Season 3 Ch.4

6.1K 1.1K 19
                                    

"jadi? Apa ada yang salah dengan bidikan saya Profesor Forte?" Aku menatapnya. Dia menatapku geram. "Meski begitu, anda sudah melewatkan dua latihan lain. Latihan itu sangat berharga nona.."

Aku mengarahkan panahku padanya, melepaskan anak panah. Anak panah itu melesat tepat di samping kepala Profesor Forte. Dia terdiam beku, terlalu terkejut. Sedikit saja melenceng, itu akan mengenai kepalanya. Semua terkejut.

"N-nona! Apa yang kau lakukan?!" Vorn teriak, nadanya terdengar marah. Aku mengabaikannya dan mengarahkan panahku lagi pada Profesor Forte, melepaskan anak panah lagi, kali ini tepat di atas kepalanya. Dia sedikit menunduk karena terkejut, kemudian terduduk lemas. "Profesor Forte!" Teriak yang lain menghampiri profesor Forte.

Vorn memegang erat pergelangan tanganku, itu sangat erat sampai-sampai rasanya panas.

"Kau sudah keterlaluan! Hentikan ini!" Kini Vorn benar-benar marah. Aku mengatupkan rahang, menarik paksa tanganku, membuatnya melepaskan genggamannya. Aku menatapnya geram.

"Tara! Itu sangat keterlaluan! Kenapa kau melakukannya?!" Rein berteriak. Aku menoleh, menatapnya datar. "Kenapa kalian menyalahkanku? Salahkan profesor Forte karena dia menghalangi-"

"Cukup! Kau sudah keterlaluan! Aku sangat kecewa padamu. Kau dikeluarkan dari kandidat akademi dan jangan pernah menunjukkan dirimu lagi di arena akademi ini!" Vorn membentak. Dia benar-benar marah. Semua menatapku sinis, kecuali Ascher, Kayran dan Profesor Zen. Aku menghela nafas, memberikan busur panahku pada Ascher dan berjalan meninggalkan mereka dengan diam.

"Apa-apaan anak itu?! Dasar iblis!" Samar aku mendengar perkataan itu dari mulut dewan akademi. Aku mengabaikannya. Aku pergi ke asramaku.

***

"Kenapa dia tiba-tiba berubah seperti itu?" Rein bertanya-tanya. Mereka terdiam.

"Profesor Forte, kami akan membantu anda ke ruang perawatan." Ujar salah satu dewan akademi, membantu Profesor Forte berdiri, dua orang itu pergi meninggalkan arena. Lenggang, semua terdiam.

"Aku akan membantu profesor Forte, kalian tetap disini dan lanjutkan. Vorn." Vorn hanya mengangguk. Arena lenggang kembali.

"Dia berubah." Rein bicara memecah keheningan. "Kenapa dia melakukannya?" Dia bertanya kebingungan.

"Entahlah Rei, sepertinya dia masih harus menenangkan pikirannya karena kejadian yang lalu" Ascher bicara diikuti anggukan Kayran. Vorn terdiam. Entah kenapa perasaannya saat ini bercampur aduk antara kecewa atau marah.

"Ketua! Lihatlah ini!" Salah satu dewan akademi berteriak di sisi hutan dekat arena. Dia melambaikan tangannya memberi kode. Linden segera kesana, Semua ikut mendekat. Betapa terkejutnya mereka melihat dua bangkai segar burung yang terkena anak panah.

"Tunggu, ini bukannya Raptores?" Kayran bicara, terkejut. Semua terdiam menatap burung berbahaya itu. Burung itu adalah monster yang menyerang manusia tanpa ampun, dia pemakan daging dan serakah. Rein tersadar. "Tara tidak bersalah.." gumamnya. Semua menatap Rein.

"Tara menyelamatkan profesor Forte dari burung ini!" Ujarnya yakin kali ini. Semua terbelalak, termasuk Linden. "Jadi.. kita salah tentangnya.." Kayran bicara pelan menatap bangkai burung itu. Vorn berdiri. "Hah.. aku melakukan kesalahan" Ujarnya.

"Kita sepertinya harus meminta maaf." Linden bicara menunduk. "Ya, sepertinya begitu.." kemudian hening. mereka merasa bersalah pada Tara.

****
Aku membanting tubuhku ke kasur, menatap atap kamar asrama. "Memangnya apa salahku?" Aku menghela nafas kembali. Rasanya lelah. Aku ingin tidur tapi..

