Ch.15

10K 1.5K 15
                                    

"jadi kalian di sini?"

Baginda Hourgan, Rain, Keluargaku dan Duke Neuron datang bersama mendekati kami. Aku menatap mereka. Entah kenapa...

'Silau woy!'. Ya.. silau banget malah. Kita lihat sekali lagi
Tiga orang hot daddy (Hourgan, Leonel, Carles)
Dua pria tampan membahana (Erik, Leonhard)
Satu orang Dewi cantiknya puol bikin iri (Elisha)
Satu anak laki-laki pangeran yang kek chibi (Rain)

Buset dah kayak lampu penerang jalan kehidupan.g
Aku tanpa sadar menyipitkan kedua mataku.

'harusnya aku kesini pakai kacamata hitam'. Batinku, lanjut menyantap puding.

"Jadi bagaimana? Sudah selesai masalah kalian?" Tanya baginda.

"Hm? Masalah?" Tanyaku tak mengerti.

"Kakak belum minta maaf?" Tanya Rain pada Rein.

"I-itu.." Balas Rein memalingkan wajah gugup.

Semua menggeleng.

"Cepat kakak minta maaf padanya" Bisik Rain mendorong Rein mendekatiku. Aku sontak melangkah menjauh.

"A-anu.. b-begini, a-aku ingin minta.. minta.. minta.. itu.." Ujar Rein patah-patah.

Aku terdiam menatapnya bingung.

'dia kenapa? Dia gila?'. Batinku.

"Aku.. ingin-"

Aku menyodorkan puding. "Anda ingin puding?" Tawarku polos. Lenggang. Mereka malah tertawa tertahan. Rein menatapku dengan tatapan aneh.

"Ra, yang mulia tidak menginginkan puding." Elisha bicara dengan senyum diikuti anggukan Leonel dan kedua kakakku.

Aku memiringkan kepala. "Lalu?"

"Ck. Aku.. aku ingin-"

"Kak Rein ingin minta maaf karena kejadian kemarin." Trobos Rain.

"K-kau!" Ujar Rein pada Rain.

"Dia minta maaf karena menabrakmu" Lanjut Rain. Rein terdiam.

Aku terdiam. Ternyata masalah itu. Aku menghela nafas. "Sudahlah lupakan. Lagi pula saya marah bukan karena itu, putra mahkota juga tidak sengaja melakukannya. Itu pun karena dia sedang mengejar penjahat. Saya hanya marah karena kehilangan kupon makan gratis itu. Padahal itu hadiah berharga dari kerja kerasku. Ya sudahlah, mau gimana lagi? Ini sudah terjadi." Ujarku santai, lanjut makan.

"Tak kusangka kau langsung memaafkan kakak, biasanya mereka minta kompensa-"

"Diamlah!" Ujar Rein memotong ucapan Rain.

Aku mendengar Rain, dan tersenyum jahil. Aku berdeham memperbaiki ekspresi.

"Benar juga, seharusnya saya meminta kompensasi. Hah.. saya bodoh sekali, andai saja yang mulia putra mahkota lebih rendah hati memberikan kompensasi pada saya. Ah.. tapi itu tidak mungkin, yang mulia itu kan orang yang pelit dan sombong. Menyebalkan pula. Tak ada harapan untuk ini-"

"Hah?! Siapa yang kau bilang pelit, sombong dan menyedihkan?!"

'lah, dia salah sebut tapi rasanya seperti menghina diri sendiri' batinku dan yang lain sama herannya.

"Baiklah. Aku akan memberikan kompensasi, apa maumu? Perhiasan? Gaun? Ah, Emas? Berapa? Seribu? Dua ribu? Lima ribu? Sepuluh? Cepat katakan." Ujar Rein melipat tangannya.

'brengsek. Iye-iye gw tau lu anak sultan, sombong amat'. Batinku geram.

Aku berdeham. "Saya tidak ingin itu semua, saya hanya ingin satu. Putra mahkota, anda harus-"

Heroin Of Emores 【END - TERBIT】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang