak.
"Bagaimana dengan yang saya katakan tadi?" tanya Morten pada salah satu prajurit.
"Sekitar 17 merpati sudah dikerahkan ke seluruh bagian Vienna untuk mengajak rakyat bersatu mempertahankan negeri ini dengan membujuk para petinggi seluruh kota yang ada di bawah naungan Vienna," jelasnya dengan yakin. Morten tersenyum puas. Terlebih dengan datangnya Skye menaiki Maple dengan busur yang tersampir di bahunya.
"Anda bisa memanah?" Pertanyaan Morten terdengar menyepelekan bagi Skye yang langsung menarik busurnya melepaskan anak panah yang tepat mengenai kepala sebuah patung kayu yang jaraknya cukup jauh. Morten memilih diam sebelum menjadi sasaran kemarahan Skye.
"Dia dan Dehaan sama-sama mooder yang buruk," batin Morten.
"Hari ini, kita akan berangkat menuju seluruh daerah benteng pertahanan dan jalan lintas milik Vienna. Kita harus kuat untuk masa depan kita. Demi Vienna!" teriak Skye mendapat balasan tak kalah semangat dari rakyatnya. Dengan berselimut keyakinan dan sedikit keberanian, rombongan kecil Skye pun berangkat meninggalkan pusat Vienna menuju setiap bagian perbatasan. Dan benar saja, begitu mereka tiba, titik hitam yang bergerak terlihat dari kejauhan yang tidak lain prajurit gelap Odense. Orang-orang itu berlari di bawah teriknya matahari siang menjelang sore. Derap kaki mereka terdengar kompak sekaligus menakutkan siapapun yang mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEHEIM✔
Fantasy(Historical-Fantasy) Kendati ingin menolak, Skye tidak bisa memalingkan wajahnya dari penderitaan yang dialami rakyatnya dan merelakan kebebasannya untuk sebuah pengorbanan. Amsterdam dan Vienna, dua kerajaan yang sama besar namun terikat masa lalu...