Aku sudah semakin dekat dengan tujuanku ada di dunia ini. Aku hanya tinggal mencari beberapa keping puzzle untuk melengkapi bagian yang kosong, lalu semua akan terungkap.
"Kau yakin tidak apa-apa? Kenapa kau tidak istirahat saja di asramamu?" Rain bertanya di sampingku. Aku menoleh. "Kau pikir aku siapa cebol, tenanglah" Ini adalah pertanyaan yang sama sejak pagi tadi. Sudah yang ke tiga puluh enam aku mendengar itu. Sekarang aku, trio undur-undur dan Alona pergi ke ruang kepala akademi, Rosella sedang sibuk dengan malaikatnya itu. Kami pergi untuk sesuatu yang sempat tertunda di ch sebelumnya.
"Profesor Historia! Tolong terima permintaan kami untuk membuat ekskul baru!" Aku membungkuk memohon. "Hei, ini idemu sendiri payah, kenapa kau libatkan kami?" Rein bertanya dengan nada tak acuh. Aku melotot padanya. "Diam saja dan bantulah aku!" Ujarku padanya.
Profesor Historia menghela nafas. "Maafkan aku nona, tapi itu tidak mungkin-"
"Saya punya jiwa kreatif profesor, saya harus menuangkan pada tempatnnya" Ujarku memotong bicara profesor. "Aku tahu tapi-"
"Ibu saya bilang saya memang harus mengikuti ucapan profesor, tapi untuk sekali ini saja saya mohon" Ujarku dengan cepat memotong bicara profesor lagi. "Iya tapi-"
"Kami akan menjaga ekskul itu dan membuat prestasi untuk akademi dan anggota kami-"
"Nona Starlia, aku tidak bisa memutuskan ini, kau harus pergi ke dewan akademi untuk hal ini karena merekalah yang akan menentukannya." Profesor Historia bicara dengan cepat. "Kenapa profesor tidak bicara dari tadi" Ujarku cemberut. Profesor menepuk jidat. Rein menarik kerah belakangku. "Maaf atas ketidaknyamanan ini profesor, kami permisi" Ujar Rein membungkuk dan menarikku ke luar. "Hei! Bisa kau lebih lembut lagi! Bisa-bisa aku mati tercekik sialan!"
"Biarkan saja, kau itu terlalu merepotkan" Ujar Rein terus menarikku. Kami ada di luar sekarang. Aku memegang leher. "Sialan.. kenapa putra mahkota tidak ada rasa kemanusiaannya begini?" Ujarku tidak senang. Rein tak acuh. Aku berdecak.
"Kalau begitu, apa Tara ingin pergi ke dewan akademi?" Alona bertanya, sekarang dia lebih santai bicara dan lebih percaya diri. "Tentu saja, ini demi ekskul santaiku, ayo kita pergi!"
Aku bersemangat berjalan memimpin mereka. Kami melewati lorong dengan lantai pualam yang mengkilat. Pemandangan taman hijau akademi menambah kesan istimewa. Aku tidak tahu akademi memiliki pohon yang begitu besar di taman ini.
"Kita sudah sampai" Kayran berujar membuyarkan ketertarikan ku pada pohon. "Rei, ketuk pintu" Ujarku dengan nada memerintah. "Kenapa harus aku!?"
Aku menatapnya. "Aku belum pernah datang kemari jadi, sebagai putra mahkota kau harus memimpin" Ujarku tak bersalah. Rein berdecak kesal, namun akhirnya juga menurut. Dia mengetuk pintu ruangan. Tak berapa lama pintu di buka oleh seorang gadis yang ada di dalam.
"Ada keperluan apa kalian kemari?" Tanya gadis itu. "Kami ingin-"
"Membuat ekskul baru." Ujarku semangat memotong bicara Rein. "Kau ini.." Rein menggerutu. "Tunggu sebentar." Gadis itu kembali masuk. Kami menunggu di depan pintu. Dua menit lewat. Empat menit lewat. Enam menit lewat.
"Agh! Kenapa ini lama sekali!" Rain tidak sabar lagi. Aku cemberut kecewa. Kalau begitu.. aku akan masuk. Sekarang-
Brak!
Aku membuka paksa pintu. "Hei hei permisi di sini kawan- eh?" Aku terdiam beku. Di hadapanku sekarang terlihat seperti bukan ruangan dewan tapi..
"Kenapa ruangan ini berantakan sekali!" Aku teriak gemas. Buku-buku berserakan di lantai, kertas-kertas entah penting atau tidak ada di setiap ruangan, meja tamu bahkan sofa ada kertas sampah. Gadis yang tadi membuka pintu terdiam.
