Tara POV
'kenapa dia ada di sini?'
"Yang mulia putra mahkota?. Kami menghadap bintang kekaisaran" Ujar Vorn dan Zen berdiri membungkuk. Rein mengangguk dan menatapku.
Resto itu menjadi ramai karena kedatangan Rein. Okey, ini akan menjadi berita terhangat.
"Kita perlu bicara." Ujarnya.
Aku ber-puh pelan. "Untuk apa?" Ujarku ketus. Dia terlihat tidak senang.
Kring
Suara lonceng pintu resto terdengar kembali, dan trio menyebalkan datang.
"ternyata kau di sini" Ujar Rain melangkah mendekati meja.
Aku menghela nafas, berdiri dari bangkuku, meletakkan satu koin perak di meja.
"Hani, terima kasih makanannya. Dan Tuan Vorn serta Tuan Zen, saya permisi."
[ Device : Teleport ]
"Tunggu!" Rein, memegang tanganku saat aku ingin berteleportasi, bersamaan dengan itu, Kayran mengandeng tangan Rain dan memegang pundak Rein. Alhasil mereka ikut terbawa ke tempat yang aku tuju, kami muncul di sebuah bukit hijau. Aku kehilangan keseimbangan, kami terjatuh.
Bruk!
"Ah sialan! Kenapa kalian mengganggu? itu berbahaya kalian tahu itu bukan?!" Teriakku sebal.
Mereka terdiam, Rein meringis nyeri, diam-diam dia merasa mual. Ternyata lututnya juga terluka. Aku berdecak pelan. Mendekatkan telapak tanganku ke lutut Rein.
"Apa yang kau-"
"Fast to heal" seketika telapak tanganku mengeluarkan cahaya hijau terang. Luka Rein sembuh tanpa bekas. Aku menarik kembali tanganku.
"Selesai."
[ - Fast to Heal +5 - ]
'lumayan juga' .Batinku
"Bagaimana caramu- tidak maksudku.."
Rein berdiri menatapku. "Aku... minta maaf" Ujarnya menunduk menyesal. Aku terdiam.
"Ayolah, kalian berbaikan saja." Ujar Rain berdiri menepuk pakaiannya yang kotor.
Kalau di pikir-pikir, saat bersama Rein, selalu saja seperti ini ya. Tara tersenyum. Aku jadi teringat temanku di kehidupan sebelumnya. Kita sering sekali bertengkar. Aku menghela nafas. Mengulurkan tangan.
"Maaf karena ucapanku yang melukaimu. Jujur, aku hanya ingin kalian tidak bersedih lagi, yah.. tapi sepertinya aku terlalu memaksa." Ujarku menggaruk pipiku. Rein menggapai tanganku, aku sempat tersentak. Aku menatapnya, mataku terbelalak. Rein tersenyum?
"Ya. Berarti kita impas." Ujarnya tersenyum.
"Aak mataku" Ujarku menutup kedua mata.
"Ada apa denganmu?" Tanya Rein bingung.
Aku melepaskan jabatan tangan kami. "Bisa tidak kau jangan tersenyum seperti itu? Terlalu silau!" Ujarku mengucek mata.
"Apa?"
"Jadi kalian sudah berbaikan? Baguslah" Ujar Kayran tersenyum, Rain juga ikut tersenyum melihatnya. Silau! Bah di sini adanya cogan semua laknat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroin Of Emores 【END - TERBIT】
Fantasy[ BEBERAPA PART TERAKHIR DIHAPUS UNTUK KEPERLUAN PENERBITAN ] Naomi Ryunei, seorang manager kantor biasa pada umumnya, kini dia berusia dua puluh satu tahun. Kaya, pinter, cantik bah, banyak lagi dah kelebihannya. Namun, keluarganya tidak memperlaku...