"Kau sangat lambat. Mereka hampir tidak percaya padaku." Kyou bicara masih dengan Rune Voice yang menyala. Aku ringan mengangkat bahu.
"Bintang utama selalu datang terlambat, Senior." Aku tersenyum, membalas Kyou dengan skillku. Semua mata masih menatapku, aku mengabaikannya.
"Dasar siput." Ujae Kyou santai. Aku berdecak pelan. Tiba-tiba Linden muncul di arena dengan sistem akademi. Dia berjalan mendekat ke arahku. Aku menatapnya. "Wolfie?"
Wolfie ada di samping Linden, tersenyum padaku. Aku tersenyum tanggung. Ternyata Linden partner Wolfie?
"Kau terlambat." Ujar Linden, memberikan sebuah bros akademi. Bros itu milikku. Aku menerimanya.
"Bagaimana kau bisa mendapatkan ini? Oh, jangan-jangan kau mencurinya?!" Aku bicara dengan nada bercanda.
"Mana mungkin aku mencuri, aku berusaha untuk itu" Dia membalas.
"Ketua membujuk Profesor untuk memberikan brosmu padanya. Dia sangat perhatian pada siput sepertimu." Kyou bicara dengan Rune Voice, Alestia terlihat tertawa senang.
"Heh!" Aku sontak mengatakan itu dengan skillku. Linden menghela nafas panjang.
"Biar aku saja yang mengurusnya. Sekali lagi, kau.." Linden mengangkat tangannya, menepuk puncak kepalaku. Aku langsung membeku. Rein dan Kayran tercengang. Seluruh stadion ternganga.
Lenggang seluruh stadion. Linden tersenyum. "Selamat datang kembali, Emores" Linden berbisik di telingaku. Kemudian menghilang dan muncul di samping Kyou. Linden memarahi Kyou.
Aku menyentuh kepalaku yang di tepuk Linden, terdiam. "Sejak kapan aku populer dikalangan anak laki-laki?" Aku bertanya pada diriku sendiri, bingung.
"Ra!"
Aku menoleh, Rein langsung memegang kepalaku dengan kedua tangannya, mengacak-acak rambutku. "Setelah ini kau harus keramas dengan air kembang tujuh rupa!"
Aku kesal, menepis pelan tangan Rein. "Kau pikir aku setan?!"
"Hei, hei.. kalian sejak tadi ribut ya. Pertandingan ini akan batal jika kalian terus seperti itu." Kyou kembali bicara santai dengan Rune Voice. Aku menoleh, melihat kepalanya yang benjol dari sini. Sepertinya dia dipukul Linden. Rasakan itu.
"Sepertinya ini semakin menyenangkan." Lyo bicara.
"Iya benar. Ini akan sangat seru!" Tambah Laura.
"Ini akan biasa saja-"
"Diam saja kau!" Lyo dan Laura kini benar-benar meninju Kyou, padahal Rune Voice masih menyala. Alestia terlihat menepuk jidat. Aku tertawa tertahan.
"Kalau begitu, silakan dimulai. Aku sudah siap." Aku memasang brosku, berjalan menyejajari barisan timku. Rein ikut menyejajari barisan di sampingku.
"Ehem.. baiklah, ini akan semakin menarik dengan kedatangan peserta Afseena Academia yang mengejutkan semua orang! Tanpa lama-lama lagi, mari-"
"Kita mulai pertandingannya!!" Laura berseru kencang. Seluruh stadion teriak antusias.
Seketika tanah di arena muncul garis pembatas untuk masing-masing tim. Sebanyak tujuh wilayah muncul. Wilayah itu berbeda-beda, terdapat gurun, pegunungan, pantai, perbukitan, laut, lembah, dan hutan. Itu hanya ilusi agar menjadi tantangan tersendiri bagi peserta.
"Baiklah! Tim Afseena Academia, di bagian barat! Tim Loic Academia di bagian utara! Tim Bolivia Academia di bagian selatan!..."
Pembagian wilayah dilakukan, seketika tubuh kami menghilang dan muncul diwilayah yang disebutkan. Kami berada di wilayah barat, yaitu hutan.
Semua tim sudah mendapatkan tempat masing-masing. Kini adalah strategi. Kami berempat berkumpul merapat.
"Baiklah, kita bagi dua. Rein dan-"
"Kalian bertiga, serang mereka. Aku akan menjaga tempat ini." Aku bicara memotong ucapan Kayran. Mereka bertiga bingung.
"Kau menjaga sendirian? Kau tak akan bisa." Rein bicara tak yakin. Aku mengernyit.
"Kenapa tidak? Aku bisa-"
Muncul suara berdentum kencang di wilayah barat daya.
"Wah! Loic Academia berhasil mengambil alih wilayah barat daya dengan sekali serang!" Laura berseru.
"Loic adalah akademi terunggul saat ini!" Lyo berseru membanggakan nama akademinya.
Semua orang bersorak antusias. Aku menoleh ke wilayah barat daya yang ada di sebelah wilayah timku. Aku tersenyum miring.
"Kalian bertiga menyerang, aku yang menjaga." Aku bicara lagi pada mereka, berjalan ke tengah wilayah timku.
"Itu tidak-"
"Lakukan saja. Ascher, kau serang wilayah timur sendirian, aku merasa kau bisa melakukannya. Tapi jika kau tertangkap, aku akan menyelamatkanmu. Kayran dan Rein, serang wilayah tenggara" Aku bicara menghadap mereka.
Mereka terlihat ragu. Aku tersenyum. "Aku percaya pada kalian, temanku"
Raut wajah Rein dan Kayran berubah. Aku tidak bisa mengartikannya. Ascher terdiam menatapku. Akhirnya mereka bertiga mengangguk dan pergi.
"Wah! Apa ini! Tiga orang dari Afseena Academia menyerang! Ini berarti wilayah mereka hanya dijaga oleh satu orang saja! Bukankah itu sangat beresiko? Tapi kita lihat nanti!" Lyo berseru kencang dengan Rune Voice. Semua orang bersorak.
"Jangan remehkan siput itu." Kyou bicara dengan Rune Voice. Aku tersenyum tanggung mendengarnya sepertinya sifat bar-bar nya itu dia dapat dari Alestia.
"Wah.. ini sangat menguntungkan kami."
Suara seorang gadis terdengar di telingaku. Aku tersenyum. "Aku sudah menunggu kalian, Albert Bel dan Perl Hery. Tak ku sangka kalian datang secepat ini." Aku balik badan menghadap mereka berdua.
"Kau mengenal kami? Itu sebuah kehormatan" Albert bicara dengan nada menyebalkan.
Tampan sih, tapi jamet. Pikirku. Aku terdiam masih menatap mereka.
"Dilihat darimana pun, kau tetap saja seperti ras mu. Meski tadi sempat menghebohkan tapi setelah melihatmu dari dekat, kau terlihat sangat lemah. Kau yakin mempertahankan wilayah ini sendirian? Berikan saja pada kami, lalu kau bisa pergi." Perl bicara meremehkan, Albert dan Perl tertawa bersama.
Aku tersenyum miring, mengarahkan pandanganku ke arah Perl, seketika tubuhnya terpental jauh tersungkur ke tanah, dia meringis kesakitan.
"Perl!" Albert sontak teriak terkejut melihat rekannya terpental. Dia menoleh menatapku tak senang.
"Kau!" Albert berteriak. Aku ringan mengangkat bahu, polos.
"Wow! Apa itu tadi!? Serangan tak terlihat dari peserta Afseena Academia membuat salah satu peserta dari Loic Academia tersungkur! Ini sangat mengejutkan!" Laura berseru antusias. Lyo terdiam karena terlalu terkejut. Semua orang menatap ke wilayah barat. Bahkan juga keluargaku.
"Jangan meremehkan orang lain. Kalian bahkan belum mengenalku. Tapi lihatlah sikap sombong kalian ini." Aku bicara datar. Albert membantu rekannya itu berdiri. Mereka bersiap dengan senjatanya. Albert mengeluarkan pedang dari elemen angin, dan Perl mengeluarkan tombak dari elemen api. Aku tersenyum.
"Angin dan Api?.. tidak buruk."
つづく
Arigato for reading~(◕ᴗ◕✿)
![](https://img.wattpad.com/cover/261949989-288-k53395.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroin Of Emores 【END - TERBIT】
Fantasy[ BEBERAPA PART TERAKHIR DIHAPUS UNTUK KEPERLUAN PENERBITAN ] Naomi Ryunei, seorang manager kantor biasa pada umumnya, kini dia berusia dua puluh satu tahun. Kaya, pinter, cantik bah, banyak lagi dah kelebihannya. Namun, keluarganya tidak memperlaku...