Mendengar ucapan Galea, Skye kembali seorang diri karena ketiga pangeran Doortje memberinya waktu berbenah. Saat merapikan rambutnya, Skye merasakan jatuhan air pada pundak telanjangnya. Dan Skye menahan rasa kagetnya saat mengetahui bahwa Galea sedang menangis sambil merapikan rambutnya.
"Kenapa kau menangis? Harusnya aku yang menangis di sini!" sindir Skye membuat Galea malu terlebih menyadari Skye menatapnya dari cermin di depannya.
"Maafkan saya, Putri. Maafkan saya," gumam Galea sambil menghapus air matanya dengan sesenggukan yang masih kentara.
"Jangan perlihatkan air matamu padaku, Galea! Atau kau akan menyesalinya karena harus merias aku kembali." Skye mengancam. Galea pun menahan tangisnya sembari membantu Skye bangkit untuk keluar kamar.
"Perbaiki riasanmu!" titah Skye dan Galea melakukannya tanpa menyadari Skye tersenyum pahit melihatnya.
Baru saja Skye menjejakkan kaki di lantai 1, keributan dari aula menyambutnya juga beberapa pelayan dan pengawal yang berlarian dengan wajah cemas.
"Ada apa di sana?" tanya Skye penasaran.
"Maaf Putri, pangeran Barend menyerang utusan Vienna hingga babak belur. Dan pangeran belum juga berhenti marah-marah hingga sekarang."
"Espen dan Hansen, mana?"
"Putra Mahkota sedang pergi menemui keluarga Vienna yang menanti di katedral. Raja menemani ratu yang jatuh lemas karena kabar bahwa putra mahkota Vienna sangat jauh dari kata pantas untuk anda tiba-tiba sampai di telinga beliau. Dan pangeran Espen, dia terpancing amarah dan mengikuti pangeran Barend menghajar para utusan Vienna," jelas sang pelayan membuat Skye langsung mempercepat langkahnya menuju aula. Dan benar saja, Skye melihat Barend dan Espen mengamuk habis dengan menghajar mati-matian wajah para utusan yang terlihat babak belur.
"Espen! Barend! Apa yang kalian lakukan?! Hentikan!" teriak Skye sambil menahan tangan Barend agar tidak melanjutkan pukulannya. Namun Barend yang kalap tak menyadari bahwa itu adalah Skye, dengan amarah yang memuncak, Skye ia dorong hingga tersungkur.
"Putri!" teriak para pelayan dengan kaget akan kekasaran Barend yang tiba-tiba menyadarinya.
"Skye?" ucapnya kaget lalu menghentikan pukulannya dan menghampiri Skye yang mendapat luka di dagunya.
"Agk Skye, maafkan aku," lirih Barend ingin menyentuh Skye namun langsung ditepis Sang adik yang kini fokus pada Espen yang masih penuh amarah.
"Hentikan Espen!"
"Dia yang duluan, Skye. Bagaimana mungkin mereka ingin menikahkan adikku pada putra mahkota yang buruk rupa itu! Mereka pembohong! Pernikahan ini tidak seharusnya terjadi! Ini harus dibatalkan!" ucap Espen.
"Ya, aku setuju. Mereka tidak mendapatkan kau, Skye!" sambung Barend.
"Putra Mahkota kami tidak seburuk itu!" sahut salah seorang utusan Vienna yang wajahnya babak belur oleh kemarahan Espen dan Barend.
"Kau ...." Barend menggeram ingin menghajar lagi.
"Hentikan! Hentikan Barend! Kalau kau begini, siapa yang paling hancur? Siapa Barend?" Barend dan Espen terdiam saat melihat Skye terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEHEIM✔
Fantasy(Historical-Fantasy) Kendati ingin menolak, Skye tidak bisa memalingkan wajahnya dari penderitaan yang dialami rakyatnya dan merelakan kebebasannya untuk sebuah pengorbanan. Amsterdam dan Vienna, dua kerajaan yang sama besar namun terikat masa lalu...