"Selamat siang semua"
Seorang berambut wortel-maksudku, berambut oranye kecoklatan manik mata warna biru menyapa.
"Uwa! Kenapa kau di sini!?" Spontan aku menunjuknya. Semua menoleh ke arahku. Dia tersenyum.
"Beginikah caramu menyapa profesor akademi ini?"
Apa?! Jangan bercanda. Aku terdiam beku terkejut. Dia mendekat ke arahku, menepuk puncak kepalaku pelan.
"Kita bertemu lagi, tidak ku sangka kau di kelas ini"
Aku tersentak langsung menepis tangannya. "Heh! Kalau tahu begini aku tidak akan berada di kelas ini"
Dia tertawa. "Ya sepertinya begitu. Perkenalkan semua, aku Vorn von Luxis dan dia Zen Exav asisten ku. Aku dan dia yang akan menjadi wali kelas kalian mulai saat ini"
Ini lebih parah lagi. Satu tahun aku harus bertemu dengan orang yang tahu akan statusku sebagai Emores.
Vorn, ah.. apa kita perlu mengganti namanya dengan profesor Vorn? Sungguh itu sangat tidak cocok dengannya, tapi mau bagaimana lagi. Profesor Vorn kembali ke depan kelas bersama dengan profesor Zen.
"Baik. Apa kita mulai dengan perkenalan? Silakan nona yang ada di sana perkenalkan diri" Profesor Vorn, akh! Jujur saja aku tidak ingin menyebutnya profesor! Ck. Dia menunjukku. Aku menghela nafas pelan. Berdiri dari bangku.
"Aku Tara de Starlia, salam kenal" Aku ingin langsung duduk tapi..
"Ah, sebutkan ras dan elemen kalian juga saat perkenalan" Tambahnya.
Dia sengaja. Sialan, brengsek, baji- ah sabarlah wahai anak muda. Tenang.
"Tara de Starlia, Human, Water Elemen"
Semua orang di kelas langsung tertawa. Kecuali Kayran, Ascher, dan dua orang yang belum aku kenali. Rein? Dia tertawa paling keras, Rain? Ikutan tertawa sama seperti kakaknya, Rosella? Duh apa lagi dia.
Profesor Vorn? Dia berusaha menahan tawa. Sungguh. Ekspresinya saat ini sangat menyebalkan. Profesor Zen, dia tidak tertawa, aku padamu Zen.
"Cukup. Selanjutnya." Profesor Zen menghentikan tawa semua orang. Meskipun masih ada yang ingin tertawa. Aku kembali duduk. Perkenalan berlanjut.
"Rein nel Elster, Demon, Light Element"
Semua bertepuk tangan. Aku juga ikut, itu sangat mengagumkan.
"Kayran de Neuron, Demon, Light Element"
"Rain nel Elster, Angel, Light Element"
"Ascher de Liven, Demon, Lighting Element"
"Rosella de Hurbert, Demon, Fire Element"
Empat kali berturut-turut, semua orang bertepuk tangan meriah. Aku juga ikut. Ras dan Element mereka sangat mengagumkan. Sejujurnya aku iri, tapi mau bagaimana lagi?
"Hai, Aku Evelyn del Belicz, Angel, Air Element, salam kenal."
Dia sangat ceria. Dia salah satu orang yang tidak tertawa tadi. Aku bertepuk tangan.
"Aku! Alex de Mikle, Demon, Fire Element!salam kenal!"
Dia, sangat semangat ya. Aku tepuk tangan apresiasi. Dia teman Ascher.
"A-aku, A-alona del Frones, A-angel, Air Element. S-s-salam kenal"
Lenggang. Suaranya sangat pelan tapi, aku bisa mendengarnya. Sepertinya dia pemalu. Aku tepuk tangan pertama. "Salam kenal Alona" Aku tersenyum. Dia menatapku. Semua ikut tepuk tangan.
"Baik, selanjutnya"
Perkenalan dilanjutkan. Banyak bangsawan di sini. Count, Viscount, Baron, ada di sini. Bahkan anak seorang yang berjasa di kekaisaran juga ada. Tapi aku menyadari sesuatu. Di kelas ini, sebagian besar adalah ras dragon, elemen angin. Aku yang terlemah di sini. Sial.
"Selesai. Bagus, kita akan lanjutkan jadwal hari ini, siap?"
"Iya profesor" Semua serempak menjawab, aku tidak minat untuk menjawab, jadi aku mengabaikannya.
"Jangan panggil aku profesor, panggil saja Vorn, usiaku tujuh belas tahun, aku masih muda tahu"
Aku bangkit dari bangku, mengarahkan tangan kananku, membentuk pistol telunjuk dan jempol. Gelembung air kecil muncul di depan telunjukku dan menembakkannya ke arah profesor Vorn. Dia tersentak dan langsung menghindari tembakan air ku dengan merendahkan tubuhnya. Gelembung air itu membentur dinding, pecah.
"Jangan bercanda! Apa-apaan usiamu itu sialan!" Aku tidak terima.
"Hei, kalian tidak percaya?" Ujarnya kembali berdiri.
"Tidak" Kami semua serempak menjawab. Mereka setuju denganku. Profesor Zen tertawa kecil.
"Apa kalian harus di tunjukkan kartu identitas ku baru kalian percaya?"
"Iya" Jawab kami serempak lagi. Dia menghela nafas. Mengambil sebuah kartu di kantong celananya. Dia menunjukkannya.
"Ini"
Rosella yang menerimanya, dia membaca kartu itu, aku mendekat ke bangku Rosella penasaran.
"Dia benar, usianya tujuh belas tahun"
Lenggang. Aku menoleh ke profesor Vorn. Kami semua menatapnya. Dia ringan mengangkat bahu dengan senyum bangganya. Aku mengernyit tidak senang, aku mengarahkan pistol tanganku lagi kearahnya, gelembung kecil melesat kearahnya. Dia menghindar lagi.
"Ha! Tidak kena" Ejeknya, tapi kali ini berbeda. Aku mengisi sedikit Elemen angin dalam gelembung itu sehingga gelembung itu berbalik seperti boomerang dan mengenai kepala profesor Vorn. Basah.
"Tepat sasaran!" Alex berseru. Semuanya tertawa. Aku meniup ujung telunjukku selayaknya pistol. Selesai sudah.
[ - Kecerdasan +3 - ]
Profesor Vorn menyibakkan poni rambutnya yang basah dengan tangan. Tiba-tiba sinar entah dari mana muncul di belakangnya.
"Aku terjebak rupanya" Ujarnya tersenyum dengan pose model yang ugh.. aku tidak ingin mengatakannya tapi dia benar-benar tampan. Gadis lain menutup matanya karena terlalu silau, mereka terkena demage kecoganan, anak laki-laki merasa dirinya kentang di hadapannya, semua anak laki-laki termasuk Trio dan yang lainnya.
"Malaikat!" Rosella berseru di sampingku. Apa dia sudah move on dari Rein?. Aku menghela nafas, itu tidak mempan padaku. Ini akan sangat panjang.
つづく
Arigato~ \( ╹▽╹ )/
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroin Of Emores 【END - TERBIT】
Fantasy[ BEBERAPA PART TERAKHIR DIHAPUS UNTUK KEPERLUAN PENERBITAN ] Naomi Ryunei, seorang manager kantor biasa pada umumnya, kini dia berusia dua puluh satu tahun. Kaya, pinter, cantik bah, banyak lagi dah kelebihannya. Namun, keluarganya tidak memperlaku...