Ch.8

11.8K 1.7K 26
                                    

Saat kereta kuda kami sampai di depan kediaman, kami di sambut oleh beberapa pelayan yang sudah berjejer rapi. Oke, ini sesuatu yang berlebihan untukku.

Seorang pengawal membuka pintu kereta kuda kami. Leonhard turun lebih dulu, lalu Erik, Leonel, Elisha, lalu Aku. Aku melihat sekitar.

[ - Kediaman Duke - ]
Luas : 2890 m²
Fasilitas :
1. Mansion utama
2. Pavilliun pelayan
3. 130 lebih pekerja (pria + wanita)
4. Lebih dari 20 kamar tamu
5. Taman depan dan belakang
6. 3 tempat latihan ksatria
7. Arena bertarung
8. Lebih dari 2000 ksatria

'ini melebihi ekspetasiku. 2890 m²?Jangan bercanda!'

Taman luas dan bunga warna-warni terpampang jelas di sini. Bisa dilihat betapa sulitnya mereka merawat tanaman ini.

"Selamat datang kembali, Tuan Duke Starlia dan keluarganya" Sapa salah satu pelayan, dia menggunakan kacamata kecil. Sepertinya aku tahu dia siapa.

"Sudah lama ya, Hemel." Ujar Leonel menepuk pundak Hemel.

"Benar tuan, dan saya lihat, nona sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik." Ujar Hemel memujiku.

"Ah, Salam kenal. Saya Tara. Mohon bantuannya."

Aku sedikit membungkuk. Aku sengaja tidak menggunakan gelar keluargaku karena terkesan suram, maksudku.. aku hanya tidak suka saja nama itu disebut. Terkesan menyombongkan diri, padahal biasa saja.

"Salam kenal, saya Hemel Lounsen. Mohon bantuannya nona"

Aku mengangguk sebagai jawaban. Aku memandangi para pelayan yang dari tadi berdiri diam, aku tersenyum.

"Kalian juga, mohon bantuannya."

Beberapa pelayan sempat terkejut. Kemudian mereka tersenyum senang. Tidak, lebih tepatnya terharu mungkin.

"Kami akan berkerja keras, nona" ucap mereka serempak.

"Tuan, kami sudah menyiapkan hidangan makan siang di dalam."

"Terima kasih, Hemel. Kau memang bisa diandalkan. Baiklah. Mari kita masuk ke dalam."

Aku mengangguk, mengikuti mereka ke ruang makan. Tidak seperti kelihatannya, di dalam rumah lebih luas dari yang ku kira. Kami melewati lorong-lorong yang terdapat banyak sekali pintu. Ini hotel atau rumah sih?!

'pindai', Batinku.

[ - Memindai tempat - ]
.
.
.
[ - Memindai selesai -]
Tampilkan map?
Ya atau Tidak

'nanti saja, ini akan aku gunakan jika aku tersesat', Batinku. Seketika jendela gameku hilang.

Kami berhenti tepat di depan pintu sebuah ruangan. Aku bisa menebak ruangan apa itu. Tentu saja itu ruang makan, apa lagi kalau bukan? Dasar.

Hemel membuka pintu dan nampak meja panjang dengan beberapa kursi di sana. Di atas meja sudah tersedia piring dan alat makan lain. Lalu... Di sana juga ada beberapa pelayan yang menunggu.

Kami duduk di kursi masing-masing. Dalam sekejap, para pelayan sudah sigap menyiapkan makanan, kita tidak perlu lagi repot-repot memasak.

'Bangsawan memang beda' Batinku heran.

"Selamat menikmati" Ujar Hemel ramah.

Kami makan dengan hikmad, itu yang ada di pikiranku. Enak banget woy makanannya. Berasa di restoran bintang tujuh.

Heroin Of Emores 【END - TERBIT】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang