Baik. Tenangkan diri. Yang lain sudah ada di bangku penonton bersama profesor pengawas dan dewan akademi, mereka ikut menyaksikan. Ugh.. aku masih kesal jika mengingat di ruang dewan. "Menyebalkan" aku bergumam pelan.
"Semua bersiap!" Aku menatap lawanku. Dari auranya dia tingkat menengah. Oke, aku sudah siap. "Semangat Ra! Kalahkan dia!" Aku menoleh, ternyata Alona yang berteriak diikuti sorakan Evelyn dan Alex. Aku tersenyum, mereka semangat sekali. Aku kembali ke lawanku, menunggu aba-aba dewan akademi yang bertugas, Linden. Hah? Linden? Aku menatap dewan akademi itu, benar, dia Linden. Sialan. Ah sudahlah, kembali fokus Ra!.
"Mulai!" Aku terkejut, Jon sudah melesat ke arahku dengan cepat. Aku cepat-cepat mengepalkan tangan, angin mengalir di tangan ku. Melihat Jon sudah dekat, aku malayangkan tinjuku padanya, dia terpental jauh beberapa meter. Sepertinya aku terlalu kuat. "Uwaa! Kau tidak apa-apa?" Aku sedikit teriak. Dia tersenyum "Tak apa. Kita lanjutkan" Dia berdiri kembali mengusap pipinya yang lebam. Dia kembali melesat ke arahku, kini dia mengeluarkan senjata dari angin, sebuah pedang mana ia gengam, dan mengayunkannya padaku. Aku menghindar ke samping, sedikit merendah dan melayangkan tinju lagi, kali ini terkena perutnya. Dia kembali terpental, tersungkur di tanah. Aku merasa bersalah sungguh, aku ingin cepat mengakhiri ini.
"Tara Starlia, pemenangnya!" Linden berseru. Semua bertepuk tangan. Aku berjalan ke arah Jon. Mengulurkan tangan. "Maaf sepertinya aku terlalu keras memukulmu" Dia tersenyum lagi. Entah kenapa aku semakin merasa bersalah. Dia menerima uluran tanganku, aku sedikit menariknya membantu bangun. "Ternyata kau berbeda dari rumornya. Kau harus masuk ke final, Ra. Mari kita berteman" Jon menghilang dari hadapan ku. Sistem akademi, lagi. Aku menghela nafas. Bagaimana aku masuk ke final dengan senang? Sedangkan pertarungan pertama saja merasa sangat bersalah.
"Kau boleh kembali-"
"Aku tahu ketua, kau tidak perlu memberi tahuku lagi." Aku bicara ketus pada Linden.
[ Device : Teleport ]
Aku menghilang dan muncul di bangku penonton, samping Alona. "Kau berhasil Ra! Selamat!" Alona dan Evelyn berujar senang dengan memelukku. Aku tertawa kecil. "Ya, terimakasih. Tapi ini baru pertarungan pertama, masih ada yang lain." Dan mungkin saja aku harus melawan kalian. Menjengkelkan. Alona dan Evelyn melepas pelukannya. "Aku akan menang Ra! Lihat saja!"
"Aku juga!" Alona dan Evelyn bergantian.
"Selamat Ra! Aku tidak akan kalah darimu!" Alex berujar. Aku tersenyum tanggung. "Berusahalah Alex. Kita akan berhadapan nanti" Aku membalas. "Ya! Aku pasti akan mengalahkanmu!" Ujarnya kembali. Dia semangat sekali ya.
"Pertarungan ke empat! Alona Frones dengan George Huner!"
Giliran Alona. Dia menghilang dan muncul di tengah arena. Sistem akademi membawanya. "Semangat Alona! Kau pasti bisa!" Aku berteriak menyemangati. Dia menoleh ke arahku dan melambaikan tangannya sambil melompat-lompat semangat. Aku ingin tertawa melihatnya.
Pertarungan Alona sudah di mulai. Hingga akhirnya. "Alona Frones pemenangnya!" Aku bersorak untuk Alona. Dia kembali ke bangku penonton. "Selamat Alona! Kau sangat hebat!" Aku memuji dengan mata berbinar. "Ini semua karenamu! Terima kasih Ra!" Dia memelukku lagi. Aku menepuk kepalanya. "Ini karena kau sendiri." Pertarungan terus dimulai. Alex, dia menang dengan sempurna. Evelyn dia juga lolos. Ini lebih cepat dari dugaanku. Apa ada sesuatu?
Kini menyisakan tujuh orang yang lulus. "Tara Starlia dengan Alona Frones." Kami menghilang dan muncul di tengah arena. Saat yang aku khawatirkan akhirnya datang. Aku harus melawan Alona. "Alona.. aku.."
"Mulai!" Linden sudah berseru. Aku menatapnya tajam, dia mengalihkan pandangannya. "Maaf Alona, aku.."
"Aku menyerah! Aku tidak mau melawan Tara!" Alona berlari memelukku dengan manja. "Apa? Hei hei, kenapa kau yang menyerah Alona?" Aku bertanya cemas. Alona memegang kedua pundakku. "Karena aku yakin, Tara yang akan ikut peetandingan Wold Glori dan memenangkannya!" Ujar Alona semangat. Aku menatap Alona. Kenapa dia bisa seyakin ini? "Alona.. aku.."
"Tara Starlia pemenangnya!" Aku berlari cepat dengan kekuatanku ke arah Linden, memukul kepalanya. "Dari tadi kau memotong terus ya!" Linden memegang kepalanya dengan satu tangan. "Apa salahku? Aku hanya melakukan tugas" Aku mendengus kesal. "Alona.. aku.. eh?"
"Semangat Semangat Semangat! Tara semangat!"
"Sejak kapan kau memakai pakaian pemandu sorak?! Alona!?" Dia hanya tertawa tak bersalah. Aku menghela nafas, menggeleng heran. Kami kembali ke bangku penonton. Menyaksikan pertarungan lanjutan. Alex menang lagi. Yah.. dia memang hebat. Lalu Evelyn, dia juga pemenangnya. Aku bersorak untuk mereka. "Tara Starlia dengan Evelyn Belicz!" Aku kembali di panggil. Kini melawan Evelyn. Aju berteleport ke tengah arena. "Maaf Ra.. tapi aku tidak akan menyerah." Ujar Evelyn. Aku tersenyum. "Iya, mari kita bertarung. Setelah ini aku hanya minta kepadamu, maafkan aku ya" Dia mengangguk paham. "Mulai!"
Kami bertarung dengan kemampuan kami. "Kau hebat ya Ra." Aku tersenyum. "Kau juga, Lyn." Kami bicara di tengah petarungan. "Aiu ingin menanyakan ini dari dulu. Bagaimana menurutmu jika ada seorang yang mengaku sebagai teman, namun dia meninggalkan kita?" Evelyn bertanya, mengeluarkan tombak mana. Aku bersiap dengan tameng transparan, sambil memikirkan pertanyaannya.
"Itu tandanya, dia bukanlah seorang teman. Dia hanya menggunakan kata teman yang suci untuk kepentingannya sendiri. Seorang teman, tidak akan meninggalkan temannya sendiri!" Aku memukul Evelyn dengan tinjuku, dia terpental tersungkur ke tanah. Entah kenapa rasanya tadi Evelyn sedikit melamun. "Tara Starlia pemenangnya!" Linden berseru. Aku berjalan ke arah Evelyn, mengulurkan tangan. "Seorang teman tidak akan pernah meninggalkan temannya dalam keadaan apapun. Seorang yang melanggar aturan, itu sampah, namun seorang yang meninggalkan temannya, itu lebih buruk dari sampah." Mata Evelyn terbelalak kemudian tersenyum dan menerima uluran tanganku, berdiri.
[ Naruto-desu(◕ᴗ◕✿) ]
"Aku kalah. Kau harus memenangkan ini Ra. Sampai jumpa nanti! Semangat!" Evelyn menghilang. Sistem akademi. Aku tersenyum. Kini tersisa aku dan Alex. Kami akan bertarung di final kelompok B.
つづく
Arigato for reading~(◕ᴗ◕✿)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroin Of Emores 【END - TERBIT】
Fantasy[ BEBERAPA PART TERAKHIR DIHAPUS UNTUK KEPERLUAN PENERBITAN ] Naomi Ryunei, seorang manager kantor biasa pada umumnya, kini dia berusia dua puluh satu tahun. Kaya, pinter, cantik bah, banyak lagi dah kelebihannya. Namun, keluarganya tidak memperlaku...