"K-kau kenapa kau di sini?" Tanya anak laki-laki yang familier di mataku, Linden. Dia gelagapan setengah mati. Dewan lain terlihat sedang membersihkan ruangan ini terdiam beku, berkeringat dingin.
"Pantas saja lama, sialan" Rain buka mulut kesal. "Apa benar ini ruang dewan akademi? Ini terlihat seperti gudang tak terawat." Kini Kayran. "Apa ada angin topan yang masuk?" Tambah Rein. "Apa kalian sangat sibuk?" Tambah Alona ragu. "Ini sangat berantakan. Bahkan lebih berantakan dari sarang tikus. Apa ada pencuri yang masuk tadi malam? Dia tidak merapikan ruangan setelah mencuri barang." Tambahku menggelengkan kepala heran.
Tentu saja perkataan kami sangat menohok mereka. Apa lagi Linden. "A-aku sudah bilang tunggu sebentar di luar" Gadis tadi angkat bicara.
"Terlalu lama. Kami sampai pegal" Rain membalas. Aku melihat ke lantai, bahkan aku sampai menginjak kertas, ini seperti lautan kertas. Semua terdiam. Aku menghela nafas, baik. Aku akan menunjukkan sebuah sulap. Aku mengacungkan jari telunjukku, seketika kertas di lantai melayang dan tertumpuk rapi. Buku-buku yang berserakan kembali ke rak masing-masing. Kertas melayang dan menumpuk di meja Linden. Semua tercengang san terdiam di tempat. Selesai. Semua kembali rapi. Aku tersenyum puas.
[ - Gravity control +5 - ]
"B-bagaimana kau.." Aku melotot ke arah Linden, dia tersentak, mendengus kesal. "Kau hebat, Ra. Apa kau mau merapikan kamarku jug-"
"Kamarmu? Ada apa dengan kamarmu Rain nel Elster yang terhormat" Aku tersenyum penuh makna. Rain merinding, berkeringat dingin. "T-tidak ada apapun." Jawabnya cepat. Mereka masih memandangiku dengan heran. Linden berdeham menghentikan keheningan. "Jadi, kenapa kalian kemari?" Tanyanya. Aku jadi ingat tujuanku kemari.
"Kami ingin membuat ekskul" Ujarku semangat. Linden bingung. "Ekskul?" Kami mengangguk bersama. Linden terdiam sebentar. "Lena, berikan formulirnya pada mereka." Ujar Linden. "T-tapi ketua.." Lena terlihat ragu.
"Ada apa?" Tanya Linden kembali. "K-kertas fomulirnya.. s-sepertinya tercampur dengan.." gadis yang dipanggil Lena itu melirik tumpukan kertas setinggi kepala Linden saat duduk. Lenggang. Linden memijit pelipisnya. Aku menghela nafas, mengangkat telunjukku, kertas-kertas itu berterbangan mengelilingiku. Aku mencari dengan cepat, begini-begini penglihatan ku sangat bagus. Semua terdiam, takjub.
"Apa judul formulir itu?" Tanyaku sambil memeriksa kertas lain. "A-a.. E-ekskul Academia" Lena menjawab. "Hmm.. ekskul academia... Ketemu!" Aku mengambil satu kertas yang melayang, sisanya kembali bertumpuk di meja Linden. Aku tertawa puas, lainnya menatapku terkejut.
"Jadi, kami hanya perlu mengisinya?" Aku bertanya, menatap Linden. "A-ah.. iya, isi data itu dan berikan padaku saat sudah selesai, akan aku periksa untuk di setujui" Linden menjawab. "Yosh! Kalau begitu" Sebuah pena muncul di tangan kanan ku.
"Uwaa! Bagaimana caramu melakukan itu!?" Rain terkejut. Aku menatapnya bingung. "Sihir tentu saja" Sebenarnya itu aku ambil dari inventory. Linden terlihat mengelus dadanya karena terkejut. "Kau benar-benar mengejutkan." Ujarnya. Aku tertawa canggung, mendekati sofa. Aku meletakkan kertas di atas meja dan mulai mengisi formulirnya. Trio undur-undur dan Alona ikut mendekat. Ini akan menjadi sangat menyenangkan.
"Ditolak"
Apa? Yang benar saja!
つづく
Arigato for Reading~(◕ᴗ◕✿)
![](https://img.wattpad.com/cover/261949989-288-k53395.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroin Of Emores 【END - TERBIT】
Fantasía[ BEBERAPA PART TERAKHIR DIHAPUS UNTUK KEPERLUAN PENERBITAN ] Naomi Ryunei, seorang manager kantor biasa pada umumnya, kini dia berusia dua puluh satu tahun. Kaya, pinter, cantik bah, banyak lagi dah kelebihannya. Namun, keluarganya tidak memperlaku...