[ - Peringatan! - ]
Sekelompok Dark Tigris tinggkat B mendekat dari arah hutan selatan Akademi
50 meter dari akademi
Jumlah : 78 ekor

Jendela gameku muncul memberikan peringatan di hutan selatan akademi. Aku segera bangkit. "Ayolah, aku ingin istirahat!" Aku berdiri dari kasur.

[ Device : Transform ]

Tubuhku bersinar, seragamku berubah menjadi pakaian bertarungku. Aku akan melawannya.

[ Device : Teleport ]

Tubuhku menghilang dan muncul di atas dinding pertahanan akademi bagian selatan. Benar saja, sekelompok Dark Tigris mendekat ke arah akademi. Jaraknya dua puluh meter lagi dari akademi. Aku mengirimkan sinyal pada Profesor Historia. Semoga saja dia menerimanya dengan baik. Tubuhku menghilang dan muncul di atas sekelompok macan itu. Tubuhku melayang di atasnya, aku mengepalkan tangan mengarahkan tinjuku pada mereka. Menimbulkan suara berdentum sangat keras. Lima macan terkalahkan. Tinggal tujuh puluh tiga lagi.

Sekelompok macan itu menatapku tajam. Mereka meraung marah dan berlari ke arahku. Aku menutup mata, lalu membukanya kembali, seketika tubuh beberapa dari mereka terpental menabrak yang ada di belakangnya, saking kuatnya sampai membentuk jalan di antara sekelompok Tigris itu. "Kalian masih ingin melawanku? Lihatlah, aku bahkan tidak bergerak dari tempatku berada." Aku gila, kenapa aku bicara dengan Dark Tigris? Padahal mereka tidak mengerti yang aku ucapkan.

Mereka meraung, semakin marah, beberapa dari mereka melompat ke arahku. Aku menatap mereka, mereka seketika terpental jauh. Apa benar mereka tingkat B? Kenapa mereka lemah sekali? Apa karena kekuatan ku bertambah?

"Hei, aku mulai bosan. Kita akhiri ini saja oke?" Aku mengangkat tangan kananku, kemudian menganyunkannya ke samping. Seketika semua Dark Tigris itu terpental dan berjatuhan ke tanah tidak bergerak. Tanah yang ada di sekitarku retak sampai dua puluh meter lebarnya.

[ - Selesai - ]
Terkalahkan : 78/78

Hadiah : 5000 C

"Hoo.. lumayan" Aku tersenyum puas. Kemudian merasakan adanya sekumpulan mana mendekat kemari. Itu pasti ksatria Afseena bukan? Untung saja Profesor Historia menerima sinyalku dengan baik. Baik. Tugasku sudah selesai, biarkan saja mereka yang membereskan bangkai tubuh Tigris ini dan dijual atau dijadikan bahan percobaan terserah. Aku tidak peduli.

[ Device Teleport ]

Tubuhku menghilang dan muncul kembali ke dalam kamar asramaku.

[ Device Transform ]

Tubuhku bersinar dan pakaian bertarungku berubah menjadi seragam akademi kembali. "Akhirnya, ternyata hanya kucing yang tersesat. Aku lelah"

Aku berjalan ke arah kasur. Membanting diriku di atasnya. Memejamkan mataku, tertidur saking lelahnya, bukan karena memakai kekuatan, namun memang beberapa hari ini, aku tidak tidur karena sibuk melatih elemen cahayaku.

****
"Apa yang terjadi?! Siapa yang melakukannya?!" Pemimpin ksatria berteriak terkejut melihat bangkai-bangkai segar Tigris berserakan di mana-mana. Tidak hanya satu, namun tujuh puluh lebih sekaligus.

"Cepat periksa daerah sekitar! Lacak pelaku semua ini!" Teriak pemimpin ksatria pada anak buahnya. "Baik!" Mereka langsung menyebar mencari jejak.

"Apa yang terjadi sir Haley?" Tanya profesor Historia yang baru saja datang. "Kepala akademi, itu.." Haley ragu bicara.

"Apa semua ini kau yang melawannya?" Tajya profesor Historia. Haley menggeleng cepat. "Bukan saya. Saya datang bersama dengan anak buah saya, tetapi saat sampai di tempat ini.. semua sudah seperti ini" Jelas Haley. Profesor Historia mengangguk paham, melihat sekitar, sangat berantakan.

Sudah pasti dia yang melakukannya. Pikir profesor Historia. Hari ini berakhir dengan kekacauan ini.

つづく

Arigato for reading~(◕ᴗ◕✿)

Heroin Of Emores 【END - TERBIT】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang